Pertarungan Akbar Superhero Meraih Oscar

Selama satu dekade terakhir film superhero mendominasi layar lebar. Aksinya melawan kejahatan terus berlanjut semakin seru. Para superhero telah melawan puluhan penjahat dari mulai kriminal tingkat kota sampai penjahat antargalaksi. Namun, lawan terberat mereka bukanlah alien yang mampu menghapus eksistensi setengah populasi di seluruh semesta dengan satu entakan jari, melainkan sebuah organisasi berisi manusia Bumi bernama Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS). Perlakuan terhadap film superhero di ajang penghargaan film tertinggi bertajuk Academy Awards mungkin dapat dikatakan bagaikan ampas. Meskipun para superhero dipuji dan dipuja oleh masyarakat, nyatanya mereka tidak mendapatkan penghargaan layak. Para superhero dianggap tidak pantas mengangkat piala Oscar.

Perjuangan film superhero mendapatkan Piala Oscar dimulai oleh pionir Superman (1978) dan Batman (1989). Tetapi, pertarungan kian memanas sejak The Dark Knight (2008) menjadi film superhero pertama yang mendapatkan banyak nominasi di ajang bergengsi tersebut. Kualitasnya sebagai film memang tidak bisa dipungkiri. Banyak pihak yang sudah menduga bahwa The Dark Knight akan mendapatkan gelar Best Picture tahun 2009. Namun, delapan kategori nominasi yang didapat The Dark Knight tidak termasuk untuk Best Picture.

Hal ini menuai protes dari berbagai kalangan. Academy dituntut untuk dapat bersikap lebih terbuka terhadap karya popular seperti adaptasi komik dan film animasi. Tekanan tersebut akhirnya menjadi salah satu pemicu Academy untuk mengubah peraturan jumlah nominasi untuk kategori Best Picture yang semula hanya lima, kini diperbolehkan sampai sepuluh judul. Ini tentu akan menambah kesempatan bagi film superhero di masa selanjutnya berkesempatan masuk kategori tersebut. The Dark Knight memang tidak menang, tetapi ia berhasil membuka jalan bagi yang lain, benar-benar layaknya Batman.

Warisan lain dari The Dark Knight adalah sejak saat itu pandangan semua orang terhadap film superhero berubah, tidak hanya pandangan penonton tetapi juga pandangan para sineas. Nuansa film superhero jadi kerap digabungkan dengan sentuhan genre lain. Ingat bagaimana Captain America menyelidiki SHIELD dan Winter Soldier layaknya agen mata-mata super, atau aksi Scott Lang mencuri kostum Ant-Man layaknya film bergenre heist. Film superhero juga digarap lebih realistis dan relatable ke penonton dengan membawa pesan moral yang dapat diambil.

Selalu ada film superhero yang menjadi nominasi dalam Oscar. Tetapi, masih juga belum bisa menembus nominasi Best Picture. Bahkan meskipun mereka bersatu dalam satu film dan mencetak sejarah dalam industri perfilman atas rekor crossover yang besar.

Ironisnya, justru film drama yang bercerita tentang kehidupan seorang aktor film superhero, Birdman or (The Unexpected Virtue of Ignorance) berhasil memenangkan Best Picture di tahun 2015. Selanjutnya, Logan yang diklaim memiliki kualitas yang menyaingi The Dark Knight hanya berhasil menembus kategori Best Screenplay Adaptation. Mungkin Logan dianggap tidak membawa isu penting yang biasa menjadi ciri khas pemenang Best Picture. Wonder Woman sebagai film superhero wanita yang menyampaikan isu feminisme dan disutradarai oleh wanita, nyatanya juga tidak berhasil masuk ke nominasi Best Picture.

Setelah memendam kekecewaan berkepanjangan, tahun ini Black Panther menjadi film superhero pertama yang mendapatkan nominasi untuk kategori Best Picture. Totalnya nominasi untuk 7 kategori, yaitu Best Picture, Best Sound Mixing, Best Sound Editing, Best Costume Design, Best Original Score, Best Original Song, dan Best Production Design. Sementara itu, Avengers Infinity War yang diklaim sebagai film crossover paling ambisius sepanjang sejarah dan merupakan puncak dari 10 tahun Marvel Cinematic Universe hanya bisa puas mendapatkan nominasi untuk satu kategori, yaitu Best Visual Effect.

Apakah Black Panther sehebat itu?

Secara isi, para kritikus film memuji soal pesan yang diusung oleh Black Panther yang dianggap berhasil menunjukkan budaya orang kulit hitam. Meskipun Wakanda sebagai setting cerita adalah negara fiktif, sutradara Ryan Coogler menampilkan kebudayaan asli dari suku-suku di Afrika. Situasi politik Wakanda dianggap merepresentasikan situasi di dunia nyata. Tentunya di luar perang dengan teknologi canggih dari Vibranium.

Black Panther telah menginspirasi anak-anak seluruh dunia bahwa siapa saja bisa menjadi superhero, apa pun rasnya. Hal tersebut terdengar konyol karena plot Black Panther adalah seorang pangeran di tengah negara yang seluruh penduduknya berkulit hitam. Berbeda dengan kenyataan anak-anak di Amerika yang seorang dari keluarga biasa di tengah wilayah yang multiras.

Justru pesan “everybody can be a hero” lebih kental dalam kisah Steve Rogers, seorang pemuda lemah dari Brooklyn yang menjadi Captain America karena kegigihan, kejujuran, dan rasa keadilannya.

Meskipun mendapatkan banyak pujian dari kritikus, nyatanya Black Panther tidak mendapatkan nominasi untuk kategori Best Director, Best Actor/Actress in A Leading Role, maupun Best Adaptation Screenplay yang biasa diraih oleh film yang juga dinominasikan untuk meraih Best Picture. Hal ini seperti menunjukkan bahwa Academy sendiri berpikir bahwa secara isi, Black Panther adalah film biasa saja.

Lalu apa yang membuat Black Panther begitu spesial dan pantas bersaing untuk menjadi film terbaik tahun ini?

Selain aspek di depan layar, aspek di belakang layar rupanya mendapat banyak pujian. Ryan Coogler menyampaikan bahwa mayoritas krunya merupakan wanita dan berasal dari berbagai macam ras sehingga mengindikasikan bahwa Black Panther bukan hanya film orang kulit hitam, tetapi untuk semua orang. Memang menjadi aneh ketika Academy mempertimbangkan aspek di belakang layar. Hal ini memicu perdebatan di dunia maya, bahkan oleh fans-nya, bahwa Black Panther masuk nominasi Best Picture karena propaganda yang dibawanya. Sulit untuk menyangkal bahwa aspek tersebut berperan besar. Film ini dianggap penting oleh warga African-American karena akhirnya mempunyai film superhero yang mewakili mereka. Isu ini juga menyentuh perasaan warga ras lain dan membuat mereka ingin ikut merayakannya. Faktor yang mendongkrak Black Panther menjadi trending dan membuat orang berbondong-bondong film tersebut di minggu pertama penayangan. Hasilnya, film ini berhasil meraup pendapatan sebesar 1,35 miliar dolar Amerika.

Mungkin, daripada memandang prestasi Black Panther sebagai sebuah propaganda dalam industri film, lebih baik kita menganggapnya sebagai puncak perjuangan panjang para film superhero. Sepuluh tahun setelah The Dark Knight menjebol dinding besar Oscar, akhirnya Black Panther bertarung di arena tertinggi.

Wakanda Forever!

Reyan Bewinda
Latest posts by Reyan Bewinda (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!