Kawan Lama

H. Rudy tak pernah menyangka kalau lawan terberatnya pada pemilu kali ini adalah H. Beny, ketua tim suksesnya dahulu. Masyarakat di dapilnya sekarang akan makin puyeng karena makin banyak pilihan. H. Rhoma, H. Alex, H. Indra, H. Firman, Hj. Nurbaiti, Hj. Inul, dan Aya, tokoh muda influencer yang belakangan terjun ke politik setelah beberapa kontennya fyp di Tiktok.

Makin sering H. Rudy begadang, makin panjang doa-doanya. Benar, ia tak pernah menyangka. Setelah memberangkatkan haji ketua tim suksesnya pada pemilu sebelum ini, sekarang orang itu malah jadi musuh di dapilnya. Ketika pemilu kemarin, suara H. Rudy  menyentuh angka 90 persen. Pencapaian yang tidak bisa dicapai oleh banyak caleg dari partai lain. Itu ia capai dengan amat mudah, tak perlu ada baliho di depan jalan atau menembus pohon-pohon. Tak perlu ia bagi-bagikan kalender. Bahkan, tak perlu pula bansos. Keren bener.

Bukan dari serangan fajar, bukan pula dengan menggerakkan kepala desa, suara H. Rudy naik hanya karena kata-kata yang keluar dari mulut H. Beny yang kemudian populer di beranda Tiktok. Sering sound-nya digunakan oleh netizen-netizen kurang kerjaan. Narasi pada sound itu, “Hai, Masyarakat. Apakah kalian tidak merindukan pemimpin seperti Muhammad SAW? Apakah kalian tidak rindu sebuah negeri di mana tidak ada kemiskinan di dalamnya?”

H. Beny bukan ustaz, bukan pula cerdik pandai. Ia hanya sesekali tampil di publik. Hanya saja, dari 4 kali muncul, 3 di antaranya diliput tivi. Ketiganya viral dan selalu dibicarakan setiap orang yang berkumpul. Entah untuk apa.

H. Rudy hanya perlu menyediakan paket internet, dan me-repost seluruh video yang diunggah netizen-netizen Indo. Untuk kolega terdekatnya, iseng belaka, H. Rudy menyediakan korek gas dengan gambar wajah tersenyumnya dan logo partainya, itu saja.

Pemilu kali ini mengguncang jiwa raga H. Rudy. Ia sudah dipastikan tidak akan bisa menggunakan “sound” tahun lalu buat kampanye digital. Lebih parahnya, H. Beny pun ternyata diusung oleh partai baru yang jadi lawan tanding sepadan partai H. Rudy. Tak bisa dielak lagi, narasi-narasi kebencian sayup-sayup terdengar. Meski, sekali pun H. Rudy tak pernah mendengar hal itu keluar dari mulut H. Beny.

H. Rudy coba mengirim pesan kepada H. Beny.

Ben, bisa ke rumahku sebentar?

Maaf, Anda siapa? Balas nomor H. Beny.

H. Rudy makin naik pitam. Ia benar-benar tak menduga kalau nomor kontak pun sudah tidak disimpan H. Beny. Sejurus sesudahnya, H. Beny langsung memblokir nomor kontak H.Rudy dan berjanji dalam hati tidak akan menghubunginya lagi.

Mulai sekarang, bakso yang dimakan H. Rudy tak pernah terasa panas lagi. Mulai sekarang, sayur yang dimakan H. Rudy hambar belaka. Bakwan kesukaannya pun rasanya tak lagi sama.

“Hayati, bisa ke rumah sekarang?” H. Rudy terkenang ketua tim suksesnya yang baru, biduan kenamaan kota yang single-nya meledak setelah di-cover akustik di banyak kafe.  

“Sebentar, Mas Bos. Hayati sedang blusukan bersama puluhan ibu di pasar. Sedang diliput wartawan tivi.”

“Sejak kapan kau bisa melawan atasan? Mana link Youtube tutorial melawan atasan itu? Biar ku-takedown!”

Hayati  menjawab pertanyaan wartawan sekenanya. Ia tak fokus lagi blusukan. Pikirannya sekarang hanya  tertuju kepada H. Rudy. Maka, ia membeli rokok Mustang 1 pak sambil membayangkan senyum H. Rudy di antara asap putih bau kopi itu.

***

“Silakan, Pak.” Hayati menyerahkan rokok yang ia beli tadi ke H. Rudy. Kacang dan segelas kopi juga. Dan tak lupa juga, senyuman hangat.

“Ti, terima kasih. Tanpamu, apa jadinya aku. Kau sungguh pengertian. Dalam marah pun,  kau masih memikirkan apa yang sekiranya membuatku senang. Sini, sebentar. Mana pelukan hangatmu?”

“Ini, Pak. Silakan.”

