Cinta adalah bahasa universal yang bisa dipahami dengan mudah. Selama orang yang kita cintai menyampaikan sesuatu dengan tulus, meski tak benar-benar memahami secara keseluruhan, kita bisa menangkap intinya. Hal yang sama juga berlaku bagi I-ARMY (sebutan untuk fans internasional BTS). Ketika BTS sedang melakukan siaran langsung di kanal VLive, I-ARMY yang tidak menguasai bahasa Korea hanya bisa bengong, ikut tertawa ketika BTS tertawa, atau tebar-tebar hati sebanyak mungkin dengan menekan tombol hati di pojok kanan aplikasi. Yang penting sudah menonton BTS yang sedang live, sudah bisa bagi-bagi screen capture di media sosial dengan caption penuh nuansa halu seolah baru saja melakukan video call dengan pacar.
Kadar halu yang dirasakan ARMY ini bisa berlebihan hingga ada yang menganut paham Oppa is mine. Tipe yang seperti ini sering kali cepat bereaksi ketika ada video, foto, ataupun gosip tentang member yang terindikasi berinteraksi dengan lawan jenis. Contohnya saja, ketika MV “Intro: Singularity” diunggah, tak sedikit yang cemburu pada tangan yang berani-beraninya mengelus V. Setelah menyadari bahwa tangan itu adalah milik V sendiri, banyak yang merasa kecele.
Tenang saja, saya tak akan menyudutkan fans posesif seperti itu, karena saya pun pernah merasakannya. Tapi sebaiknya kita kesampingkan dulu itu semua dan fokus untuk mengapresiasi kerja keras V. Lirik yang puitis dan sarat metafora, dipadu dengan musik R&B klasik adalah kombinasi yang cocok untuk menonjolkan suara soulful milik V. Lewat lagu ini, V berhasil membuat saya terhanyut dengan kisah tentang seseorang yang telah melakukan banyak pengorbanan, termasuk mengubah dirinya demi seseorang yang dia cintai. Alasan dia terpaksa menyembunyikan dirinya yang asli ini disampaikan juga lewat lagu sentimental ballad “The Truth Untold”—berkolaborasi dengan Steve Aoki.
Selanjutnya, kita disambut oleh “Fake Love”, salah satu lagu yang paling emosional baik dari segi lirik maupun visualisasi. Bagi ARMY yang belum tercebur dalam kancah perteorian BTS, tentu saja MV ini terasa benar-benar memanjakan mata, apalagi disuguhi Jungkook yang pamer abs semakin ganteng di MV ini. Sementara bagi ARMY yang telanjur tersesat dalam dunia teori, mungkin selain menjawab beberapa teka-teki dari video Highlight Reel yang diunggah tahun lalu. MV “Fake Love” juga memunculkan pertanyaan baru yang tak kalah membingungkan. Bagi saya pribadi, pertanyaan terbesar yang muncul adalah, “Butuh berapa karung Snickers untuk adegan J-Hope rebahan? Snickersnya dikemanakan setelah syuting?”. Pertanyaan yang nggak berkualitas, ya? Iya, ini efek mabuk wajah ganteng BTS teori.
Harus saya akui bahwa BTS dan Big Hit memang lihai menyisipkan pesan moral yang tersirat lewat visualisasi dan koreografi “Fake Love”, yaitu see no evil, hear no evil, speak no evil. Pesan moral yang tepat sekali disampaikan kepada netizen Indonesia yang belakangan makin rajin nyinyir di media sosial. Ada yang merasa terciduk? Ups.
Selain lihai menyisipkan pesan moral, BTS juga tahu cara menghibur dan mengapresiasi penggemarnya. Lewat lagu “Magic Shop”, BTS mengungkapkan rasa cintanya kepada ARMY dengan baik. Selama ini ARMY telah memberikan yang terbaik untuk BTS, sekarang saatnya ARMY berjuang memberikan yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Jika tiba saatnya ARMY lelah berjuang, ingin menyalahkan diri sendiri, atau bahkan membenci diri sendiri, BTS akan selalu ada untuk ARMY lewat musiknya. Keinginan BTS untuk menghibur dan menjadi pahlawan bagi ARMY juga disampaikan lewat lagu tapi tetap memiliki napas satire di liriknya “Anpanman”.
Di lagu “Love Maze”, BTS mengingatkan tentang pentingnya saling percaya dan saling menjaga dalam suatu hubungan. Lewat lagu “Paradise”, BTS menyampaikan pesan yang kalah menyentuh: tak masalah meski kalian tak punya mimpi dan tak tahu mau jadi apa nantinya, yang terpenting adalah bisa bahagia dan menikmati hidup.
Untuk menikmati hidup itu, kadang kita perlu mengabaikan celotehan orang lain dan fokus pada diri sendiri. Pesan itulah yang disampaikan lewat lagu “So What”.
Bagi penikmat musik bernuansa Pop Latin, saya menyarankan kalian untuk mendengarkan “Airplane Pt 2”. Kolaborasi dengan produser lagu “Havana”, Ali Tamposi, berhasil mengingatkan saya pada lagu bernuansa padang pasir. Serius. Apalagi ditambah koreografi yang memperagakan orang yang sedang menabuh rebana. Lalu ingat Nasidaria #heh.
Jika disuruh memilih lagu favorit, maka pilihan saya jatuh pada lagu “134330” dan “Outro: Tear”. Pertama, karena dalam lirik “134330”, RM menyebut hal-hal kosmik seperti Pluto dan Eris; kedua, karena lagi-lagi RM menggunakan metafora yang bagus di sini. Sementara untuk “Outro: Tear”, alasannya adalah saya penggemar berat Cypher, tentu saja rap intense yang dibawakan di lagu jadi favorit saya. Selain itu, pesan yang disampaikan lagu ini pun berhasil membuat saya tertohok. Untuk bisa mencintai dan dicintai orang lain dengan layak, seseorang harus bisa menerima dan mencintai dirinya terlebih dahulu. Tuh, ngena banget, kan?
Untuk pembelian album kali ini, saya dan teman-teman Sekte Pemuja Bangtan memutuskan untuk bersama-sama memesan di BTS Official Shop, mengingat tahun lalu banyak tragedi online shop lokal yang pesanannya banyak tertahan di bea cukai, bahkan hingga hari ini masih ada yang belum dirilis oleh bea cukai. Lalu, apakah itu semua membebaskan kami dari drama? Tentu tidak. Memesan langsung di BTS Official Shop harus menyiapkan stok kesabaran yang melimpah karena proses packing mereka yang terkenal lama. Tapi tak apa, setidaknya kali ini kami hanya perlu menunggu satu setengah bulan untuk bisa menimang album ini.
Akhir kata, dengan memodifikasi lirik “Outro: Tear”, saya tutup tulisan kali ini:
There’s not going to be a thing like beautiful parting
So please, love yourself from now on.