—buatDesy Arisandi
Abu Dhabi, 2015
Aku rangkul bahu kekasih
Di belakang, lapisan emas
Kubah bandara adalah maracahaya
Kita berkeliling mencari utara
Hingga lupa: tempat-Nya di urat leher kita
Auckland, 2016
Sabana membentang
Dari pelukan hingga ujung sajadah
Domba-domba dan CCTV memeluk
Manusia dan rumah-rumah
Pukul berapa di sana, tanyaku
Jarum jam diam di matamu
Panca Mukti, 2017
Para lansia belajar drama
Kepadaku yang lupa panggung di mana
Kubuat topeng untuk menyamarkan peran
Kau ambil tali dan merapal mantra
Dari Lubuklinggau sana, aku hanya boneka
Yang menyutradarai kelengangan
Piru, 2018
Pasar pelabuhan memberiku kata-kata
Tiap pukul 10 kusiarkan ke WhatsApp-mu
Laut dan telaga berbagi kekuasaan
Ikan bakar dan colo-colo di hadapan
Kau menungguiku hingga puisi piuh
Traunkirchen—Hunza, 2019
Tiga jam dari Ljubljana. semua menjelma pagi
Hijau, bersih, sejuk, dan membungai segala
Di doamu, cerita tentang surga mengambang
Dari matamu yang tulus
Hingga hatiku yang menggelinding
Di antara kerumunan ibek di Karakoram
Mengingatkanku pada barisan kerbau
di Lintas Sumatera Muratara
Apel hijau dan aprikot yang lesap di lidahku
Angslup dalam ingatan subuh
“Ayah,” burumu, “sudah azan.”
Petaling Jaya, 2020
Lara adalah warna hitam pada kenangan
Jumpa adalah sapu tangan basah
‘Tika mereka berbincang hingga larut
Di KFC dengan menu nasi lemak
Ketiadaanmu menabuh-nabuh jantung
Hingga perjalanan menyamarkan degup
Pontianak, 2021
Saban meninggalkanmu, aku selalu nelangsa
Di antara Belitung dan Borneo, pelukanmu
Menjelang jauh selalu membuatku bersalah
Setia dan cinta-tanpa-kemaraumu
Alangkah sihirnya
Alangkah sihir-Nya
- Puisi Benny Arnas - 20 February 2024
- Tenang, Pelan, dan … Mengerikan - 25 November 2022
- On, Perpisahan Itu - 23 September 2022
Eed
Mengingatkan pada Ethile! Ethile!
Puisi kerinduan yang romantis kebangetan!
Sering-sering nulis puisi lagi dong, Bang Beni!
Firman
Puisi Traunkirchen—Hunza favoritku!
Kayak ada plot twist gitu .
Manis bangets!
Inka
Manisssssss
Bang Ben nulis puisi juga ya.
Puisinya indahh