
Di film The Batman, Bruce Wayne memutuskan menjadi vigilante di malam hari, sementara siang harinya ngantuk. Di tengah Gotham City yang bobrok nan korup, memang rasanya yang paling masuk akal dilakukan Bruce adalah memanfaatkan kekayaan keluarga Wayne untuk menjadi superhero seperti Batman.
Walaupun kota fiksi, Gotham City terasa nyata. Sebuah kota yang dikendalikan oleh mafia, alih-alih wali kota. Pejabat yang harusnya membantu rakyat, justru kongkalikong dengan penjahat. Dana CSR Wayne Enterprises yang tujuannya untuk kemaslahatan umat, malah jadi bancakan bagi pejabat dan penjahat.
Di film garapan Matt Reeves ini, Robert Pattinson selaku Batman harus memecahkan teka-teki yang ditinggalkan oleh pembunuh berantai yang dijuluki Riddler. Ngomong-ngomong riddle yang berarti teka-teki, sewaktu memerankan sosok penyihir bernama Cedric Diggory di waralaba Harry Potter, Robert Pattinson juga sempat berhadapan dengan Voldemort alias Tom Marvolo Riddle.
Sewaktu jadi Cedric, Robert Pattinson muda berhasil dibunuh Riddle. Namun, ketika menjadi Batman, Bruce Wayne berhasil selamat dari percobaan pembunuhan yang direncanakan Riddler. Bukti bahwa Robert Pattinson belajar dari masa lalu.
Setelah menandaskan film The Batman yang berdurasi tiga jam, saya malah jadi penasaran nonton film dan dokumenter yang diangkat dari true crime Zodiac Killer. Sebab sosok Riddler disebut terinspirasi dari sepak terjang Zodiac Killer yang sampai kini masih misteri.
Kesamaan Zodiac Killer dan Riddler di The Batman adalah pembunuhan berantai yang dibumbui teka-teki. Setiap habis membunuh korbannya, Riddler dan Zodiac memberikan petunjuk untuk kepolisian. Jika berhasil dipecahkan, kisi-kisi yang ditinggalkan serial killer itu bisa mengarahkan kepada identitas asli pelaku.
Setidaknya sudah dua judul yang membahas Zodiac Killer yang saya tonton pasca euforia The Batman. Pertama, Zodiac yang rilis di tahun 2007. Sampai akhir film tidak terungkap pasti siapa sosok asli Zodiac Killer. Dengan mempertimbangkan beberapa profil tersangka, penelusuran mengarahkan kepada satu nama. Namun, itu hanya sekadar asumsi yang dipatahkan oleh dokumenter yang rilis setelahnya.
Dalam seri dokumenter The Most Dangerous Animal of All diceritakan seorang anak adopsi yang mencari orang tua kandungnya. Ketika mencari ayahnya, dia malah menemukan fakta bahwa ayahnya bisa jadi adalah Zodiac Killer yang selama ini orang cari. Bum! Namun, kesimpulan itu justru disanggah di episode akhir yang menyebutkan bahwa semua pemaparan itu hanyalah cocokologi.
Menonton seri dokumenter dan film tentang Zodiac Killer rasanya hanya bikin lelah. Sampai akhir pun penonton tidak menemukan jawaban yang dibutuhkan tentang siapa sosok sang serial killer. The Batman bisa menjadi penebusnya. Sebab Batman mode detektif sudah pasti bisa menangkap Riddler. Nggak tahu kalau Zodiac Killer.
Setelah berhasil mengungkap identitas Riddler, kemungkinan Bruce Wayne bakalan cuti jadi Batman dan hibernasi di goa. Namun, ia tetap begadang sampai tengah malam. Selain karena insomnia akut dan telanjur mendaku sebagai makhluk nokturnal, ia juga menunggu tebakan baru di Wordle. Dia malah ketagihan teka-teki.
Adalah harapan ketika ada anak muda seperti Bruce Wayne peduli dengan keadaan rakyat. Lantas berusaha menegakkan keadilan dengan mengungkap konspirasi dan menangkap para penjahat. Beda cerita kalau Batman tidak jadi superhero, malah jadi financial influencer alias finfluencer.
Bayangkan jika Batman pamer kekayaan di media sosial yang jelas-jelas warisan orang tua, dengan harapan membuat publik terpukau. Dilanjutkan dengan mengadakan seminar bertajuk, “Sukses di usia muda, kenapa tidak?”
Kita akan menonton Batman jajan mobil seharga miliaran, terus berujar “Murah banget!” di TikTok. Namun, mobilnya tidak dipakai untuk mengejar penjahat, melainkan mengejar gengsi. Lantas Batman pamer outfit senilai ratusan juta. Logonya bukan kelelawar, tetapi LV, Gucci, Prada, Fendi, Dior, Balenciaga, Givenchy, Channel, Supreme, dst.
Lalu Batman membagikan rahasia suksesnya, salah satunya trading. Di serial aslinya Batman berkutat dengan kryptonite untuk mengalahkan Superman, tetapi ketika menjadi finfluencer pastinya menekuni kripto biar nggak FOMO.
Sebagai orang berpengaruh di kotanya, Batman memanfaatkan pamornya dengan meluncurkan koin kripto sendiri bernama Batcoin. Walaupun fundamental dan project-nya nggak jelas, Batcoin diserbu warga Gotham City yang terlena ingin cepat kaya. Masalahnya, koin kripto milik Batman ini bisa bikin orang yang memegangnya (hodler) menjadi lemas dan lesu seperti Superman ketika disodori batu krypton. Sebab harganya anjlok terus.
Puncak kesuksesan finfluencer adalah ketika menjadi affiliator binary option dan berhasil menjaring banyak member. Sebab aset member yang kalah dalam perdagangan (baca: perjudian) bakalan menjadi milik affiliator dan bandar.
Ketika menjadi affiliator binary option, seorang Bruce Wayne bakalan mengajak pengikutnya untuk bergabung. Secara persuasif, ia memamerkan kekayaan yang diklaim didapatnya dari binary option, padahal dari menipu korbannya. Walaupun sangatlah tidak berempati mempertontonkan kemewahan di tengah masyarakat Gotham City yang berjuang lepas dari kesulitan. Namun, itu sukses membangkitkan mimpi.
Saat ada yang mengatakan bahwa binary option adalah judi, Bruce bakalan mendebatnya bahwa binary option adalah trading. Bukan menjadi The Batman, Bruce perlahan-lahan menjadi Debate Man.
Ganz
Agak ngakak bacanya