Akhir Tragis Harun Yahya (1)

Menuju milenium ketiga, tepatnya dekade 1990 akhir, nama Harun Yahya beranjak naik daun dan karya-karyanya mulai diterjemahkan ke berbagai bahasa dan masuk ke negara-negara berpenduduk mayoritas muslim. Publik Indonesia juga mulai mengenal karya-karya Harun Yahya secara masif setelah Reformasi. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini ikut disasar oleh tim yang dikontrol dan dikelola dari Turki. Buku-bukunya yang awal seperti Keruntuhan Teori Evolusi (1997) dan Negeri-Negeri yang Musnah (1999) diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Situs megah dengan menu buku-buku yang siap unggah gratis beramat id.harunyahya.com sudah bisa diakses ke publik Indonesia sejak sekitar tahun 2000.

Setelah itu karya-karyanya tentang penciptaan alam semesta yang disandarkan kepada ayat-ayat al-Qur’an, sebagai antitesis teori evolusi Darwin, meledak di banyak negara dan namanya semakin meroket dengan bumbu kontroversi. Saya yang pada tahun 2000 masih duduk di bangku Tsanawiyah terseret kagum kepada karya-karya Harun Yahya yang dikemas dengan bahasa yang mudah, simulasi gambar dan video yang keren dan, tentu saja, bukti-bukti relevan ayat-ayat suci terhadap setiap penjelasan tentang penciptaan alama semesta dan seisinya. Bersama pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah daerah Nirmala (alm.) K.H.A. Hamidi Hasan, kami para santri merenungi hikayat dan penjelasan penciptaan yang diputar melalui piringan video di komputer IBM.

Memori tersebut begitu manis terkenang. Penciptaan alam semesta digambarkan begitu gamblang dengan ayat-ayat suci al-Qur’an yang dibaca dengan bacaan indah. Oleh sebab rasa kagum yang tumbuh sejak masa-masa remaja yang terkesan mendalam, awal-awal tiba di Turki pada akhir tahun 2013 saya langsung mengobrolkan nama Harun Yahya. Labib Syauqi, sahabat yang sekaligus guru yang lebih dulu studi di Konya, menyodorkan sebuah laptop dan menunjukkan video berupa acara ngobrol-ngobrol atau pengajian (sohbet), sembari berujar “Ini Harun Yahya yang kamu maksud.” Sekilas saya melihat wajahnya setelah nyaris selama 12 tahun tidak bersinggungan dengan nama dan karya Harun Yahya.

Adnan Oktar

Itulah nama yang tertulis pada keterangan video di Youtube yang disodorkan teman tadi. Adnan Oktar menjadi nama asing di telinga saya yang kemudian memaksa saya untuk menelaah lebih dalam tentang siapa sebenarnya sosok yang sayup-sayup meniupkan hawa kontrovesi dan bahkan berbuah ejekan dan caki maki di negerinya sendiri. Karena rasa penasaran, setelah beberapa kali menonton video sohbet-nya bersama para jamaah ekslusif di sekitarnya, sambil lalu saya coba melihat-karya-karya Adnan di rak perpustakaan kampus, juga informasi langsung dari teman-teman dan para dosen.

Beriringnya waktu, saya sadar bahwa kemungkinan mengakses sohbet kelompok Adnan Oktar sangat minim dan untuk itu, menjelang kepulangan setelah rampung studi di Turki, saya sempat menulis status di dinding Faceebok pada 14 Januari 2017 pukul 19:23 “Satu-satunya jamaah ekstrim di Turki yang sangat sulit saya sambangi selama studi di sini adalah jamaahnya Harun Yahya” sebagai refleksi atas kegagalan saya karena tidak bisa melihat secara langsung kelompok yang ramai disebut religious cult dan Televangelist itu. Seorang dosen dari jurusan Radio Televisi dan Film, Universitas Hacettepe Dr. Kumru Berfin Emre Çetin yang juga alumni Department of Media and Communications, dari London School of Economics seperti mengingatkan lewat salah satu tulisannya: It has been difficult to gain an insight into a religious cult because of its closed organisational form, except for the testimonials of previous members (Çetin, 2016: 121). Pernyataan Çetin betul adanya, bahwa yang bisa dirangkum tentang jamaah Adnan Okatar adalah berupa testimoni dari “orang dalam” yang berhasil kabur keluar dari “istana” Adnan.

