Keajaiban Itu Dingin

Keajaiban Itu Dingin

Pada 2019, kulkas tercatat meraih rekor. Kita simak berita di Solopos, 13 Februari 2019. “Produsen elektronik Sharp Indonesia baru-baru ini memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) karena produknya menyabet gelar ‘Kulkas yang Mampu Menjaga Kesegaran Buah dan Sayuran Terlama.’” Rekor membikin bangga perusahaan, bermaksud membanggakan pula bagi pembeli atau konsumen kulkas Sharp.

Rekor diperoleh dengan uji coba dan penilaian. “Selama 12 hari, sejak 27 Januari hingga 7 Februari, lemari es ini digunakan untuk menyimpan sayur dan buah. Tim Muri melakukan pengamatan menyeluruh melalui berbagai aspek seperti warna, bau, bentuk, kadar air, hingga kelembaban di laboratorium Sucofindo,” tertulis di berita. Kulkas itu berhasil meraih rekor. Pemerolehan rekor jadi berita berlanjut menjadi bukti bagi perusahaan untuk mempertahankan mutu dan peningkatan mutu.

Di negara berbeda, kulkas malah berita “pencurian”. Rumah kosong di California (Amerika Serikat) dimasuki oleh dua beruang. Masuk lewat jendela. Konon, si pemilik lupa mengunci jendela. Nah, dua beruang panen makanan dalam rumah. Seekor beruang terekam sedang membongkar isi lemari es atau kulkas. Beruang itu kelaparan. Makanan-makanan di situ terlalu menggiurkan. Keinginan makan enak terganggu suara alarm. Rumah itu memiliki sistem pengamanan beralarm (Kompas, 15 Februari 2019). Beruang-beruang tak mungkin membawa kulkas keluar dari rumah. Mereka cuma ingin makanan dalam kulkas. Beruang “mencuri” itu belum berhasil memecahkan rekor untuk menghabiskan semua makanan dalam kulkas.

* * *

Di pelbagai negara, kulkas memiliki ribuan cerita dan berita. Di Indonesia masa lalu, kulkas itu keajaiban. Kulkas didatangkan dari Eropa. Orang-orang mendapat cerita-cerita menakjubkan mengenai kulkas. Pada masa 1940-an, orang-orang di tanah jajahan mengidamkan kulkas. Mereka ingin melihat kulkas berada di rumah. Benda ajaib dan membenarkan tata hidup modern. Dingin menjadi pengesah, menolak panas sering terasa dalam keseharian di Indonesia. Benda berasal dari negeri jauh. Benda berharga mahal. Di tanah jajahan, orang-orang Eropa mendahului memiliki dan pamer kulkas. Mereka ingin dingin di tanah tropis. Kulkas pun berlistrik. Keputusan memiliki kulkas berisi makanan dan minuman di Indonesia memerlukan seribu pertimbangan dan kesadaran dampak.

Orang belum memiliki duit untuk memiliki kulkas boleh mengikuti perlombaan diadakan perusahaan mentega Palmboom. Pengumuman atau iklan perlombaan dimuat di majalah Kadjawen, 20 Juni 1941. Perusahaan itu menjanjikan memberikan hadiah berupa 10 kulkas bermerek Westinghouse. Kita simak isi pengumuman: “Satoe kaleng Palmboom bisa membawa salah satoe dari 10 koelkast Westinghouse dari 5 ¼ kaki, jang baroe dan indah di dalam toean dan njonja poenja roemah!” Kulkas dijadikan hadiah puncak. Di halaman Kadjawen, pembaca melihat gambar kulkas dengan pintu terbuka. Gambar itu merangsang kemauan membeli mentega dan mengikuti perlombaan. Belanjalah dan makanlah demi mendapatkan kulkas!

* * *

Jumlah pemilik kulkas atau lemari es di Indonesia terus bertambah, dari tahun ke tahun. Kulkas menandai ada gengsi dan peningkatan martabat keluarga. Rumah-rumah berkulkas adalah rumah milik pegawai, pejabat, pengusaha, atau pedagang. Kulkas malah pernah menjadi tanda rangsangan orang-orang melakukan korupsi. Dulu, duit hasil korupsi dibelikan mobil, kulkas, mesin cuci, mesin pendingin, dan televisi. Pada kulkas, orang bisa menduga keinginan hidup bermutu alias menghindari malu di tatapan mata para tetangga dan teman.

