Sapi Terakhir Bapak
Sebab adik sekolah terlalu dan
kakak hendak menjadi sembuh
Sapi bapak tinggallah satu.
Bulunya lebat kuning kelambu tapi
lalat betah berlabuh.
Bila sabana berangin kencang dan
terik bikin lurah pincang
adik giring sapi itu ke
waduk puan di Oetimu
tempat Belanda mandi
telanjang.
“Auhe sapi,
minumlah lekas sampai beranak
tapi sediakan meja untukku.
Meja jati pelitur emas di
samping WC tuan bupati.
Bila remah tersangkut di kaki dan
kubur Lazarus terbuka,
bangkit kakak dari kutuk
hilang uban rambut bapak.”
Tapi ia kibas ekornya, sapi itu,
sekali dengus hilanglah lalat,
sehabis kentut terbitlah tahi.
Bitauni, 2017
Anak Hilang
Jangan pulang si anak durjana,
anak hilang, hilang tulah kitab.
Sauh di barat, jauh diharap,
kau unu, unu seluang semata.
Ibu menampi jampi,
ayah mengeratkan jerat.
Hati terjal. Terjal
punggung sabana.
Kuda-kuda biarkan sendiri,
biarkan meratap yang hendak
merangkak.
Di petak-petak sawah tak ada yang
merunduk selain saudaramu
Yang buta kena kutuk musim kemarau.
Di malam-malam lagunya dingin, angin
Berembus dan lele tiada beriak.
Jangan pulang si anak durjana, si
anak hilang, anak seluang semata.
Bitauni, 2017
Uang dari Mama
Uang dari mama
seratus ribu dua helai.
Kubawa ke rumah kekasih
beli buah dan senyum mertua.
Bila kelak mama mati dan
tak lagi memberi uang,
Kubawa pisau ke rumah kekasih
iris buah dan senyum mertua.
Bitauni, 2017
Sajak Kenangan
Boleh saja kau cium, pasi bibir tunangan beta
Tapi jangan bawa lari, isi sajak kenangan beta.
Dua rima setiap tanggul, turi tumbang sapi bersulang.
Rimpang liar setimbang alurnya, gerbang musang
rentang berjerat.
Sebab bila kaucuri, isi sajak kenangan beta
Kau akan temukan, dekat setapak ke
Niuf Banfani, dekat kandang sapi Beuk Tutu,
Seekor rusa beranak satu, dan tak ada kerabat bertamu.
Seekor ular bertelur, dan kuda babak belur.
Bila tiba musim panen, karung jagung penuh lanjung puisi
Tiap siulan akan jadi ingatan, tiap ciuman akan jadi kutukan.
Bitauni, 2017
Ulang Tahun di Sabana
:Frater Thomas Nesi
Seekor anjing berulang tahun di sabana.
Ia tidak ingat bentuk bulan saat hujan
tapi ia memuja senyum ibunya yang
terbakar di musim kemarau.
Ia menyusuri karang hitam, pohon asam,
ceruk belut dan rumah siput dan
tiba di masa kecilnya.
Ia bertemu belalang bertemu
kupu-kupu yang tak
punya ayah tapi
suka bertepuk tangan.
Ia tak menggonggong siapa-siapa:
pencuri jati dan sapi berahi,
kucing hutan dan peziarah.
Ia tidak ingin makan tidak
ingin marah sebelum
berjumpa belulang ibunya.
Bitauni, 2017
Memanggil Neon Balbali
Sabana sudah mulai terbakar
Bulan sabit belum jua berkabar
Bai Lomikus perbaiki pagar
Om Matias menanam jeruk
Lalu kapan kami menikah?
Hutan tinggal separuh
Kuda mati duka setapak
Nenek Tote dipagut ular
Belum sudikah kau bertandang?
Tak ada babi beranak
Bunga lontar dimakan induknya
Bila hari terlampau serakah
Apa mau jadi kenangan?
Di depan api kekasih seluang semata
Bila datang si Neon Balbali
Boleh menangis tak boleh bersuara
Bitauni, 2017
- Kutukan Perempuan Celaka - 22 December 2017
- Sajak-Sajak Felix K. Nesi; Anak Hilang - 19 December 2017