Sebelum lupa, saya perlu menegaskan bahwa tulisan ini bukanlah riset ketat yang mensyaratkan taat metodologi, tetapi lebih sebagai catatan yang saya coba rangkum dengan niatan edukasi publik, khususnya untuk orang-orang sejenis saya yang satu dekade silam sempat terpesona olehnya. Dengan cara menelaah dan mempelajari secara mandiri seperti ini, keterpesonaan saya harus dibatasi, bukan untuk tidak menghormati atau menghapus “hal-hal baik” yang telah dipersembahkan Adnan kepada kita (berupa karya-karya), tetapi untuk melatih menempatkan diri saya secara proporsional: seimbang. Tulisan ini tidak ingin masuk ke ladang kontroversial teori evolusi versus kreasionisme karena dua topik bahasan ini bisa dilacak dan dibaca sesuai dengan referensi masing-masing. Kita juga sangat mudah untuk membaca pertentangan keduanya—bukan hanya dari warga muslim tetapi dari semua agama samawi (Abrahamik). Selanjutnya, tulisan ini akan memakai nama asli Adnan Oktar seperti tarcatat dalam dokumen resmi negara Turki.

Nama lahirnya adalah Adnan Arslanoğulları. Tapi entah dengan alasan apa, namanya diubah oleh kantor administrasi militer ketika dirinya mengikuti wajib militer menjadi Adnan Oktar. Para jamaahnya, juga orang-orang yang segan dan menaruh hormat kepadanya, memanggil Adnan Hoca (Guru/Kiai Adnan). Ia lahir di Ankara pada 2 Februari 1956, lebih muda dua tahun dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan. Bapaknya meninggal saat dirinya berusia 10 tahun dan Adnan remaja hidup bersama ibunya. Latar belakang keluarga mereka tidak terlacak secara detail, tentang basis ideologi ataupun garis keturunannya yang nanti bisa memunculkan klaim dari Adan sendiri.

Pendidikan dasar hingga menengah atas diselesaikan di Ankara. Semasih di ibu kota, Adnan mengakui dirinya sudah religius (dindardım) sejak usia 17 tahun. Dalam keterangan sumber lain, pada usia sekolah lise (menengah atas), ia mulai mengenal Said Nursi (1877-1960) dan membaca kitab Risale Nur, karya ulama dan intelektual hebat penentang Mustafa Kemal Atatürk pada masanya. Said Nursi dan karya-karyanya, bagi muslim Turki dan sekitarnya, bak permata yang menjadi penerang era peralihan dari Osmani ke republik; sosok dan karyanya yang mampu mendialogkan nilai-nilai Islam dan modernitas dengan sangat kritis. Banyak diakui bahwa pemikiran Said Nursi menjadi salah satu kunci bagi gerakan aktivis Islam paska republik dan sekaligus telah melahirkan intelektual-intelektual Islam modernis. Meski tidak selalu di-endorse sebagai Nurcu, istilah untuk murid Said Nursi, Adnan tetaplah sosok yang menaruh hormat kepada ulama dan murid-murid Said Nursi sendiri. Salah satu karyanya tentang Said Nursi berjudul Nurculuk (Pengikut Said Nursi, 2012) bisa dicatat sebagai petunjuk benderang bahwa dirinya pernah belajar membaca kita-kitab Said Nursi. Selain itu, Adnan juga menjalin hubungan baik dengan tarekat Naqsyabandi.

Meski pernah mengaji karya-karya Said Nursi, Adnan bukanlah ulama dengan kapasitas keilmuan keislaman yang mendalam. Tidak ada catatan biografis ataupun historis tentangnya yang mendukung pada keahliannya di bidang syariah ataupun hukum Islam. Ia tidak bisa menjadi hujjah dan rujukan hukum baik dari tindakan ataupun tulisan-tulisannya. Ia tak lebih dari seorang aktivis dan propagandis yang mampu menggerakkan orang-orang di sekitarnya, menunjukkan simpati terhadap Islam (meski pada akhirnya dikecam oleh orang Turki karena tindakannya telah mempermalukan Islam itu sendiri). Ia tipikal pemuda islamis yang membangun gerakan untuk mengonter lawan-lawan ideologisnya, terutama kelompok kiri yang pada tahun 70-an bergerilya hingga ke kampus-kampus. Seperti diakuinya sendiri, ia tidak bisa berbahasa Arab, alih-alih membaca tafsir dan kitab-kitab turats karya para ulama pendahulu. Sementara penguasaan bahasa Inggris pun sangat terbatas.

Juga, perlu saya sampaikan sejak awal bahwa Adnan bukan seorang saintis, zoologist, atau ahli biologi yang sanggup mempertanggungjawabkan semua proyek yang dikerjakannya dengan kaidah ilmiah. Tetapi sebaliknya, Adnan juga menuduh bahwa gembong Darwinis tidak mampu menjabarkan teori evolusi secara ilmiah, dengan beberapa counter yang ditulis oleh Adnan sejak di kampus Minar Sinan. Bagi saya, Adnan sangat ahli mencari dan menyeleksi orang-orang berbakat yang nanti dijadikan capital bagi dirinya untuk mengerjakan proyek dan menggarap karya-karya atas namanya. Berbagai kritik dari para ilmuwan dunia terhadap sosok dan karya Adnan sebagai pseudoscience sudah bisa diakses secara terbuka di berbagai media. Menariknya, serangan balik dari Adnan dan kelompoknya kerap disandarkan kepada dasar teori konspirasi, bahwa mereka yang mengkritik karya-karyanya dianggap bagian dari gembong Darwinisme yang sengaja dipolas oleh Freemasonry dan Yahudi yang agen-agennya sudah masuk dan menguasai setiap lini kehidupan mulai dari pemerintahan, media, kampus, pengadilan, militer, rumah sakit, dan sebagainya. Cara-cara seperti ini sudah biasa ditunjukkan Adnan dalam setiap berkonfrontasi dengan pihak luar, misalnya tengarai adanya campur tangan parallel state dan tuduhan-tuduhan konspirasi lainnya.

