Mencuri dari Delapan Puisi Sapardi

 

Par Avion

Aku menghidu kau di wangi bunga ceri,

di biru langit yang memendam jejas mesin jet.

Kau sampai di kotaku dengan rindu nyala lampu

sepotong jendela di negeri asing –

rindu suntuk & jenak yang adalah

mimpi buruk seorang kanak.

Dan karena kau telah sampai,

aku tak perlu lagi capai menunggu.

2021

 

 

Di Taman; Sebelum Pengusiran

Jangan Kau desak kami keluar dari semak,

Tuan. Tetapi, biarkan berbaju lebih dahulu.

2021

 

 

Merpati

Ada merpati yang turun ketika kau hendak mandi;

yang persis kepaknya dengan yang terbang dari topi pesulap itu,

yang putih bulunya seperti mimpi kanak akan yang surgawi,

yang lembut suaranya sehingga kau kenang kembali aroma gandapura

& kayu putih nenekanda, wangi napas & manis susu ibunda.

Tetapi, karena kau bertekun dalam mandimu; justru kaulah

yang merasa ada yang terbang dari dalam diri, meninggi ia

melepaskanmu dari masa lalu & khayalan itu.

2021

 

 

Bagianku

I, a tarsier,

know well how essential it is to be a tarsier.

      ~ Wislawa Szymborska, Tarsier

Sudah jelas, kedua tanganku tak akan pernah bisa

menghentikan cuaca. Hujan terbit bukan juga dari

air mata. Matahari terik di luar sana tak bakal bisa

menghentikanku; berjalan – bahkan – berlari, mendaki

                            sebuah bukit kecil atau hanya mengitari 

                            sebentang lanskap taman;

yang di dalamnya, seorang pekebun rajin menanam

aneka bunga karena cintanya yang penuh, & bagianku

              adalah membaca nama-nama bunga itu

              dengan senang & bersungguh-sungguh.

2021

 

 

Nonsense

I know how to handle misfortune,

How to take bad news.

~ Wislawa Szymborska, Advertisement.

Dengan bermandi, aku merasa sudah

memasukkan hujan ke dalam badan.

Yang kudengar saat pintu & jendela

sudah kututup, & yang jatuh sekaligus

gaduh di pucuk pohon, di tubuh jalan,

dan menghilang dalam selokan

hanyalah derau dari dukamu.

Namun, selesai mandi & mengabaikan

hujan, aku didera gigil itu. Menggigil:

menambahkan kegilaan-kegilaan baru.

2021

 

 

Keajaiban

Walaupun kau tak ada, ataupun merasa

tak ada yang menunggu kedatanganmu,

biar kutuliskan yang penuh keajaiban

selama kau pergi:

tanpa perlu dengung kumbang,

bunga terus kembang. meski tinggal tangkai

karena dimakan ulat, capung tahu benar yang

dihinggapinya adalah daun bakung. bintang-bintang

kadang berkaca di wajah sungai itu saat awan

tak melintas di jembatan. & tidak ada pesta

saat bunga turi, bunga randu turun ke tanah

dengan gaun mereka yang indah.

Dengan hati-hati kuamati & kutambahkan

jika ada lagi yang demikian. Pasti, saat kau

datang, akan kubacakan dengan lantang.

2021

 

 

Dari Keranjang Buah

We fall silent in mid-sentence,

all smiles, past help.

Our humans

don’t know how to talk to one another.

~ Wislawa Szymborska, An Unexpected Meeting.

Apel menyangka adalah pisang yang lebih dulu akan

kau santap, selesai kau mengelap sisi bibirmu dari

                                                                      sisa kuah kari.

Padahal, dari tadi, jeruk telah merasa ia selalu akan jadi

korban pertama. Tidak mungkin salak, karena daging

di bawah kukumu pernah tertusuk tajam sisiknya.

Anggur makin rapat dalam gerombolnya. Sekali saja

kau cabut sebutir, yang penuh setangkai itu sudah pasti

akan berakhir.

Namun, pisau yang kemarin kau asah, dan semalaman

telah membayangkan darah, justru jadi dingin. Tak pernah

terlintas baginya; betapa kemalangan dibincang seperti

               memilih buah pencuci mulut dalam jamuan.

2021

 

 

Pausanias

Tuan, dukamu sudah sampai

tapi harus kau bawa sampai mati.

Seperti Narsisus yang selalu cemas

pada hening muka kolam & daun jatuh

itu? Ia yang menolak dicintai & diikuti

semua perkataannya, hingga Echo hilang

dalam tubuh hutan & tumbuh jadi suara

dalam kabut itu? Ia yang telah melihat cinta

dan mengatakan; matanya dan rambutnya

dan pundaknya dan lengannya dan dadanya

dan pinggulnya dan pahanya aku!

Ya, Tuan. Ia yang diam menerima dukamu,

menjerit dalam diri yang tabah untuk mencatat

segala yang berubah di dalam kolam; air, ganggang,

lumut, gelembung udara, hidup…

yang semua itu memang

bukanlah kembaranmu.

2021

Dedy Tri Riyadi
Latest posts by Dedy Tri Riyadi (see all)

Comments

  1. Budhi Setyawan Reply

    puisi2 mas Dedy selalu keren

  2. Ikhsan Risfandi Reply

    mencuri dari diri sendiri yap masded

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!