MENJELANG hari Valentine, ketika anak-anak muda sedang mempersiapkan perayaan hari kasih sayang, lelaki paruh baya itu tiba-tiba merasa galau karena belum mendapat kekasih. Sebenarnya dia sangat anti Valentine yang direkayasa oleh kaum kapitalis menjadi hari yang begitu penting untuk dirayakan demi memasarkan dagangan.
Dia sering menertawakan orang-orang yang begitu latah dan bodoh merayakan Valentine dengan euforia berlebihan, memborong mawar dan cokelat untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang lewat di jalan raya tanpa memahami makna sebenarnya. Bahkan anak-anak remaja dan para pelajar meminta uang lebih kepada orang tuanya untuk merayakan hari yang mereka yakini penuh berkah tersebut dengan mawar dan cokelat.
Entah apa hubungan Valentine Day dengan cokelat. Konon Santo Valentine, martir Roma Kuno yang menjadi rujukan hari kasih sayang malah tak tahu tumbuhan berbuah cokelat yang menjadi makanan lezat tersebut. “Mungkin karena cokelat mengandung antioksidan lantaran tingginya kandungan flavonoid, terutama epicatechin, sehingga memiliki kemungkinan sangat rendah terserang stroke, gagal jantung, diabetes dan kanker, sehingga patut dihadiahkan kepada orang tersayang agar selalu sehat dan panjang umur,” lelaki itu mereka-reka.
Namun seiring perjalanan waktu, karena saking seringnya melihat kenyataan tersebut setiap tanggal 14 Februari, akhirnya sikap dan perasaannya mencair juga, pemuda itu ingin mencoba ikut merayakan hari kasih sayang dengan caranya sendiri. “Apa salahnya dicoba? Tembak saja kalau ketemu perempuan yang menarik. Tak ada yang tabu pada hari kasih sayang, siapa pun boleh menyatakan cinta dan membagikan kasih sayang kepada siapa saja yang disukai. Berikanlah hadiah cokelat dan mawar sebagai pernyataan cinta dan doa panjang usia, terhindar dari segala macam penyakit,” dia teringat saran temannya.
Ya, tak ada salahnya dicoba, siapa tahu ada keajaiban di tengah kekonyolan perayaan Valentine, pikir pemuda yang sering diledekcandai teman seniornya sebagai lelaki ‘paruh buaya’ (plesetan dari paruh baya) karena lagaknya seperti buaya darat, besar mulut tapi tak pernah berhasil mendapat perempuan seperti teman-temannya yang playboy sukses menjadi buaya darat. Dia tak marah diledek paruh buaya (moncong buaya) dan hanya cengar-cengir. Karena setiap ‘menembak’ cewek pada hari-hari biasa selalu gagal. Maka menjelang Valentine dia iseng mampir swalayan yang buka 24 jam untuk membeli cokelat. Kebetulan ada cokelat keluaran terbaru yang dikemas dalam kaleng berbentuk jantung hati bergambar indah warna merah untuk bekal mengadu nasib menjajakan cinta pada hari kasih sayang.
Hari Valentine tiba. Lelaki itu membulatkan tekad untuk melakukan petualangan cinta. Ia membaca doa yang konon bisa mendekatkan jodoh. Belum terbayang siapa perempuan yang hendak disasar. Dia berjalan kaki di tengah kota menggendong tas punggung berisi kamera saku, buku kumpulan puisi, dan beberapa kaleng cokelat spesial. Tangan kanannya menggenggam benda serupa pentungan dibungkus plastik dan kertas di dalamnya ada mawar istimewa dari taman di belakang rumah tinggalnya yang ia tanami berbagai macam bunga termasuk mawar merah dan putih. Dia berjalan menyusuri trotoar jalan besar di pusat kota sambil berdoa dan memperhatikan keadaan sekitar.
“Hallo cantik, maukah kamu menjadi kekasihku?” kata lelaki itu memberanikan diri ketika bertemu gadis cantik di halte angkutan kota di depan kampus, membuat mahasiswi itu kaget dan ketakutan.
“Oh, sorry, sorry kalau sikapku berlebihan. Tapi adik tak usah takut, saya orang baik-baik. Saya sedang mengadu nasib menjajakan cinta di hari Valentine. Kalau adik sudah punya pacar atau tak tertarik kepada saya tak apa-apa. Adik mahasiswi sini kan? Jurusan apa? Saya juga lulusan kampus ini tapi sudah lama banget.”
Mahasiswi itu masih terlihat panik, beruntung ada bus datang hingga ia buru-buru naik setelah melempar senyum masam membuat lelaki aneh melongo. “Ah, ini baru kegagalan kecil pertama. Aku harus berjuang sampai berhasil. Dari sekian banyak perempuan yang kujumpai pasti ada yang menerimaku. Tuhan yang Maha Pengasih, berkatilah perjuanganku,” gumamnya sambil meneruskan perjalanan.
