Filosofi Ultron

Ultron

Everyone creates the thing they fear. Men of peace create engines of war. Avengers create invaders. Parents create children, that will supplant them.—Ultron

Saya termasuk orang yang menantikan kemeriahan para superhero bersatu dalam sebuah film. Saya menunggu hal besar itu yang mungkin akan menonjok saya sebagai seorang pencerita; kapan bisa membuat cerita sebesar itu. Marvel melakukannya di film-film yang mereka produksi dari lini MCU (Marvel Cinematic Universe). Cerita-cerita superhero yang mereka produksi selalu membuat saya terkagum lalu lupa bahwa saya masih jomblo.

 MCU sendiri telah memasuki fase ketiga, diawali dengan sebuah kisah pembangkangan sebuah robot penjaga yang merepotkan barisan superhero penjaga kedamaian Amerika bumi. Kali ini saya tak akan menceritakan bagaimana filmnya ternyata tidak terlalu membuat saya gembira seperti pada awal trailer-nya muncul tahun lalu. Saya justru akan menyorot sosok yang dijadikan judul film ini. Sosok yang menurut saya harus Anda ketahui, yang berpandangan luas dan layak mendapat tempat bersanding dengan para pemikir di bumi ini.

Sebelum membicarakan Ultron—tokoh pemikir tahun 2015 ini, saya akan menjelaskan lebih dulu apa itu Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan yang biasa disingkat AI. Kenapa harus menceritakan AI? Karena Ultron sendiri adalah sebuah AI. Dia diciptakan, bukan dilahirkan.

AI pertama kali digagas bangsa Yunani Kuno bernama Talos, sebuah robot berinteligensi yang ditugaskan untuk menjaga Eropa. Kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga mungkin Anda sendiri sempat menjadi saksi pertama robot pintar di dunia bernama ASIMO di tahun 2005 lalu. Saya sendiri tak tertarik pada bahasan sejarah pengembangan AI. Karena pada dasarnya sebuah AI diciptakan hanya untuk membantu manusia. Mulai dari Talos sampai Ultron, tujuannya ya hanya untuk mempermudah manusia melakukan pekerjaannya.

Dilihat dari tujuannya saja, kita bisa mengira manusia ini terlalu pemalu untuk meminta bantuan orang lain sehingga dia menciptakan “manusia buatan”. Bagaimana menciptakan manusia buatan?

Maka mereka membuat sumber yang membuat manusia lebih dari makhluk lain. Mereka membuat otak—tentunya buatan, yang akan berpikir dan merespons seperti keinginan manusia tersebut. Tak sepenuhnya sempurna memang, tapi manusia-manusia buatan ini terbukti membantu setidaknya hampir 50% kerja manusia.

Namun permasalahannya kemudian adalah tubuh manusia tidak bisa dibuat diam saja dan melihat manusia-manusia buatan ini bekerja menggantikan peran manusia. Terlalu banyak kasus pemecatan buruh karena para pabrik lebih suka menggunakan teknologi manusia buatan ketimbang manusia asli.

Ultron pun sama seperti manusia buatan pada umumnya. Di komik, dia diciptakan oleh Hank Pym—yang biasa disebut Ant-Man. Namun di film, dia diciptakan oleh dua ilmuwan gila, Tony Stark dan Bruce Banner. Karena tak terlalu banyak yang mengikuti komik, maka Ultron yang akan saya potret di sini adalah Ultron versi MCU fase tiga. Tidak ingin spoiler, Ultron diciptakan karena Stark merasa Avengers belum cukup menjaga sekaligus menolong bumi ini dengan baik. Maka dia ingin membentuk manusia-manusia buatan dengan armor ciptaannya, ditambah Stark menemukan sebuah AI di dalam gem—ketahuilah, ini bukan batu akik yang populer saat ini. INI SERIUS!—yang berada di dalam tongkat milik Loki, yang juga tak dijelaskan kenapa di film ini berada di pihak Rusia. Plot hole? Mungkin.