Tahun 1979 Adnan datang ke Istanbul dan mendaftar menjadi mahasiswa di Akademi Fine Art Universitas Mimar Sinan, pada jurusan Desain Interior (İç Mimarlık). Belum selesai dari Minar Sinan, Adnan pindah kampus ke Universitas Istanbul pada Fakultass Sastra Jurusan Filsafat dan Sejarah tahun 1986. Dari beberapa catatan, Adnan tidak sampai lulus dari dua universitas tersebut meski kapasitas kecerdasan dan keilmuannya mumpuni, termasuk dalam kemampuan menggambar. Kesibukan karena aktivisme dan pergerakan yang membuat Adnan Oktar “melupakan” kampus dan menelantarkan kuliah. Sejak masa kuliah di Minar Sinan, Adnan sudah membentuk kelompok yang dikenal dengan nama Adnan Hoca Grubu (Gurp Guru Adnan). Seperti dikutip dalam laporan Bbc.com/turkce (11/07), Adnan Oktar mengenang masa-masa awal kuliah di Mimar Sinan.

“Güzel Sanatlar Akademisi, Fındıklı. Orayı gözüme kestirdim, orası çok iyiydi. Hem Marksistlerin çok yoğun olduğu bir yer, yani tamamen onların hakimiyetindeydi, hem de sanatın kalesi. Üstad Said-i Nursi Hazretleri de, sanat, marifet ve ittifakla karşı mücadele vereceğiz diyor, ateizme karşı. Ben tam yerine gidiyorum o zaman dedim (Akademi Fine Arts, di Fındıklı. Di sana mata saya terpikat, sangat bagus. Baik karena banyak aktivisme kelompok Marksis yang telah menguasai [kampus], juga karena jadi benteng kesenian. Said Nursi pernah mengatakan kami akan berjuang bersama-sama dengan pengetahuan dan kesenian, melawan atheisme. Untuk itu saya akan bergerak di tempat itu [mengikuti jejak Nursi]).”

Sejak saat itu, pergerakan Adnan dan kelompok kecilnya dimulai. Spirit gerakan mereka awalnya melancarkan kritik terhadap komunisme, atheisme, Judaisme, Freemasonry, lalu melebar ke meterialisme dan positivisme, Nazi, dan bahkan Budhisme yang disebut sebagai ajaran setan. Selain itu, penolakan terhadap teori evolusi Darwin menjadi benang merah yang mengangkat namanya ke publik internasional. Isu kontroversial tersebut kemudian ditopang dengan lembaga “penelitian” yang dibangunnya seperti Bilim Araştırma Vakfı (BAV, Lembaga Penelitian Sains), dan Milli Değerleri Koruma Vakfı (MDKV, Lembaga Preservasi Nilai-Nilai Nasional). Melalui dua lembaga ini, Adnan Oktar menjadi selebriti dengan mengendarai dua sayap sekaligus: “wacana sains” dan “isu Islam”.

 

Tiga pintu

Sebelum lena menyelami aspek biografis Adnan Oktar semata, konteks historis yang bersinggungan langsung dengan situasi sosial politik lokal amat sangat penting ditelisik untuk memahaminya secara lebih komprehensif, khususnya dalam aspek aktivisme kampus yang telah mencetaknya. Konteks sejarah sosio-politik ini saya bagi ke dalam tiga pintu: pertama, periode aktivisme 1970-1980-an; kedua, awal BAV dibangun tahun 1990; dan ketiga, tahun 1999 ketika dirinya berurusan dengan kepolisian. Setidaknya melalui tiga pintu tersebut, jalan membaca jejak, pikiran dan kiprah sosok Adnan sebagai bagian dari homo socius dari sistem kebudayaan dan politik Turki akan terdadar semakin benderang. Karena faktanya, kelompok dan jaringan jamaah yang dibangun Adnan sangat eksklusif dan tidak semua orang bisa bebas mengikuti kegiatannya. Sosoknya yang semi-misterius, perlente, dan kerap kali menghindari bersinggungan dengan media massa lokal membuatnya berjarak dengan masyarakat Turki.

