
BATUPACAKOP
Bibirku hanya mendarat di kening batu karang
Ketika angin mengabarkan seseorang pergi ke selatan
Dan menghilang di balik ombak. Maka kecupanku
Kecupan pertamaku sebatas menyentuh jejak
Jejak sunyi yang kemudian menjadi sangat panjang
Dalam ingatanku. Di sinilah akhirnya aku membuang diri
Menjadi layar bagi nelayan, menjadi jaring bagi pencari ikan
Menjadi petunjuk jalan bagi para pecinta yang kehilangan
Jungjunan, kurenungi waktu sambil memejamkan mata
Kuhayati kesementaraan dengan menyumbat kedua telinga
Terus berlari mengejar bayangan yang sebenarnya tidak ada
Jampang dan Sancang adalah satu dalam napas panjang waktu
Hulu dan muara adalah rangkaian niat, ucapan serta perilaku
Berabad-abad menunggu hingga rinduku semekar bunga batu
2015
CIPATUJAH
Aku mengumpulkan lembar demi lembar daun
Pada hamparan pasir. Di bawah rimbun ketapang
Segala kesedihan dunia kupadatkan menjadi seloka
Tembang tercipta dari alun ombak dan kesiur angin
Aku menyusun kalimat demi kalimat persembahan
Seperti merapal untaian doa. Lalu pada baris terakhir
Kemurungan yang bertahun-tahun kulebur dalam amin
Mantera dan jampi kugali dari makam dan artefak sunyi
Junjungan, aku telah berjalan dengan kaki pada kepala
Tersaruk-saruk menyusuri jejak panjang para pecinta
Dari Ciheras ke Sindangkerta semakin lebar wilayah luka
Kini sukmaku terapung dalam pusaran udara yang naik
Menggapai rindu. Perjalanan batin telah digariskan semesta
Antara Cikawungading dan Cilangla hanya genangan airmata
2015
KALAPAGENEP
Aku merindukan matamu seperti halnya pucuk sadagori
Menanti sinar matahari. Pagi sekali aku berjalan ke barat
Tanpa alas kaki menyusuri pantai, sungai dan perbukitan
Lalu berhenti di muara dan melihat kesedihan dilabuhkan
Aku mengenangkan matamu seperti halnya bunga angsana
Rindu pada udara. Menjelang petang aku beranjak ke utara
Menghirup aroma kandang pada penghujung musim hujan
Terus belok ke timur menuruni undakan-undakan sawah
Kadang aku menghindari matamu seperti halnya kelelawar
Memilih kegelapan. Aku sembunyi di bawah rimbun janitri
Sambil menggelantung pada dahan-dahannya yang tinggi
Junjungan, aku kembali ke pantai ketika malam sempurna
Di kejauhan sebuah pulau karang menjelma titik cahaya
Lalu aku meyakini titik tersebut adalah bola matamu
2016
NUSAMANUK
Ketika segala sesuatu terbungkus remang kabut
Itu pertanda senja mulai merumbaikan tirai-tirainya
Pendaran cahaya biru menyelinap di antara ranting serut
Bagaikan jemari lentik yang menggapai-gapai angkasa
Tebing-tebing pemecah gelombang menjadi sebuah jeda
Bagi sejumlah pelayaran panjang yang menguras airmata
Mungkin masih ada suara yang tak terwadahi samudera
Ketika badai awal musim kemarau menyergap segala duka
Di pulau tanpa penghuni aku merasakan resonansi rindu
Setelah kutemukan setumpuk mantera yang tertimbun batu
Juga segulung lontar yang berasal dari gerbang istana camar
Jungjunan, dari Cineam kudengar karinding dimainkan
Dari Cikatomas sayup-sayup tarawangsa disenandungkan
Dari Cirangkong beluk tak henti-hentinya bersahutan
2016
- Puisi-Puisi Acep Zamzam Noor; Batupacakop - 4 October 2016