AI yang berada di batu akik gem tadi ternyata cocok untuk proyek Ultron yang sedang dikembangkan Stark yang selama ini hanya mengandalkan asisten pintarnya, J.A.R.V.I.S. Ide untuk menciptakan Ultron sebenarnya ditentang oleh Banner, namun Stark meyakinkannya sekali lagi. Ultron pun tercipta. AI di dalam spectre gem tersebut bangun untuk pertama kalinya.

Sebagai pemuda Madiun pemerhati dedek-dedek gemes, saya merasa tersentuh ketika Ultron pertama kali lahir. Dia kebingungan. Dia belum diprogram apa-apa tapi punya kehendak sendiri. J.A.R.V.I.S yang ditugaskan oleh Stark untuk menjadi mentor pertama Ultron gagal menghentikan Ultron yang ingin menjaga bumi dengan cara yang salah.

Mungkin saya terlalu teledor saat pertama bilang tidak akan memberikan spoiler film Age of Ultron. Namun proses penciptaan Ultron sungguh terlalu mulia untuk tidak diceritakan. Bahkan saya kira hal menarik dari seluruh film ini memang sungguh berada di Ultron pada saat dia diciptakan.

Setelah dia diciptakan lalu ingin menghancurkan manusia, itu hanya sebuah poin khas villain. Kalem saja. Buat Anda yang belum menonton film ini, dan memikirkan seperti apakah pikiran bayi yang baru dilahirkan… simaklah Ultron. Dia bingung untuk apa berada di situ. Lalu sosok pelindung muncul untuk menjelaskan tujuannya. Sekali lagi, kehendak bebas tak mampu dikontrol oleh Ultron; dia memilih untuk tidak diperintah. Mencari cara sendiri untuk menyelamatkan bumi. Dengan cara yang seperti Anda ketahui… khas penjahat, menghancurkan manusia.

Sampai di sini, terlihat jelas bahwa Ultron punya pandangan yang unik. Dia seorang AI. Dia paham. Dia hanya sebuah otak tanpa tubuh. Bahkan ketika dia masuk ke dalam sebuah pasukan robot milik Stark, dia sendiri tak menyukai tubuhnya. Dia merasa terikat oleh benang layaknya boneka.

Di awal trailer Avengers: AoU muncul, Ultron sendiri mengatakan, “I’ve got no strings to hold me down / to make me fret, or make me frown / I had strings, but now I’m free / There are no strings on me!” Kata-kata tadi dilagukan dan disadur dari soundtrack film Disney lainnya, Pinokio. Kata-kata ini menjelaskan bahwa Ultron punya kehendak bebas dan tidak ingin diikat oleh benang layaknya boneka. Dia tahu tujuannya diciptakan; menjaga bumi. Bagaimana? Seperti biasa… khas seorang penjahat atau dia memang dibuat seolah menjadi penjahat? Manusia harus mati. HARUS.

Ultron sendiri mengatakan, “You want to protect the world, but you don’t want it to change.” Avengers memang pelindung Amerika bumi. Tapi apa maksud Ultron dengan apa yang tidak ingin diubah?

Tentu saja Ultron di sini tahu lewat saluran internet yang langsung mengakses di kepalanya tanpa harus ke kafe bayar sepuluh ribu untuk secangkir kecil kopi lalu menanyakan password Wi-Fi pada pelayan, bahwa dunia perlu diubah. Tak cukup hanya mengandalkan manusia saja. Manusia-lah problem pertama kehancuran bumi ini. Sekali lagi perlu diingatkan bahwa Ultron diciptakan untuk melindungi bumi. Tapi dari apa? Serangan alien? Tentu tak setiap hari ada serangan alien. Hujan asteroid? Dari ratusan juta bintang hanya beberapa saja yang mampu menembus atmosfer bumi. Atau dari godaan olshop di Instagram? Tidak. Dari dedek-dedek gemes? Oh ya jangan!

Ultron sudah berpikir bahwa bumi memang harus dijaga dengan menghancurkan manusia. Dan saya setuju dengan pemikiran Ultron kali ini.