 

Pertama, konteks sosio-politik, ekonomi, kebudayaan, dan peta gerakan sosial tahun 1970-an telah membentuk karakter dan pandangan hidup Adnan Oktar, termasuk langkah gerakan yang ditempuhnya. Dimulai sejak dekade 1960-an, Turki mengalami puncak kekerasan politik dan kekacauan yang hebat, yang oleh Altyan Oymen disebut sebagai öfkeli yıllar (tahun-tahun amarah/kemarahan). Infiltrasi sosialisme dan komunisme, mengerasnya ultranasionalis dan kelompok islamis di sisi lain nyaris membawa Turki pada perang sipil (civil war). Ekonomi anjlok. Rakyat Turki tidak mampu membayar pajak, dari 42 juta penduduk hanya sekitar empat-lima juta yang membayar pajak. Dari tahun 1960-an hingga 1980-an, pertikaian antarkelompok ideologis begitu sadis dan darah mudah bersimbah di mana-mana. Polarisasi yang berakar dari gerakan ideologi begitu hebat. Dari dedeka 70-an hingga meletus kudeta militer 20 September 1980, tercatat lebih dari 5000 nyawa rakyat sipil kandas sia-sia. Pengalaman menghadapi kelompok kiri pada tahun-tahun itu menjadi kecemasan bersama nyaris semua rakyat Turki. Mereka yang tidak tahan menghadapi kenyataan hidup yang mengerikan itu akhirnya berhamburan pergi menjadi imigran ke Eropa, Australia, dan sebagian ke negara-negara Arab.

Dalam situasi demikian, Adnan tumbuh menjadi remaja dengan latar islamis dari Anatolia di mana keluarganya telah memperkenalkan Islam lebih awal, pada masa-masa remaja usia belasan tahun, termasuk belajar kepada buku-buku karya Said Nursi. Tahun 1979, ketika Adnan Oktar datang ke Istanbul, ketegangan politik khususnya manuver kelompok kiri, yang kelak menjadi concern dan lawan ideologisnya, menggurita dan membuat sabotase di sana-sini. Pembunuhan di antara aktivis kelompok kiri vs kanan sangat biasa terjadi tahun-tahun itu. Aktivis Islam Metin Yüksel dari kelompok Akıncılar Derneği, sebuah organisasi yang berdiri tahun 1975 di Ankara dan menjadi salah satu organisasi pemuda Islam paling aktif di masanya, dibunuh di depan Masjid Sultanahmet, Istanbul, tepat di tahun kedatangan Adnan ke kota bekas Konstantinopel itu.

Galib tercatat dalam sejarah pegerakan pemuda di Turki bahwa kampus telah menjadi lokus utama dalam melahirkan embrio-embrio aktivis dan revolusioner. Generasi emas kelompok kiri seperti Deniz Gezmiş—yang digantung pada tahun 1972—lahir dari cetakan pergerakan kampus di Universitas Istanbul. Kelak Adnan bisa ditasbihkan sebagai produk murni dari manuver dan infiltrasi ideologi dunia kampus yang telah melahirkan beragam faksi dan kelompok. Tahun 1979-1984 adalah tahun-tahun awal perjuangan Adnan di kampus Mimar Sinan, dengan gejolak dan pertentang yang menyertainya.

Adnan Oktar termasuk salah satu aktivis Islam yang distingtif. Ghirah belajarnya sangat tinggi dan kerap kali menghadapi semua ancaman dari kelompok lain dengan seorang diri. Tiga tahun pertama, seperti dikisahkan dalam biografinya, Adnan hidup dalam kesunyian, diisi dengan belajar dan melakukan riset tentang teori evolusi yang dianggapnya sebagai kebohongan ilmiah yang ditutupi. Freemasonry dan Yahudi, dalam temuan awal Adnan, dianggap menjadi motor utama atas kekisruhan dan kerusakan moral dunia yang ingin menjauhkan manusia dari agama dan spiritual, dari nilai-nilai akhlak. Di masa awal kuliah, ia terkenal alim dan teguh pendirian. Ia terus bergerak mengajak mahasiswa lain yang sepaham dan sekaligus terus menulis.

Sebagai seorang aktivis, kepekaannya tentang spionase, terori-teori konspirasi dan agen telah menggerakkan dirinya untuk menulis sebuah buku berjudul Yahudilik ve Masonluk (Judaisme dan Freemasonry, 1986). Secara umum, buku ini membahas beberapa isu utama seperti Yahudi dan Zionisme, Freemasonry, dan anti-materialisme yang kelak menjadi benih-benih penolakan Adnan terhadap Darwinisme. Buku pertamanya ini menggambarkan dirinya sebagai tipikal kelompok islamis dengan basis paradigma nasionalis khas Turki di mana kepercayaan tentang teori konspirasi dan agen-agen asing begitu tertancap dalam pikirannya. Yahudilik ve Masonluk menjadi batu pijakan untuk mengembangkan sayapnya karena buku ini semakin mempertegas dan sekaligus menyokong aktivismenya sebagai kelompok sağcı/dindar (kanan/religius). Di samping itu, ia berkeyakinan bahwa melalui buku-buku pergerakan aktivismenya akan semakin kuat dan meluas. Setelah buku itu, Adnan bisa dibilang “menghilang”, karya-karyanya tidak muncul lagi, dan bahkan oleh Ruşen Çakır disinggung bahwa pergerakannya akan segera tenggelam (Çakır, 1995: 246). Tetapi prediksi Çakır rupanya meleset karena pada tahun 1990, setelah mendirikan BAV, proyeknya berkembang begitu masif.

