
Par Avion
Aku menghidu kau di wangi bunga ceri,
di biru langit yang memendam jejas mesin jet.
Kau sampai di kotaku dengan rindu nyala lampu
sepotong jendela di negeri asing –
rindu suntuk & jenak yang adalah
mimpi buruk seorang kanak.
Dan karena kau telah sampai,
aku tak perlu lagi capai menunggu.
2021
Di Taman; Sebelum Pengusiran
Jangan Kau desak kami keluar dari semak,
Tuan. Tetapi, biarkan berbaju lebih dahulu.
2021
Merpati
Ada merpati yang turun ketika kau hendak mandi;
yang persis kepaknya dengan yang terbang dari topi pesulap itu,
yang putih bulunya seperti mimpi kanak akan yang surgawi,
yang lembut suaranya sehingga kau kenang kembali aroma gandapura
& kayu putih nenekanda, wangi napas & manis susu ibunda.
Tetapi, karena kau bertekun dalam mandimu; justru kaulah
yang merasa ada yang terbang dari dalam diri, meninggi ia
melepaskanmu dari masa lalu & khayalan itu.
2021
Bagianku
I, a tarsier,
know well how essential it is to be a tarsier.
~ Wislawa Szymborska, Tarsier
Sudah jelas, kedua tanganku tak akan pernah bisa
menghentikan cuaca. Hujan terbit bukan juga dari
air mata. Matahari terik di luar sana tak bakal bisa
menghentikanku; berjalan – bahkan – berlari, mendaki
sebuah bukit kecil atau hanya mengitari
sebentang lanskap taman;
yang di dalamnya, seorang pekebun rajin menanam
aneka bunga karena cintanya yang penuh, & bagianku
adalah membaca nama-nama bunga itu
dengan senang & bersungguh-sungguh.
2021
Nonsense
…
I know how to handle misfortune,
How to take bad news.
…
~ Wislawa Szymborska, Advertisement.
Dengan bermandi, aku merasa sudah
memasukkan hujan ke dalam badan.
Yang kudengar saat pintu & jendela
sudah kututup, & yang jatuh sekaligus
gaduh di pucuk pohon, di tubuh jalan,
dan menghilang dalam selokan
hanyalah derau dari dukamu.
Namun, selesai mandi & mengabaikan
hujan, aku didera gigil itu. Menggigil:
menambahkan kegilaan-kegilaan baru.
2021
Keajaiban
Walaupun kau tak ada, ataupun merasa
tak ada yang menunggu kedatanganmu,
biar kutuliskan yang penuh keajaiban
selama kau pergi:
tanpa perlu dengung kumbang,
bunga terus kembang. meski tinggal tangkai
karena dimakan ulat, capung tahu benar yang
dihinggapinya adalah daun bakung. bintang-bintang
kadang berkaca di wajah sungai itu saat awan
tak melintas di jembatan. & tidak ada pesta
saat bunga turi, bunga randu turun ke tanah
dengan gaun mereka yang indah.
Dengan hati-hati kuamati & kutambahkan
jika ada lagi yang demikian. Pasti, saat kau
datang, akan kubacakan dengan lantang.
2021
Dari Keranjang Buah
…
We fall silent in mid-sentence,
all smiles, past help.
Our humans
don’t know how to talk to one another.
~ Wislawa Szymborska, An Unexpected Meeting.
Apel menyangka adalah pisang yang lebih dulu akan
kau santap, selesai kau mengelap sisi bibirmu dari
sisa kuah kari.
Padahal, dari tadi, jeruk telah merasa ia selalu akan jadi
korban pertama. Tidak mungkin salak, karena daging
di bawah kukumu pernah tertusuk tajam sisiknya.
Anggur makin rapat dalam gerombolnya. Sekali saja
kau cabut sebutir, yang penuh setangkai itu sudah pasti
akan berakhir.
Namun, pisau yang kemarin kau asah, dan semalaman
telah membayangkan darah, justru jadi dingin. Tak pernah
terlintas baginya; betapa kemalangan dibincang seperti
memilih buah pencuci mulut dalam jamuan.
2021
Pausanias
Tuan, dukamu sudah sampai
tapi harus kau bawa sampai mati.
Seperti Narsisus yang selalu cemas
pada hening muka kolam & daun jatuh
itu? Ia yang menolak dicintai & diikuti
semua perkataannya, hingga Echo hilang
dalam tubuh hutan & tumbuh jadi suara
dalam kabut itu? Ia yang telah melihat cinta
dan mengatakan; matanya dan rambutnya
dan pundaknya dan lengannya dan dadanya
dan pinggulnya dan pahanya aku!
Ya, Tuan. Ia yang diam menerima dukamu,
menjerit dalam diri yang tabah untuk mencatat
segala yang berubah di dalam kolam; air, ganggang,
lumut, gelembung udara, hidup…
yang semua itu memang
bukanlah kembaranmu.
2021
- Mencuri dari Delapan Puisi Sapardi - 28 September 2021
- Mengenal Puisi Klasik Myanmar - 20 March 2018
Budhi Setyawan
puisi2 mas Dedy selalu keren
Ikhsan Risfandi
mencuri dari diri sendiri yap masded