“Selamat pagi, Nona manis. Maaf mengganggu. Nama saya Yansunar, masih ting-ting tulen. Pada hari kasih sayang yang indah ini izinkan saya menawarkan cinta yang tulus kepada Nona. Anda masih jomlo, kan?”
Cewek kedua yang ditemui lelaki paruh buaya dan ditawari cinta itu hanya mesem-mesem dan buru-buru masuk ke rumah. Ia baru saja dari warung di sebelah rumahnya beli makanan kecil, “Hari Valentine memang membikin orang jadi lebai, tapi kayaknya lelaki itu benar-benar gila, tubuhnya kecil pendek tapi rambutnya gondrong, berpakaian aneh, wajahnya pucat, matanya agak sipit, kumisnya berantakan, dan tingkahnya … ah,” gerutunya geli.
Lelaki penjaja cinta itu tak patah arang, dia meneruskan langkahnya hingga sampai di perempatan lampu merah. Banyak muda-mudi membagikan mawar kepada pengendara yang berhenti saat lampu merah menyala. Penjaja cinta berpikir bagaimana caranya merayu seorang di antara cewek tersebut. Tiba-tiba seorang cowok menghampiri dan memberinya mawar, “Selamat Valentine, Bapak, semoga kasih sayang menambah indah hidup kita.”
Mawar merah itu terpaksa diterima oleh penjaja cinta dengan perasaan kecut karena dirinya dipanggil bapak, cowok lagi yang memberi, jancuk, bukan cewek yang diharapkannya, sehingga dia urung menawarkan cinta. Baru beberapa puluh meter berjalan lagi, penjaja cinta berpapasan dengan seorang perempuan yang diperkirakan usianya hampir sebaya dengan dirinya. Sempat bertatap sejenak, tapi lelaki itu tak punya minat untuk menawarkan cinta kepada perempuan tersebut. Dia hanya meminati daun muda, cewek berusia muda yang masih ranum. Biar pun sudah paruh baya tapi selera masih muda banget.
Tak lama lagi dia akan sampai di perempatan besar lagi. Lelaki penjaja cinta itu sudah mempersiapkan trik baru untuk menawarkan cinta kepada dara ayu yang ditemuinya nanti. Benar, di perempatan berikutnya banyak dara ayu membagikan mawar. Kesempatan emas. Segera ia keluarkan rayuan yang telah dirancang. “Selamat pagi, adik-adik cantik. Kalian lagi membagi kasih sayang ya? Adik-adik ini sungguh membanggakan. Hari yang indah ini memang patut diharumkan dengan mawar mekar seperti mekarnya hati kita semua.”
“Terima kasih, Om. Selamat Valentine,” jawab para dara ayu, dua di antaranya dara tersebut bersamaan memberikan mawar kepadanya.
“Terima kasih. Selamat Valentine juga. Tapi mawar mana yang harus saya terima?”
“Yang mana saja boleh, Om!”
“Baiklah, boleh saya terima keduanya?” kata penjaja cinta, siapa tahu kedua dara ayu itu bisa didapatkannya sekaligus, sekali rayu dua dara ayu yang ranum dan harum didapatkan. Ia ambil dua mawar merah itu lalu diselipkan di kantong samping tas gendongnya.
“Nah, sebagai imbangan kasih sayang kepada kalian, akan saya persembahkan hadiah spesial,” ujarnya, kemudian membacakan puisi dengan akting yang teatrikal, “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.”
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.” Para dara ayu itu meneruskan sajak tersebut sebelum selesai dibacakan oleh penjaja cinta dengan gaya yang teatrikal pula.
“Lho, ternyata kalian tahu puisi itu ya?”
“Tahu, Om. Itu kan puisi Aku Ingin, karya Sapardi Djoko Damono, yang amat terkenal. Itu puisi wajib kami mahasiswa fakultas sastra. Oke, makasih, Om, selamat melanjutkan perjalanan,” kata para mahasiswi itu sambil menghampiri pengendara motor yang berhenti membagikan mawar.
Pudar lagi harapan dan perjuangan lelaki penjaja cinta itu. Tapi dia belum putus asa. Dia lanjutkan perjalanan. Dia belum mengeluarkan mawar dan cokelat spesial karena belum menemukan perempuan yang menerima cintanya. Tadi dia sudah merencanakan, seusai membacakan puisi hendak mengeluarkan dua kaleng cokelat untuk diberikan kepada kedua dara ayu yang memberinya mawar agar dua-duanya bisa digaet. Namun urung, karena puisi cinta jurus pamungkasnya telah dihafal mereka.