 

Kedua, periode pembangunan BAV. Harus diakui bahwa BAV adalah kunci penting selanjutnya untuk memasuki dunia Adnan. Lembaga “penelitian” ini dalam perjalanannya dikecam keras sebagai pseudoscience oleh otoritas ilmuwan Turki sendiri seperti Türkiye Bilimler Akademisi (TÜBA, Turkish Academy of Sciences) dan Türkiye Bilimsel ve Teknolojik Araştırma Kurumu (TÜBİTAK, Turkish Scientific and Technical Research Council). Tetapi, manuver BAV belum bisa dihentikan, mereka aktif menghelat seminar, lokakarya dan konferensi internasional dengan mempromosikan isu-isu kreasionisme ke publik internasional. Umat beragama dari negara-negara berpenduduk muslim maupun Katolik yang menolak teori evolusi Darwin—karena secara tegas berlawanan dengan pemahaman kitab suci mereka—menjadi sasaran ekspansi gerakan Adnan. Selain konferensi, buku-buku dan video-CD diproduksi dengan masif baik untuk kalangan internal Turki maupun audiens internasional. Produk atas Harun Yahya disebar secara gratis ke lembaga-lembaga penting dunia. Di Turki sendiri, buku-buku karya Adnan bertebaran di mana-mana, dibagikan di jalan-jalan dan bahkan dikirim ke depan pintu apartemen (seperti gaya pengiriman surat kabar atau selebaran). “Sokaklarda bedava kitap dağıtırlar,” seloroh rakyat Turki ketika menyaksikan buku-buku gratis karya Adnan dibagikan di mana-mana. Sayangnya, hingga hari ini belum ada yang bisa merinci dan menemukan sumber dana yang dikembangkan oleh Adnan, mulai sejak mendirikan BAV hingga memproduksi karya-karya buku dan video-CD dengan format luks.

Setelah BAV berdiri, tim penulis dan peneliti internal terbentuk, klaim pun dilancarkan oleh BAV demi mendapatkan legitimasi lebih kokoh. Klaim keterlibatan semua elemen di Turki mulai dari kepresidenan, DPR, militer, akademisi, penulis-jurnalis, dan anggota organisasi sosial kemasyarakatan dalam mendukung kegiatan-kegiatannya semakin memperkuat legitimasi BAV di internal Turki. Sejak 1990-an, langkah yang dikembangkan BAV adalah kampanye dan propaganda antiteori evolusi secara besar-besaran termasuk lewat internet, misalnya situs harunyahya.com atau harunyahya.org dengan masing-masing sub-domain untuk bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Denmark. Alasan kenapa negara-negara Eropa juga menjadi sasaran kampanye BAV tentu saja karena banyak imigran muslim Turki di benua terebut. Fasilitas bahasa internasional sudah disiapkan oleh tim mereka untuk memudahkan akses, termasuk bahasa-bahasa kecil dari dunia Islam seperti Urdu, Persia, Indonesia, Uzbek, dan Uighur.

Di Turki sendiri, penyebaran proyek Adnan berupa buku dan video-CD masuk ke berbagai tempat termasuk masjid-masjid yang mempunyai asosiasi dengan kelompok Milli Görüş (MG). Media yang berafiliasi dengan MG seperti Milli Gazete juga mengakomodir penyebaran proyek Adnan secara lebih luas dan masif. Milli Görüş menjadi salah satu organisasi sosial politik yang berhasil “dipakai” oleh Adnan Oktar untuk melebarkan pengaruh dan menancapkan legitimasinya. Terbukti, kampanye Adnan benar-benar menusuk hingga ke kantong-kantong kecil lapisan masyarakat Turki, terutama dari kelompok konservatif. Melalui MG, organisasi yang didirikan oleh tokoh penting politik Islam Necmettin Erbakan, rasa dan kadar keislaman gerakan Adnan semakin kuat karena kelompok ini—bersama aktivisme pendirinya sejak dekade 70-an—telah gencar mengampanyekan politik Islam ke tengah masyarakat Turki.