Kulkas itu iklan dengan sajian kata dan gambar memikat. Iklan menerangkan ke publik agar segera datang ke toko elektronik atau memesan ke perusahaan. Di toko, mereka boleh memilih pelbagai jenis kulkas dengan selisih harga bergantung mutu. Keajaiban bernama kulkas kadang gagal dimengerti dalam merawat atau memfungsikan. Petunjuk-petunjuk diberikan ke pemilik agar tak sembarangan menaruh pelbagai hal dalam kulkas.

Kita membuka Tempo, 7 September 1974, petunjuk sehalaman dari PT Sanyo Industries Indonesia. “Bagaimanakah Anda Merawat Lemari Es Sanyo Anda?” Ada tujuh petunjuk harap dibaca saksama. Kita mengutip dua petunjuk saja: “Jangan mengisinya terlalu penuh agar udaranya cepat dingin dan dapat beredar secara merata.” Tindakan itu membuat lemari es tetap awet. Petunjuk lanjutan: “Bersihkanlah dua minggu sekali. Buanglah sisa-sisa makanan yang ada di dalamnya.” Pembaca mungkin kaget membaca petunjuk tapi melihat ada gambar anjing di depan lemari es. Anjing itu tampak menutup hidung. Oh, kulkas berbau!

Pada masa berbeda, kita mendapat berita-berita membikin geleng kepala. Orang-orang di pegunungan nekat membeli kulkas mumpung sedang memiliki duit setelah panen. Di kawasan dingin, mereka tak menghidupkan kulkas untuk diisi buah, sayur, dan minuman. Mereka memilih menjadikan kulkas seperti lemari. Pakaian disimpan dalam kulkas. Mereka tak merasa bersalah. Kepemilikan kulkas itu penting ketimbang mematuhi petunjuk bahwa benda itu untuk mendinginkan dan mengawetkan. Kulkas menjadi lemari baju mungkin selingan-ejekan dari puja benda berlistrik di Indonesia.

Pemahaman kulkas di desa dan kota mungkin tak terlalu berbeda. Bermula, menganggap benda itu ajaib. Dulu, mereka bilang: “Dingin!” di situ, pelbagai hal menjadi dingin atau membeku. Di kalangan orang mengerti dagang, kulkas digunakan untuk membuat es kucir. Es berharga murah dijual di warung-warung. Bocah-bocah membeli es, memberi untung ke pedagang. Es kucir dengan beragam rasa mendapat “teman” berupa es batu. Orang biasa menggunakan dalam membuat es teh, es jeruk, dan es sirup. Puluhan tahun lalu, ingat kulkas berarti ingat es. Orang-orang mengesahkan kulkas memang ajaib.

Di majalah Kartini, 6-19 Mei 1985, kulkas dikabarkan ajaib berbarengan televisi, mesin cuci, dan mesin pendingin ruangan. Iklan besar dan megah: “Keajaiban di Abad Modern”. Iklan buatan Mitsubishi Electric. Di situ, kita membaca penjelasan: “Mitsubishi mengerto akan kebutuhan para pelanggannya yang senantiasa ingin maju… Kulkas dengan kompresor rotari hemat listrik.” Kulkas itu keajaiban.

* * *

Kita mendingan memungut cerita-cerita mengenai manusia dan kulkas. Dulu, kulkas mungkin terlambat datang di Indonesia. Kulkas perlahan mencipta cerita-cerita meski tak semua tercatat atau masuk dalam album nostalgia. Cerita-cerita terlambat dibuat jika membandingkan dengan cerita-cerita kulkas di negeri-negeri maju.

Kita mulai dari cerita kulkas di Jepang. Perang Dunia II membuat Jepang merana. Negara itu lekas insaf melakukan pemajuan kemodernan. Di Jepang, industri-industri besar menghasilkan sepeda motor, mobil, kulkas, dan jam. Kita mengingat saja kulkas di Jepang berlatar abad XXI. “Sebelum dipungut oleh keluarga Tanabe, aku tidur di dapur setiap hari. Setelah nenekku meninggal, karena selalu merasa gelisah, aku keluar kamar demi menemukan tempat lebih enak untuk tidur. Pada suatu hari, kudapati bahwa aku paling bisa lelap ketika tidur di samping kulkas,” perkenalan tokoh bernama Mikage Sakurai. Kebiasaan tidur itu mengawali cerita berjudul Kitchen (2009) gubahan Banana Yoshimoto.