Setelah melakukan perjalanan panjang cukup jauh, hari sudah siang, lelaki itu ketemu dara molek yang patut diberi cinta. Dia kenal gadis itu, bahkan sudah sering dirayunya tapi belum mendapat tanggapan yang jelas. Kebetulan gadis itu datang saat penjaja cinta sedang makan siang di rumah makan langganannya. Ia mulai melontarkan rayuan, “Ini hari yang penuh berkah. Saya yakin bukan kebetulan kita bertemu di sini, pertemuan ini sudah diatur alam. Kita dipertemukan kosmis di waktu yang tepat, di saat semua orang sedang menyatakan cinta.” Belum selesai dia melontarkan rayuan, datang seorang pemuda yang juga sudah dikenalnya. Dia adalah mantan pacar gadis tersebut.
“Masih ingat dia kan, Mas?” tanya si gadis kepada lelaki penjaja cinta.
“Halo, Om, apa kabar?” sapa pemuda itu menimpali.
“Halo juga. Eh, kamu kok tambah ganteng,” ujarnya sekenanya untuk menutupi kaget. “Kalian balikan lagi ya?” tanya penjaja cinta seolah tak ada masalah.
“Ya, Mas. Kami masih saling mencintai. Tempo hari kami putus hanya untuk menjajaki perasaan yang sebenarnya. Terbukti bahwa kami masih saling menyayangi. Ya, sudah balikan lagi.”
“Oh, begitu. Ya, bagus itu. Perasaan memang tak bisa ditipu. Kalau sudah cinta ya cinta.”
“Maaf ya, Mas, kami permisi duluan,” kata gadis itu setelah terbengong sesaat. Sebenarnya mereka janjian hendak makan siang di rumah makan tersebut, namun karena tak enak dengan lelaki penjaja cinta itu, mereka memutuskan pindah ke rumah makan lain. Cewek dan pacarnya itu sudah akrab dengan pelayan rumah makan tersebut sehingga tak ada masalah jika membatalkan makan di situ.
Gagal menjajakan cinta pada hari Valentine, lelaki paruh baya itu pulang dengan perasaan hambar. Tapi, karena sudah sering mengalami kegagalan, dia bisa menekan kekecewaan di hatinya. Sesampai di rumah, masih bercucuran keringat setelah berganti pakaian, dia mencium bau busuk lagi. Bau bangkai yang sedari kemarin dia cari tak ketemu. Karena baunya semakin keras, dia mencoba mencari ke sekeliling rumah, sampai ke kebun belakang hingga akhirnya menemukan bangkai anjing di kebun tetangga dekat pagar pembatas dengan kebun belakang rumah tinggal lelaki itu. Rupanya anjing betina berbulu cokelat yang sering nongkrong di belakang rumah itu tewas.
Beberapa hari lalu anjing itu setiap malam terdengar meraung seperti menahan sakit. Lelaki itu mengira anjing betina tersebut merintih karena merindukan pejantan dan meratapi cintanya yang kandas. Merasa terharu karena senasib, sama-sama gagal meraih cinta, lelaki itu mengambil mawar yang gagal diberikan kepada calon kekasih di jalanan, untuk dipersembahkan kepada bangkai anjing betina yang sudah dikerumuni belatung tersebut. “Wahai kau anjing betina yang malang, karena tak seorang perempuan pun menerima cintaku, maka mawar ini kuberikan kepadamu, bawalah harum-indahnya menghadap Tuhan. Katakan aku rela menerima takdir sunyi sesunyi hati tak berpenghuni. Jika ini memang kehendak-Nya aku ikhlas dan tak memaksa meminta jodoh kepada-Nya,” ujarnya.
Dia segera mengurug bangkai anjing itu bersama mawar cinta pemberiannya dengan tanah di sekitarnya karena tak memungkinkan lagi untuk dikuburkan lantaran sudah hancur menjadi belatung. Dia melakukannya dengan perasaan kasih sayang, menyayangi makhluk yang meninggal. Apalah bedanya antara manusia dengan binatang jika sama-sama mengabdikan hidupnya untuk kemaslahatan. Dia merasa derajat dirinya lebih rendah dibanding binatang jika tidak mampu mengabdikan hidup dan mewujudkan kasih sayang kepada sesama hamba Tuhan. Lelaki itu teringat ungkapan cinta yang indah dan menyentuh perasaan dalam puisi Melodia karya Ubu Landu Paranggi, penyair tersohor asal Sumba, yang pernah tinggal di Jogja lalu hijrah ke Pulau Dewata: Cintalah yang membuat diri betah untuk sesekali bertahan/karena sajak pun sanggup merangkum duka gelisah kehidupan/baiknya mengenal suara sendiri dalam mengarungi suara-suara luar sana/sewaktu-waktu mesti berjaga dan pergi, membawa langkah ke mana saja.” **
- Jalindul - 28 October 2022
- Lelaki dan Kucing Betina - 3 June 2022
- Penjaja Cinta - 4 February 2022