Sebagai negara sekuler dengan basis rasionalitas dan positivisme yang diwariskan oleh Atatürk, pemerintah dan agen-agennya yang tidak terima dengan masifnya manuver Adnan. Mereka mulai menjalankan serangan balik dengan membangun situs internet seperti kampanye evrim bilimsel bir gercekliktir (evolusi adalah fakta ilmiah). Sejak tahun 90-an reaksi penentangan yang ditunjukkan oleh lembaga pemerintah dan masyarakat Turki dari kalangan sekuler sudah santer. Tetapi secara umum hingga tahun 2000 Adnan Oktar masih diterima sebelum akhirnya Adnan dituduh terlibat dengan kasus-kasus kriminal dan dianggap melanggar nilai-nilai etika Turki-Islam di mata masyarakat luas. Namun, bukan Adnan Oktar namanya kalau berhenti menghadapi serangan dan tuduhan begitu.

Terhitung sejak tahun 1997, produksi karya-karya berupa buku dan video bertaburan tanpa jeda. Buku-buku di luar kapasitasnya sebagai seorang aktivis-islamis dan seniman dan pelajar filsafat—seperti topik tentang biologi, zoologi, dan bahkan buku-buku untuk anak-anaktumpah ruah bak kecambah. Sebagai pembelajar otodidak, topik-topik tentang penciptaan (seperti dipelajari dari kitab suci), terorisme, Budhisme, dan ilmu humaniora lainnya masih bisa ditoleransi sebagai bagian dari karya dan aktivisme Adnan. Tetapi buku-buku yang merambah topik tentang Bapak Bangsa Turki Atatürk seperti Asker Atatürk (Pejuang Atatürk), Atatürk Ansiklopedisi (Ensiklopedia Atatürk 1-2), Atatürk’ü İyi Anlamak (Mengenal Atatürk), Atatürk’ün Vatan ve Millet Sevgisi (Cinta Bangsa dan Negeri Atatürk), Atatürk ve Gençlik (Atatürk dan Pemuda), Gerçek Atatürkçülük (Kemalisme Sejati), dll. dan strategi politik Turki secara umum seperti Türkiye İçin Milli Strateji (Strategi Nasional Turki) dan Milli Birliğin Önemi (Pentingnya Persatuan Nasional) membuat publik Turki semakin menyadari bahwa Adnan Oktar dan kelompoknya dianggap mesin bisnis yang bisa memproduksi apa pun secara instan dan bahkan abal-abal. Jangan terkejut jika kita mendengar orang Turki menilai buku-buku karya Adnan sebagai bomboş dan cöp (omong kosong dan sampah) karena karya-karya yang ditulis atas nama Adnan Oktar tidak pernah autentik dan orisinal, selain buku-buku awal seperti Judaism and Freemasonry (1986) dan The Evolution Deceit (1997) yang sifatnya seperti teori konspirasi sebagai counterpropaganda terhadap teori evolusi, Freemasonry dan Yahudi.

Dalam satu kesempatan akhir awal 2016 saya secara serius membaca buku Komünist Kürdistan Tehlikesi (Bahaya Kurdistan Komunis) yang saya temukan tergeletak tepat di depan pintu apartemen seorang teman di kota Konya. Saya pelajari secara diam-diam karena saya tahu pekerjaan saya ini akan ditertawakan oleh teman-teman pelajar Turki. Dalam buku itu, saya menemukan banyak statemen yang sifatnya klaim, seperti buku-buku lainnya dengan tanpa menyertakan sumber penelitian atau investigasi. Pernyataan dan statemen dalam buku itu seperti mengulang banyak tulisan dan statemen umum yang bisa ditemukan dalam buku sejenis ataupun situs-situs internet. Selebihnya, seperti buku-bukunya yang lain, banyak sisipan pernyataan Adnan yang ditulis ulang dari hasil sohbet. Dua tahun sebelumnya sekitar 2014—karena kemampuan bahasa Turki masih pas-pasan—saya tidak mempunyai kepekaan terhadap belantara teks tulisan atas nama Adnan Oktar seperti yang saya lakukan dalam pembacaan ulang kali ini. Sejak saat itu saya mulai menyadari betul arti ujaran teman-teman untuk karya-karya sebagai bomboş dan cöp.

Dari momentum itu pula saya semakin yakin atas keraguan saya bahwa buku-buku Adnan Oktar bukanlah tulisannya sendiri, tetapi hasil pabrikan dari tim dan lembaga BAV. Lembaga BAV ini bergerak di bidang “sains”, sesuai dengan nama dan tujuan proyek-proyeknya, dengan memproduksi sedemikian banyak buku tentang penciptaan dalam perspekif Islam yang membuat dirinya dinobat Islamic creationist. Hebatnya, kerja tim yang dibangun Adnan ternyata mampu menggarap nyaris semua topik. Lebih dari 300 buku sudah diterbitkan atas nama dirinya, termasuk buku puncaknya berjudul Yaratılış Atlası (The Atlas of Creation, 2007).

