Orang Bermi
leluhur kami selaparang
ada perang saat tiadanya pedang
hati kami tak garang dan pantang
pada segala yang kembali-pergi
datang-kembali
sebab bila lapar kami berkumpul
mengisi keberanian yang kosong
dengan mengaji dan menguji diri
dan mengeja kelakuan para nabi
kami tinggalkan hari-hari selanjutnya
untuk mengejar hari-hari sebelumnya
sebelum anak-anak kami berburu
melupakan wasiat waktu
sebelum guru-guru tercipta
menyalahgunakan pengeras suara
Lombok Timur, 2015
Benarkah Kau Memiliki Waktu
kekasihku, benarkah kau memiliki waktu
meski kini yang dapat kau terima dariku hanyalah masa lalu
jika di balik dinding kamarmu ada masa depan, maka sederhana,
aku hanya perlu membuka pintu untuk dapat membahagiakanmu
tapi jendelamu terbuka agar dapat kau rasakan datangnya cahaya
meyakinkan diri bahwa segala yang akan datang pastilah terang
memikirkanmu, aku selalu mengutuk diri dari masa depan
bagaimana bisa aku berperang dengan keadaan yang belum datang
kekasihku, benarkah kau memiliki waktu
luangkanlah untuk mengatakan rindu
Lombok Timur, 2015
Selamat Malam
waktu itu aku menghubungi seorang sahabat melalui telepon genggam yang kupinjam. Matahari tenggelam tepat di saat ia menjawab. Hening sesaat, lalu kusempatkan melihat burung-burung pulang ke dalam sangkar sebelum menerima apa yang semestinya kudengar.
Aku lupa untuk apa aku menghubunginya. Aku hilang ingatan hanya sesaat setelah ia memberikan beberapa pertanyaan untuk mengawali sebuah percakapan. “habis uang?”.
Sahabat lainnya yang ada di sampingku tak bisa diam melihatku terdiam. Rupanya ia membutuhkan sesuatu di tanganku. Kuberikan telepon genggam itu dan mengucapkan selamat atas sebuah kebaikan. Ia membalasnya dengan baik sekali. “Apakah kau mengerti tarif dasar menghubungi seseorang di tempat yang sangat jauh?”.
Kini aku lupa cara menjawab pertanyaan. Di dalam kantongku ada alamat rumah sahabat lainnya yang baru saja menikah. Aku akan mengunjunginya untuk mengucapkan selamat malam. Lalu pergi untuk menghindari pertanyaan.
Lombok Timur, 2015
Sesal Separuh Bulat
sesal separuh bulat
menggelinding berat
ditiup dendam
lalu menghilang
pergi adalah datang
sebab tak ada jalan
selain ke belakang
menyusuri kerapuhan
selalu terjatuh
membuatnya utuh
merasa latah
ia tak pernah kalah
bila sempurna
akan terjerat
hilang menua
pasti tersesat
Lombok Timur, 2015
Seorang penyair di hadapan kematian
ialah yang berterimakasih pada nasib buruk
sebab pilihan tak terbagi-bagi
dan baginya satu jalan lebih berarti
: mati dilupakan atau mati untuk dilupakan
Lombok Timur, 2015
Bintang-bintang buatan
mereka tak benar meski bersinar
sebab cahayanya hanyalah warna
bukan bagi mata di malam buta
tak seperti yang asli di langit luas, di sekitar bulan
merekalah yang malah terlihat besar dari kejauhan
dan sebaliknya mengerdil di hadapan tuan-puan
pecahkan layar-layar kaca
keluarlah, mereka tak pernah betah
di dalam rumah
Lombok Timur, 2015
Celah
di tempat paling sempit
aku menunggumu
tanpa keterangan waktu
tiada hari berganti
bila kau berhenti mencari
tiada pintu terbuka
saat kau benar-benar terluka
sebab aku,
bukan sepenuhnya cahaya
melainkan sisa terang
yang terkadang membutakan
lihat, kau begitu dekat
di mana aku dapat merasakannya
sebentar lagi kau bahagia
atau sungguh sebaliknya
Lombok, 2015
- Benarkah Kau Memiliki Waktu; Puisi Fatih Kudus Jaelani (Nusa Tenggara Barat) - 10 November 2015