Judul : Gagasan-gagasan Bertrand Russell
Penulis : Bertrand Russell
Editor : Robert E. Egner
Penerbit : Bright Publisher
Cetakan : Pertama, 2017
Tebal : iv + 152 halaman; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-6657-58-9
Filsafat itu tebal. Kita pernah bertemu buku tebal berjudul Sejarah Filsafat Barat (2007) di toko-toko buku Indonesia. Buku bertebal 1110 halaman itu ditulis oleh filsuf kenamaan Inggris, Bertrand Russell. Selain Sejarah Filsafat Barat, buku tebal Russell yang kita kenal adalah Bertuhan Tanpa Agama (2013). Russell tentu juga menulis buku-buku tipis, semisal: Berpikir ala Filsuf (2002), Akal Sehat dan Ancaman Nuklir (2002), dan Teori Relativitas Einstein: Penjelasan Populer untuk Umum (2009). Buku-buku itu lazim berkutat hanya pada satu topik yang spesifik. Buku-buku tipis ibarat setangkup air dari luasnya danau pemikiran Russell. Karenanya, kehadiran buku Gagasan-gagasan Bertrand Russell (2017) terasa aneh. Buku itu tipis dan enteng, namun berlagak. Editor buku itu, Robert E. Egner, menyatakan, “Ini adalah benar-benar karya terbaik Bertrand Russell.”
Russell lahir pada tanggal 18 Mei 1872 di Inggris, dan kelak dikenal sebagai filsuf dan ahli matematika ternama. Pemikiran dan kepenulisan Russell membentang luas dari filsafat, moral, pendidikan, sejarah, agama, hingga politik. Pemikiran Russell terbentuk dan matang melalui dua fase penting kesejarahan Eropa: perubahan transisional Inggris dari monarki absolut menuju monarki republikan (mengadopsi demokrasi liberal dalam konstitusi Inggris), kemudian masa kebangkitan filsafat positivisme-empirisisme yang menyerukan kritik terhadap tradisi idealisme Inggris (yang dipelopori David Hume). Ia jadi begitu kompleks dan termasuk salah seorang filsuf dengan pemikiran yang selalu bergerak.
Buku tipis memberi petunjuk ringkas untuk mengerti positivisme Russell. Secara umum, Russell menganut tiga prinsip kebenaran positivis. Pertama, bahasa, realitas, dan keyakinan manusia, hanya dianggap benar apabila sesuai dengan rumus-rumus deduktif matematika dan kebenaran logis dalam sistem logika formal. Kedua, melalui atomisme logis, Russell meyakini bahwa kebenaran, bahasa, dan keberadaan suatu realitas harus dapat dibuktikan secara empiris, sebagaimana pembuktian kebenaran dan keberadaan atom. Ketiga, Russell percaya bahwa perkembangan matematika dan logika formal akan membantu kemajuan kebudayaan dan peradaban yang lebih manusiawi.
Gagasan-gagasan Bertrand Russell berisi kutipan-kutipan Russell yang dibagi ke sekian kategori: psikologi, agama, seks dan pernikahan, pendidikan, politik, serta etika. Kutipan umumnya separagraf dan diambil dari berbagai teks Russell baik berupa buku, jurnal, maupun pidato. Pengumpulan kutipan ditangani Egner dengan keterlibatan Lady Russell dan Bertrand Russell sendiri. Berbagai penerbit yang memublikasikan teks-teks Russell juga dilibatkan demi kesantunan akademis. “Penyusunan dibuat oleh pelbagai macam penerbit yang mana hak cipta material tertentu diperbolehkan untuk dicetak, dan untuk menghormati mereka, ucapan terima kasih berikut ini dengan khusus dibuat.”
Kita mulai mengintip kutipan pemikiran psikologis Russell, barangkali dapat kita pungut. Sekian kutipan diambil dari pidato penganugerahan Hadiah Nobel Sastra yang Russell sampaikan pada tahun 1905 di Stockholm. Russell bukan penulis prosa maupun puisi, namun panitia Hadiah Nobel menganggap teks-teks nonfiksinya memiliki kadar sastrawi tinggi. “Hasrat untuk menikmati kesenangan merupakan keinginan terpendam dalam diri manusia, terutama pada pria. Saya menduga bahwa di tahap berburu-meramu (hunting-gathering), manusia lebih mudah merasa puas dibanding masa sebelumnya. Berburu itu menarik, berperang itu menarik, dan saling bercumbu juga menarik. Pria primitif yang nomad akan mengatur bagaimana berselingkuh dengan wanita sementara suaminya tidur di sisinya,” tulis Russell.
Russell bukan hanya mengemas pemikiran akademis secara sastrawi, namun juga memberi cita rasa humor. Kita merasakan humor tatkala memungut kutipan pemikiran politik Russell, “Di sebuah kapal yang mengalami kecelakaan dan terancam karam, para kru mematuhi perintah tanpa perlu tahu alasan di balik perintah itu. Mereka hanya memiliki tujuan bersama, dan perintah tersebut tidak sulit dimengerti untuk mencapai tujuan tadi. Namun, jika sang kapten diharuskan, sebagaimana Pemerintah, untuk menjelaskan prinsip-prinsip tertentu agar perintahnya bijaksana, kapal tersebut akan tenggelam sebelum pidatonya berakhir.” Kutipan itu sengaja Russell jadikan ilustrasi, untuk kemudian diperas dalam satu kalimat, “Politik, secara luas diatur oleh kata-kata yang singkat dan tegas, yang tanpa kebenaran.”
Sikap politik Russell yang paling tegas (dan termasyhur) barangkali pendiriannya terhadap perang dan penggunaan senjata nuklir. Pendirian Russell didukung beberapa ilmuwan, termasuk Albert Einstein. Para ilmuwan itu sepakat menandatangani resolusi yang berbunyi, “Merupakan fakta bahwa dalam dunia di masa mendatang, senjata nuklir pasti akan digunakan, dan itu pasti akan mengancam peradaban umat manusia. Kami mendesak para pemerintah negara di seluruh dunia ini untuk menyadari, dan untuk memahami pandangan umum, bahwa tujuan mereka tidak dapat dicapai dengan perang, dan kami mendesak mereka untuk menemukan cara-cara damai untuk menyelesaikan segala perselisihan yang terjadi di antara mereka.”
Rancangan resolusi itu bermula dari hasil konferensi yang melibatkan Russell dan Einstein. Resolusi itu ditulis Russell lalu dikirimkan ke Einstein dan sembilan ilmuwan lain untuk disetujui-ditandatangani. Einstein meninggal tepat di hari Russell menerima surat tentang persetujuannya. Resolusi itu pada akhirnya menjadi sikap terakhir Einstein bagi kemanusiaan. “Jika politik akan menjadi ilmiah, dan jika suatu kejadian tidak akan terus menerus mengejutkan, sangatlah penting bahwa pemikiran politik kita seharusnya dilampiaskan dengan lebih mendalam dalam tindakan-tindakan kemanusiaan.” Kita lalu mengerti bahwa menjelajah dan memungut berbagai pemikiran Russell adalah semata-mata jalan menuju kemanusiaan. []
- Yang Meronta dalam Sangkar - 22 February 2020
- Filsafat sebagai Laku Hidup - 7 December 2019
- Obrolan Tanpa Kepakaran - 31 August 2019