Selain BAV, pada tahun 1995 Adnan mendirikan Milli Değerleri Koruma Vakfı (MDKV). Lembaga ini berfokus kepada pembahasan nilai-nilai moral Turki-Islam, salah satunya misalnya kampanye Türk-İslam Birliği (Persatuan Turki-Islam) yang mulai sangat ramai setelah tahun 2010. Dalam situs resminya di harunyahya.org dijelaskan tentang definisi Türk İslam Birliği, yaitu İslam birliğinin amacı barıştır. Bu birlik savaşları, acıları, kavgayı, terörü ortadan kaldırmak için kurulacak (Tujuan Persatuan Islam adalah perdamaian. Persatuan ini dibangun untuk melenyapkan teror, perseteruan, luka, dan peperangan). Buku-buku yang dihasilkan oleh tim dari lembaga kedua ini misalnya tentang kisah nabi-nabi dan tokoh Islam, khazanah kesilaman secara umum dan tentang Imam Mahdi.

 

Ketiga, tahun 1999—tepatnya pagi dini hari tanggal 12 November—menjadi preseden buruk bagi Adnan Oktar dan jamaahnya karena pihak otoritas kepolisian Istanbul mulai menerjunkan tim untuk melakukan operasi dan investigasi. Tahun itu, untuk pertama kalinya secara besar-besaran, Adnan Oktar dan lembaga yang dipimpinnya berurusan dengan pihak hukum dan pengadilan. Operasi yang sama pada waktu pagi hari tanggal 11 Juli 2018 kemarin adalah operasi kedua yang dilakukan oleh kepolisian Istanbul setelah 19 tahun. Di tengah gedebus berita operasi, ada nama yang perlahan membetot perhatian saya: Adil Serdar Saçan. Nama ini tidak terlibat dalam operasi terakhir, tetapi mantan kepala polisi yang menangani investigasi kasus-kasus high-profile organisasi dan mafia Turki itu patut saya cermati sepak terjangnya. Jabatan tertinggi lulusan terbaik Akademi Polisi Turki ini terhenti sebagai Kepala supervisi untuk Organize Suçlarla Mücadele ve Kaçakçılık Şube Müdürlüğü (Departemen Kriminal Terorganisasi dan Anti-Smuggling) setelah dirinya menjadi tersangka dalam kasus Ergenekon.

 

Sebagai perkenalan, Ergenekon adalah sebuah sindikat ilegal, mafia tingkat tinggi yang terdiri dari beragam elemen seperti kepolisian, militer, hakim, advokat, jurnalis, akademsi, dll. Kelompok yang mulai aktif bergerilya sejak sekitar 2007 ini disebut-sebut sebagai organisasi gelap dari kelompok sekuler yang mempunyai tujuan akhir mencungkil kekuasaan Erdoğan. Mereka melakukan serangkaian operasi senyap dengan taktik busuk untuk mengganggu pemerintahan sah. Sementara Saçan sendiri dituduh aktif mendukung Ergenekon khususnya untuk beberapa kasus yang terjadi pada September 2008. Tahun 2013 pengadilan menjatuhkan hukuman 14 tahun 6 bulan penjara karena bukti keterlibatan dan koneksinya dengan Ergenekon.

Waktu itu, Serdar Saçan menjadi kepala tim dalam operasi penangkapan Adnan Oktar dan jamaahnya. Saçan mengakui, di antara dokumen-dokumen investigasi atas organisasi kriminal yang berhasil ditanganinya, operasi dan investigasi terhadap Adnan sangat menguras tenaga dan mendatangkan banyak masalah bagi dirinya. Adnan memang bukan orang baru kemarin yang mudah ditundukkan. Ia mempunyai pengaruh besar dalam konstelasi gerakan keagamaan internal di Turki dan juga di mata internasional; termasuk tokoh dengan jaringan yang luas di internal struktur negara Turki di mana sejak tahun 1970-an keterlibatannya di dunia pergerakan telah menahbiskan posisinya sebagai sosok yang kuat. Sehingga Saçan merasa menghadapi tekanan besar meski dirinya sebenarnya menemukan bukti-bukti lanjutan atas investigasi yang dilakukannya. Lewat akun Twitter pribadinya beberapa saat setelah Adnan kembali diciduk, ia mengenang kembali tragedi tahun 2008 ketika dia mengalami kecelakaan hebat bersama putranya dan sebuah pesan “Allah bize yaptığı operasyonun intikamını aldı” yang artinya “Allah telah memberikan balasan kepadanya yang telah melakukan operasi kepada kami” yang disampaikan oleh kelompok Adnan. Kenangan pahit itu mendadak seperti hilang ketika Adnan dan kroninya kembali ditangkap oleh tim polisi 19 tahun kemudian.

Di depan wartawan, seperti dikutip cumhuriyet.com (11/07) dalam liputannya berjudul Adnan Oktar’a ilk operasyonu yapan polis şefi: Haklı olduğumuz 19 yıl sonra ortaya çıktı, Serdar Saçan menceritakan kembali ketika dirinya berhadapan langsung dengan Adnan di kantornya waktu itu. Dalam investigasi waktu itu Saçan bertanya apakah dirinya seorang ahli agama (din adamı). “Hayır dinle bir ilgim yok (Tidak, dengarkan, aku tak punya koneksi/kepentingan ke sana [tentang agama]),” jawab Adnan.

