
DURI KENANGAN
berteriak ke masa lalu
lampau suaraku menelusup epitaf tahun
ayah batu, ibu batu, kerabat batu
diri hanya sepatah tulang ikan dalam abu
matahari mematung di jendela
dengan tubuh tersayat luka
jam tinggal belulang dengan kerangka jarum
terperam lubuk arang
waktu larut dalam detik yang mengerang
berteriak ke masa lalu
suaraku menemui angka kalender yang dirajam
ayah batu, ibu batu, kerabat batu
dan tanggal tersisa segunting
sobek-sobek di meja makan
kala itu, takdir adalah sumber air mata
yang menghantam semesta
dengan alir liar bah yang amat murka
dan kala itu
aku hanya sesobek ujung daun kering
yang digilas, digiling dan digulung di dalamnya
sepanjang sungai tanpa muara
ditemani kisah Yunus dalam perut ikan
dan baru dilabuhkan waktu
beberapa tahun setelah itu
ke suatu pagi yang ditumbuhi bunga-bunga biru
di tangan ibu.
Gapura, 01.20
GERIMIS YANG BERTAMU
malam Jumat
sisa lingkar obat nyamuk
mewiridkan nubuat sepi
:dingin
berlarik ke dusun tubuh
tak terjangkau suara
dijaga ujung pena
tanpa nama
asap melinting jejak hibrid
dari suhu dan waktu
dalam sekutu jarum merah
yang berputar di palung dada
mirip hialin tanpa rumus geografi
demi melebihi kaca paling putih
jendela bercincin bayangan lampu
memandang halaman
senada warna bulan
dalam genang air yang sama
tak perlu lagi merisaukan warna
ibel, filza, laptop, nyamuk
dan separagraf cerpen yang terhenti!
jika besok malam gerimis lagi
tak lain yang subur adalah puisi.
Dik-kodik, 09.01.20
BUNGA KARET
musim enggan menyentuh daunku
kelopak kecil menengadah
ke raut potret tua di pigura tanpa kaca
seperti meminta aroma
meski dari masa silam yang bernanah,
kupu-kupu menolak singgah
jalan ke pucuk hanya dirambah semut
dan rengkuhan debu
sempurna membebat ketiak ranting
dengan lagu-lagu denging,
setiap orang menatapku
menatap kepura-puraan
kelopak yang tulus dalam wujud palsu
meludahi waktu dengan seciprat empedu
beginilah hidup yang tak sesungguhnya
memenuhi meja ini dengan luka di hati.
Gapura Timur, 01.20
DI DUNIA MAYA
tak ada tanah dan pohon
jarak dilipat huruf, gambar dan suara
di sudut yang paling sunyi
kerikil bisa bercumbu dengan matahari.
Bungduwak, 01.20
EMAK DAN EPPAK
kalian berdua hulu sungai dalam tubuhku
meliuk lalui kemarau, menyusur ngarai dan bebatuan
menampung arus dan keluh ikan,
selembar-selembar daun tua pohon ringkihku
jatuh ke mimbar dada kalian, hanyut sebagai bah
melewati dusun-dusun senyap
melaburi batu-batu pengap
ke satu muara, kalian siapkan doa
setanggi nyala di ujung sajadah
sujud kalian terbenam melampaui arca
pinta kalian untukku melebihi padat batu.
Gapura, 01.20
- Puisi A. Warits Rovi - 2 July 2024
- Bibir dan Bibir - 5 August 2022
- Pulang ke Kampung Asing - 23 July 2021
Susi Rida Simamora
Nikmat sekali puisi ini😑