Apa dalih memilih tidur di dapur? Mengapa ia tidur di samping kulkas, benda ajaib berpaham dinginisme? Mikage Sakurai sendirian dalam duka. Sepi semakin memberi duka. Pilihan tidur di sebelah kulkas pun terbenarkan: “Dengung kulkas melindungi benakku dari rasa sepi.” Pengakuan masih berimbuhan bahwa si tokoh pun merasa “malam panjang damai berlalu dan pagi datang.” Malam berarti tidur bersama dengung kulkas. Suara mendamaikan untuk berjumpa pagi. Tokoh dalam novel asal Jepang itu sedang mengatasi sepi dan duka, bukan mengarah ke pemujaan kulkas.

Di Indonesia, cerita-cerita mengenai kulkas tak setragis di sastra Jepang. Kita mulai membaca puisi Afrizal Malna berjudul “Rumah Orang Indonesia.” Puisi digubah 1996 itu bercerita ambisi orang Indonesia memiliki rumah sesak benda-benda. Kulkas termasuk wajib dimiliki atau berada di rumah. Kulkas itu idaman. Kulkas menjawab daftar kebutuhan penghuni rumah berselera modern. Afrizal Malna menulis satire: Mari tersenyum, mari/ salaman, seperti kebudayaan Timur dalam kipas angin./ Makan telur mentah dari lemari es, katanya. Aku pergi/ dulu. Besok kita jumpa lagi. Besok kita jumpa lagi. Di rumah, kulkas menjadi tempat terdingin dan mengawetkan makanan-minuman untuk kebutuhan penghuni rumah. Kulkas pun terlalu penting setiap hari.

Pada masa 1990-an, jumlah pemilik kulkas di Indonesia tentu bertambah. Kulkas diperoleh dari membeli atau hadiah dalam lomba. Dulu, kulkas masih ada di urutan teratas pemberian hadiah, bersaing dengan hadiah-hadiah berupa mobil, sepeda motor, televisi, sepeda onthel, dan kipas angin. Kegandrungan publik pada kulkas tak selalu bercerita girang, kemanjaan, malas, dan gengsi. Pada 1991, Joko Pinurbo menggubah puisi berjudul “Di Kulkas: Namamu”. Puisi mengandung sendu, ingatan, dan tata caa hidup modern. Joko Pinurbo mengartikan kulkas secara liris, menjauh dari obsesi orang-orang menuntut kulkas jadi pembuktian hidup itu dingin dan awet. Kita simak dua bait terakhir: Di kulkas masih ada/ sisa-sisa sakitmu/ membekas pada dahing-daging layu.// Di kulkas masih ada/ bisikan-bisikan rahasiamu/ tersimpan dalam botol-botol waktu. Kulkas itu manusia, makanan, sakit, rahasia, dan waktu. Kulkas itu terlalu berarti ketimbang sasaran sindiran dalam puisi gubahan Afrizal Malna.

Pada akhir abad XX, kulkas malah terpilih bagi Joko Pinurbo mengajukan renungan-renungan bagi tragisme manusia. Joko Pinurbo memilih serius menaruh dan mengisahkan kulkas mumpung manusia menanggung tragedi tak selesai di abad XX. Ia menulis: Bayi di dalam kulkas lebih bisa/ mendengarkan pasang-surutnya angin/ bisu-kelunya malam, dan kuncup-layunya/ bunga-bunga di dalam taman. Puisi tak menggebu, menunggu pembaca mau memejam mata atau menunduk untuk mengerti manusia dan dunia. Kulkas di perenungan.

Renungan memuncak dalam permintaan naif: “Biarkan aku tumbuh dan besar di sini, Ibu./ Jangan keluarkan aku ke dunia yang ramai itu.”/ Bayi di dalam kulkas adalah doa yang merahasiakan diri/ di hadapan mulut yang mengucapkannya. Kulkas menempati teks liris dan filosofis. Kita mungkin jarang mengira kulkas tak berbiak di iklan saja. Sejak masa 1990-an, para pujangga di Indonesia mulai tekun mengisahkan kulkas tanpa merasa terlambat. Kulkas sudah lama bercerita di Indonesia tapi belum sampai ke perdebatan tersengit akibat iklan atau publikasi teks sastra. Begitu.

Bandung Mawardi
Latest posts by Bandung Mawardi (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!