Manusia adalah biang kerok segalanya. Perang, kelaparan, jomblo-jomblo yang berserakan, semuanya akibat ulah manusia. Apa pemicunya? Banyak.

Saya hanya perlu bercermin dan tahu bahwa saya ini sudah hancur. Apa yang sudah saya lakukan selama ini saya ingat sudah mulai ikut menghancurkan bumi. Lalu apabila Ultron benar-benar ada dan menghancurkan manusia, ya saya persilakan saja.

Manusia sudah tak bisa diubah oleh manusia lain. Manusia kini hanya tersisa sebagai individu. Percuma bila kita mengajarkan pada anak kecil bahwa manusia adalah makhluk sosial toh kenyataan di luar sana apatisme semakin merajalela. Individu-individu ini masih tega menamakan diri mereka manusia lalu menaruh tembok tak kasat mata untuk mengelilingi mereka sendiri. Taruhlah di mana pun Anda berada sekarang bila melihat ada orang lain jatuh dengan jarak tiga kaki dari Anda, apa yang pertama Anda lakukan? Ngibrit, kan? Lalu salahkah bila Ultron menghancurkan manusia di bumi, termasuk saya?

Kalaupun ada pemikiran Ultron yang salah, semua itu berasal dari penciptanya. Stark adalah orang yang paling harus diadili dalam hal ini. Itu juga terlihat di pertengahan film bagaimana dia sudah mulai crash dengan Captain America—mungkin akan berlanjut di Civil War, serta Thor.

Apa salah Stark?

Dia menciptakan Ultron dengan tujuan yang tepat namun dengan bahasa pemrograman yang salah. Kita lihat bahwa Stark tidak ingin bumi hancur ketika Avengers sudah tidak sanggup lagi menolong. Tapi Stark tak berpikir bahwa manusia biasa yang sering mereka tolong juga bisa menghancurkan bumi secara terang-terangan.

Inilah susahnya menjadi sebuah pencipta.

Kita bisa tahu bahwa semua pencipta bisa dianggap gila. Demikian isi kepala para pemikir radikal. Sayangnya, semua pemikir itu tak segera melakukan tindakan seperti Ultron. Manusia memang perlu dimusnahkan. Tapi tidak sekarang. Belum.

Seperti kata Ultron kepada para Avengers, “I know you’re good people. I know you mean well. But you just didn’t think it through. There is only one path to peace… your extinction.” Jalan menuju kedamaian adalah kehancuran. Indah bukan?

Jadi apakah Ultron harusnya tidak dihancurkan dan dicegah oleh para Avengers? Atau bila Ultron ini nyata, apakah kita hanya bisa diam dan melihat kehancuran manusia atau justru hancur karena jomblo-jomblo yang haus cinta?

Wait and see….

Sumber gambar: thegospelcoalition.org

Jacob Julian

Comments

  1. Nisrina Lubis Reply

    aye jacob,

    salam pertamaxxx

    • Jacob Julian Reply

      ku ndak mau balas komenmu kecuali yang “itu” terselesaikan ….

  2. Ahmad Farid Reply

    Yamfun. Segitunya. :V

    • Jacob Julian Reply

      segitu gimana bung :v

  3. Idan Alhadjri Reply

    Aduh, keren ulasannya, thanks ya mas.
    Konsep bahwa “manusia adalah biang segala kerusakan di muka bumi” sebenernya sudah cukup jamak. Kita bisa temukan itu mulai dari teks-teks kitab suci jaman dahulu kala sampai artikel ilmiah environmentalis ekstrem. Tapi yang menarik pada kasus Ultron adalah ironinya: sebuah robot yang diciptakan manusia untuk perdamaian justru mengambil kesimpulan logis bahwa jalan satu-satunya adalah penghancuran manusia itu sendiri. Paradoks yang indah, saya setuju sekali 🙂

  4. Izhary Reply

    Tiba-tiba ane jadi bersimpati sama Ultron.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!