Formula Rick and Morty untuk Menginspirasi Penulis yang Buntu

Formula Rick and Morty untuk Menginspirasi Penulis yang Buntu
Formula Rick and Morty untuk Menginspirasi Penulis yang Buntu. Sumber gambar: IMDB

Mencari inspirasi sebuah tulisan memang tidaklah gampang. Namun menyontek cara penulis lain dan mengembangkannya untuk tulisan sendiri sepertinya juga bukan perkara mudah. Sudah tidak ada yang orisinal di dunia ini. Hampir semuanya telah dikembangkan dan diubah menjadi hal terlihat baru sebenarnya sudah usang bahkan terlihat biasa saja jika tahu formula membuatnya. Itulah kenapa beberapa master dalam bidangnya jarang sekali memberi tahu kita bagaimana dan apa yang terjadi di dapur mereka. Kalaupun diperlihatkan, biasanya hanya tampak yang bersih-bersih saja. Padahal dapur yang kotor adalah laboratorium eksperimen menarik yang justru sangat menginspirasi.

Seperti halnya dengan Rick Sanchez, seorang ilmuwan tua, pemabuk yang tinggal dengan keluarga anak perempuannya dan setiap hari harus mengganggu cucunya Morty dalam petualangan-petualangan yang komikal tapi cenderung absurd. Walau kisah petualangan-petualangan mereka menggunakan formula yang sama, justru tidak mengurangi keseruan tiap episodenya. Formula cara kisah Rick and Morty inilah yang akan dijabarkan sedikit oleh penulis agar setidaknya menginspirasi penulis lain yang buntu. Walau penulis tidak menjamin formula ini bisa bekerja secara apik di tangan Tere Liye atau penulis-penulis sastra yang gemar memakai judul; Untuk (Jenis Gender) Yang Memintaku Menjadi (Hal Random).

Rick and Morty diciptakan oleh Justin Roiland dan Dan Harmon. Pertama kali ditayangkan di Adult Swim, tayangan saluran Cartoon Network yang mengkhususkan diri untuk menyiarkan tayangan dewasa, pada 2 Desember 2013. Kini sudah mau memasuki musim keempatnya yang sedang dalam proses penggarapan. Justin dan Harmon sering mengedepankan kisah yang kompleks, tema kematian serta beberapa twist sehingga orang cenderung berpikir bahwa kartun ini memang tidak untuk ditonton oleh anak-anak. Walau beberapa gambarnya cenderung terlihat konyol dan imut, namun tidak semegah ketika Anda menonton Upin Ipin atau animeanime Jepang. Penulis sempat merekomendasikan serial ini ke beberapa teman dan jawaban mereka rata-rata sama, “Tidak punya waktu untuk menonton tayangan tidak mutu dengan gambar sederhana dan mending nonton anime karena Jepang adalah cahaya Asia.”

Anda bisa berpikir teman apa yang dimiliki oleh penulis.

Menonton kartun menjadi sebuah masalah dilematis karena biasanya dibagi oleh tiga kubu. Kubu yang suka gambar, suka cerita, dan suka pengisi suaranya. Penulis jarang pernah tahu ada penyuka kartun dengan membuat kubu suka penulis, sutradaranya, atau animatornya atau OB yang membuat kopi animatornya.

Rick and Morty memiliki banyak kekurangan dari segi gambar dan pengisi suaranya. Untuk pengisi suara Rick dan Morty diisi oleh Justin Roiland. Sebuah proyek hemat namun laris karena menyajikan cerita yang bagus. Oh omong-omong, untuk mengisi suara Rick, Roiland merekam suaranya setelah mabuk karena menenggak minuman keras. Jadi kalau mendengarkan suara serdawa, itu suara asli pengisi suaranya yang tidak dibuat-buat atau sedang masuk angin.

Dan Harmon—yang kebanyakan menulis episode Rick and Morty—mengakui kalau dia terinspirasi oleh buku Joseph Campbell yang berjudul, The Hero with a Thousand Faces. Dari buku yang diterbitkan tahun 1949 tersebut, sebuah struktur cerita yang diberi nama A Hero’s Journey, menjadi petunjuk bagi penulis untuk menceritakan kisah sederhana yang melibatkan petualangan sang protagonis di mana ia harus membuat keputusan yang kelak mengubah hidupnya karena sebuah pengalaman yang ia alami.