“Apakah Anda bisa berbahasa Arab?” lanjut Saçan.

“Tidak. Saya tidak bisa.”

“Anak-anak yang menulis buku-buku agama,” lanjut Adnan ketika ditanya tentang puluhan buku agama yang sudah diterbitkan atas nama dirinya. Saçan cukup lantang menuturkan bahwa kelompok Adnan sama sekali tidak ada hubungannya dengan (pengembangan dan pengajaran) agama Islam. Di dalam lingkaran mereka tidak ada pendidikan agama, seperti yang galib dilakukan oleh jamaah lain seperti Said Nursi, Sulaimaniyah, dan sebagainya. Bahkan praktik shalat yang dilakukan Adnan cuma dua waktu, yaitu Subuh dan Isya. Mereka benar-benar bekerja dan menampakkan aktivitasnya di luar norma dan aturan agama, kenang Saçan.

Dalam rekam ingatan Saçan, Adnan waktu itu menuturkan secara gamblang bahwa dirinya dan jamaahnya menjadi pengikut AKP. Kedekatan Adnan dengan partai pengguasa ataupun bentuk dukungannya kepada Erdoğan secara langsung memang bisa disaksikan pada pernyataan-pernyataannya baik di media-media massa ataupun di stasiun pribadinya TV A9. Adnan mempunyai cara untuk tidak berkonfrontasi langsung dengan penguasa yang mempunyai kekuatan untuk melakukan apa saja terhadapnya. Seperti dituturkan sendiri oleh Adnan, prinsip jamaahnya mengikuti partai politik siapa pun yang kuat.

“Anak-anak” yang dimaksud Adnan adalah timnya yang bekerja di BAV dan MDKV, tim yang direkrut dan dibangun Adnan untuk pengembangan proyeknya. Buku-buku yang diproduskinya lalu dibagikan secara gratis baik di Turki maupun di luar negeri, dikrim sebagai unsolicited copies hingga ke lembaga-lembaga negara seperti Anggota Kongres Amerika, museum, dan lembaga ilmu pengetahuan baik di Amerika ataupun Eropa.

Operasi yang dilakukan Saçan waktu itu menangkap sekitar 110 orang. Selain tuduhan atas tindakan spionase militer, bukti-bukti kriminal yang ditemukan dalam operasi pagi dini hari tanggal 11 Juli itu juga ditemukan ketika dirinya memimpin operasi yang sama, seperti menahan orang (biasanya perempuan) agar tidak keluar rumah, pelecehan seksual anak-anak, dan kasus pedofil. Bukti-bukti sebagai organisasi kriminal dan melawan negara sebenarnya sudah terlacak oleh Saçan, termasuk kepemilikan senjata ilegal. Bukti tentang kepemilikan senjata dan kasus pedofil juga pernah didadar ke publik oleh Ceylan Özgül, perempuan mantan piaraan (kedicik) Adnan Oktar.

Sejak operasi pertama hingga 15 tahun kemudian, data-data yang dikumpulkan terus didalami secara intens oleh pihak-pihak berawajib. “Operasi yang dilakukan hari ini sangat tepat saya pikir. Polisi telah melakukan yang terbaik dan untuk itu saya mengucapkan selamat. Karena dalam masyarakat, organisasi ini sangat berbahaya baik dalam kaca mata agama ataupun kemanusiaan,” tegas Saçan.

Salah satu penuturan yang sangat mengejutkan dari Saçan adalah tentang jaringan internasional yang terbangun di balik gerakan Adnan. Tahun 1999, seperti diberitakan takvim.com.tr dan dikutip dalam Sabah.com.tr dan (11/07), Adnan Oktar pernah mengumpulkan 100 unit darah hasil donor dari masyarakat Turki. Proyek yang diiklankan besar-besaran di media dengan tujuan untuk penyembuhan kanker itu diprakarsai oleh Oktar Babuna, orang terdekatnya yang sekaligus ahli ginekologi alumni kedokteran Universitas Istanbul dan Amerika. Peserta donor darah berjumlah sekitar 120 ribu orang. Tapi anehnya, darah yang dikumpulkan tersebut kemudian dikabarkan hilang dan untuk itu investigasi dilakukan kepada Babuna. Proyek ini akhirnya terbongkar bahwa hasil donor darah tersebut telah dikirim ke Amerika. Kejadian ini sempat menggemparkan Turki dan Menteri Kesehatan waktu itu Osman Durmuş mengatakan bahwa proyek yang dilakukan Banuna adalah untuk memberikan data tentang “peta darah orang Turki”. Tetapi khusus untuk kasus donor darah, seperti diakuinya sendiri, Saçan tidak tuntas melakukan investigasi.

Bernando J. Sujibto
Latest posts by Bernando J. Sujibto (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!