Nuh Membuat Bahtera
Nuh membuat bahtera
membangunnya menjadi sebuah kota :
“kita akan tenggelam ke masa depan….”
aku memasukinya
pemukiman kumuh ini tumbuh
bahtera kertas ini terdampar
dua ribu tahun dari titik nolnya :
“kita mengungsikan diri dari hujan
menyelamatkan diri dari kemarau…..”
Nuh membuat tahun-tahun kenanga
memberi isyarat untuk bersiap
menyambut datangnya gagal panen
musim panas sepanjang seribu bulan
hingga
mencairkan es yang membekukan tubuh
tubuh yang menjadi gurun
Nuh membuat bahtera
untuk sesiapa yang siap untuk sengsara
2015
Pesan Pendek untuk Mei Agnilindu
Mei, belajarlah mengingat
apa yang aku coba lupakan,
kau tulis dalam sajakmu
jejak yang hendak aku hapus
Mei, sementara kau menunggu dengan sabar
hujan yang baru akan turun di bulan Juni
lelaki bertopeng timah itu
sudah membuat titik-titik api
yang mengepungmu hingga ke sudut tusuk-sate,
malam baru akan tiba, 12 jam lagi
lelaki itu sudah merahasiakan wajahnya,
bayangan lelaki tanpa kepala itu
menyusup, kemana-mana, mencarimu
menyulut namamu
mengobrak-abrik tumpukan warna mimpimu
menanyakan puisi-puisi yang kau tebarkan
mencari taman bunga perdu yang kau tanam
mencari merpati putih yang kau lepas liarkan,
hanya, untuk menemukan rayap pasir
yang melapukkan kursi goyang hari tua lelaki itu
Mei, kau telah, dan akan terus belajar
untuk tidak mengulangi
apa yang tidak ingin kau lupakan
2015
PESAN PENDEK BUAT SRI MASEGIT
saat usia kanak-kanakmu,
sebelum tidur
kau minta diceritakan dongeng ini :
tuhan padamkan api
yang menyalakan sungai padang pasir
api yang bersembunyi dalam air
di sela batu-batu yang menjepit
akar rumput yang kering
sungai api yang berkobar
setiap kali tertimpa air mata
air mata anak-anak yang terbangun
oleh goncangan tanah yang terbelah
debu berhamburan, badai pasir basah
tuhan padamkan api
yang membuat luka bakar
luka yang hanya sembuh
dengan olesan madu kurma
dari taman terlarang, atau
siraman cuka apel dari sorga
tidak ada malam tempat bercerita
tentang hujan dan matahari
yang memberi warna kulit
tentang burung-burung dan bunga-bunga
yang mengajari bahasa
malam padam oleh api yang gelap dan senyap
sekarang, di uzur umurku
sebelum tidur
kau ceritakan kisah nyata itu padaku
2015
DI SENGGIGI, MATAHARI BERAKHIR
matahari akan berakhir
dalam sajakku
tahun-tahun cahaya akan menutup
puisiku akan kembali gelap
di malam penghabisan, di Senggigi
aku menunggu bulan sabit merah darah
1001 malam, 1000 bulan, dan
tersisa satu malam paling hitam
mata api yang menyalakan matahari akan padam
kau dan aku akan tinggal dalam rumah kaca
di dalam rumah kedap cahaya ini
kita tidak membutuhkan matahari lagi
kau dan aku bercinta dalam kegelapan
karena api, sebeku es abadi
yang tersimpan seumur hidup di tengah tubuhku
akan mencair, akan menyala
akan menyulut mata air
dari lubang besar, lubang hitam di diriku
2015
MATARAM, 17 AGUSTUS 2015
aku merayakan ulang tahun
bagi sebatang pohon
sebatang pohon yang menjadi negeri
bagi 250 juta kupu-kupu
aku menyalakan 70 lilin tanah
di setiap batangnya yang tumbuh setiap tahun
aku menyanyikan lagu senyap
bagi tumbuhnya pohon
yang aku rawat dengan siraman airmata
bagi tumbuhnya pohon
yang tumbuh karena peluh tanganku
pohon yang tumbuh ke dalam tanah
tanah yang kini bergeser menjadi gurun
pohon yang tumbuh ke langit
langit yang kini terbentang
membentuk rumah kaca
aku merayakan 70 tahun sebatang pohon
pohon yang tumbuh
dengan kemarau kering di sepanjang musimnya
pohon yang menjadi rumah kawin
bagi kupu-kupu yang sebatang kara
kupu-kupu urban kehilangan kampung halaman
kupu-kupu yatim piatu
dengan luka sadap di punggungnya
kupu-kupu yang menyilangkan warna sayapnya
berharap untuk mekarnya sekuntum bunga rumput
aku merayakan ulang tahun sebatang pohon
sebatang pohon yang aku cintai
dengan puisiku tanpa kata-kata
2015
- Di Senggigi,Matahari Berakhir; Puisi Sindu Putra (Bali) - 8 December 2015