Atau mengutip dari kata Joseph Campbell sendiri: “A hero ventures forth from the World of common day into a region of supernatural wonder: fabulous Force are there encountered and a decisive Victor is won: the hero comes back from this mysterious adventure with the power to bestow boons on his fellow man.”

Buku Joseph Campbell telah menginspirasi George Lucas dalam membuat Star Wars di tahun 1977. Luke Skywalker adalah contoh protagonis yang hidupnya berubah dari pengalaman yang ia alami selama petualangan.

Dan Harmon mengubahnya lebih simpel dan membuatnya menjadi a story circle yang bisa dijumpai di setiap episode Rick and Morty. A story circle—atau lingkaran cerita—akan memudahkan setiap penulis termasuk Dan Harmon menulis cerita yang epik secara sederhana.

Dari lingkaran di atas, ada setidaknya delapan sisi yang bisa mewakili struktur lingkaran cerita. Penjelasan singkatnya akan seperti ini. Titik yang paling atas akan mewakili protagonis yang hidup di zona nyaman. Di sisi samping, dia membutuhkan sesuatu. Di titik sampingnya, dia akan pergi menemui situasi yang tidak familier. Di sisi bawahnya, dia akan mencari sembari adaptasi dengan situasi yang ada. Di titik yang paling bawah, dia menemukan apa yang dicari. Di sisi sebelah kirinya, dia harus membayar harga untuk apa yang dia cari. Di titik terakhir, dia akan kembali di mana dia berasal. Dan di sisi terakhir, dia akan berubah setelah apa yang dia alami.

Merasa familier dengan struktur cerita semacam ini? Jangan khawatir, beberapa pencerita populer di seluruh dunia menggunakannya. Selain Star Wars—yang The Last Jedi harusnya lebih dapat banyak penonton dari AAC2, Dilan, dan Harry Potter—beberapa film Disney juga sering menggunakan teknik bercerita semacam ini.

Selalu ingat, ini adalah fondasi sebuah cerita. Yang membuat cerita menarik adalah karakter dan kisah yang mereka tampilkan. Jika kalian telah menonton beberapa episode Rick and Morty, kalian akan mengingat kisah kucing dari abad ke-22 dan siswa bodoh yang sering di-bully. Rick and Morty juga menggunakan stereotip semacam ini. Seorang genius yang bersanding dengan si bodoh. Apakah Doraemon juga menggunakan struktur lingkaran cerita ini? Jelas. Namun yang membedakannya ada banyak.

Petualangan setiap episode Rick and Morty secara singkat akan diawali dengan Morty berada di zona nyaman. Lalu datang Rick dengan rusuh mengganggu Morty karena ia ingin sesuatu. Morty membantunya dan mencari apa yang dibutuhkan Rick. Tentu saja ada halangan dan akhirnya Morty menyelesaikan semua petualangan dan kembali ke rumah. Yang unik adalah di setiap cerita, selalu menggabungkan dua dunia. Dunia realitas, yang notabene seperti dunia saat ini, dan semesta alternatif yang bisa dibuka hanya oleh senjata yang dimiliki Rick. Semesta yang begitu banyak kadang membuat beberapa karakter dan cameo bermunculan namun tak usah khawatir sebab semuanya hanya bagian filler yang kadang tidak penting dari setiap episodenya. Penonton tak perlu khawatir untuk melihat episode film konyol ini secara tidak urut.

Struktur bercerita bukanlah sebuah halangan bagi setiap pencerita untuk menceritakan kisah yang mereka punya. Struktur bercerita yang digunakan secara repetitif juga tidak akan terlihat bosan jika pencerita mampu membawa suasana di dalam kisahnya. Ada berbagai macam struktur bercerita yang ada dan tidak ada satu pun yang benar atau yang salah.

Di sebuah wawancara, Neil Gaiman pernah mengatakan bahwa dia tidak pernah selesai membaca buku Joseph Campbell setelah tahu struktur cerita seperti tadi karena dia ingin mengembangkan unsur berceritanya sendiri tanpa harus mengikuti patokan yang ada.

Jadi kembali kepada kalian para pencerita yang ingin mengisahkan cerita epik kalian… apakah akan menggunakan kisah ini ataukah akan menggunakan gaya eksperimental yang kalian temukan sendiri? Semua pilihan tergantung pada tulisan kalian.

Jacob Julian

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!