“Maaf ya, Ti. Aku janji, jika tiba waktunya kelak, kau tak akan aku sia-siakan.”

Lampu kantor dimatikan, tapi tak mengubah apa-apa. Masih siang. Orang-orang yang berada di luar ruangan dan bisa melihat ke arah dalam, pasti tahu adegan-adegan apa saja yang terjadi. Dan semua orang yang melihatnya pasti bilang lumrah belaka.

***

Pertarungan sengit memang tak bisa dihindari. Terlebih setelah orang pusat mengetahui elektabilitas H. Rudy tak kunjung membaik. Angkanya selalu di bawah H. Beny, bahkan di bawah Aya. Beberapa baliho kemudian dipasang di banyak tempat yang jamak dikunjungi manusia dan hewan.

Video-video unggahan Hayati di akun pribadi H. Rudy tak banyak menjangkau viewer. Paling tinggi hanya lima ribu viewer, walau sudah menggunakan iklan Tiktok. Hal ini jauh di bawah viewer Aya yang hanya mengupload foto saja, bisa mendulang jutaan viewer. Berkali-kali Hayati mempelajari algoritma Tiktok, tapi masih belum banyak yang ia dapat.

Tekanan dari pusat membuat Hayati dan tim lebih banyak mencari ide ketimbang tidur. Skincare yang dipakai Hayati tak pernah lagi bikin ia kelihatan cantik. Setiap sesi wawancara tivi, selalu saja ada penonton yang bilang Hayati kurang tidur.

Di kubu sebelah, H. Beny sudah jamak blusukan ke daerah-daerah di mana ia memenangkan H. Rudy dulu, dan dapat respon positif dari masyarakat. H. Beny berkali-kali kampanye dengan didanai partai pengusungnya. Ia bahkan tak mengeluarkan duit barang sedikit pun. Hanya peluh usai orasi yang ia keluarkan. Beruntungnya, rokok, kopi, dan hal-hal yang dirasa perlu, dihadirkan sendiri oleh simpatisannya.

H. Beny bersama tim sebenarnya ingin bertemu H. Rudy, sekadar bertukar gagasan, syukur-syukur bisa membangun relasi. Bagaimana pun, pertarungan ini bagi H. Beny adalah pertarungan pertama. Ia sadar bahwa ia adalah caleg baru dan mesti banyak belajar. Tapi setiap H. Beny ada waktu, H. Rudy yang tak ada. Setiap H. Rudy ada waktu, H. Beny yang tak ada. Chat H. Rudy yang dibalas dengan “Maaf Anda siapa?” sebenarnya adalah bentuk sebuah prank. H. Rudy saja yang baper.

 ***

Pada akhirnya, mereka berdua bertemu juga. Sejotos tinju melayang ke kepala H. Rudy dari H. Beny. H. Rudy mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke udara. Semua orang yang ada di lokasi itu kaget. Penyanyi kafe tiba-tiba berhenti bernyanyi dan burung-burung  pulang ke sarangnya. Memang sudah jamnya.

Lima belas ambulans yang dipakai H. Rudy untuk kampanye sudah ada di sana. Seluruh simpatisan partai mereka berdua juga ada di sana. Langit sore setengah sunset tak diperhatikan orang lagi di sana. Mereka berdua diarak ke kantor polisi. Semua itu dalam hening yang sangat.

Sayup-sayup terdengar suara takbir imam masjid dan raungan sirene ambulans. Jalanan hening, semuanya hening. Mirip kota mati.

Beberapa waktu setelah itu, H. Beny dinyatakan bersalah. H. Rudy memaafkan. Masalah selesai. Mereka berpelukan di depan awak media. Semua masyarakat yang menyaksikan pun ikut senang bahagia. Kembali terdengar sayup-sayup suara takbir imam masjid dan raungan sirene ambulans.

***

Ketika pemilu tiba, suara mereka berdua tak mencapai ambang batas. Mereka tidak menggugat ke Mahkamah. Semua itu mereka terima sebagai hal lumrah belaka. Ada yang kalah, ada yang menang. Di mana-mana, pemilu memang begitu.

Hj. Inul dan Aya sebagai pemenang pemilu mendatangi mereka berdua yang menonton konser tunggal Hayati yang dibiayai H. Rudy dan H. Beny. Aya, yang saat itu kebetulan punya waktu, mengajak Hj. Inul, H. Rudy, dan H. Beny sekaligus Hayati untuk bikin konten bersama. Semoga nanti kontennya viral, katanya.

Usai itu, H. Benny mendekati H. Rudy.

“Rudy, apa yang menarik dari kekalahan?”

“Sabar, Kawan. Mari kita rayakan dengan mendengar Hayati bernyanyi.”

“Musik!”

 ***

Maulidan Rahman Siregar
Latest posts by Maulidan Rahman Siregar (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!