Puisi-Puisi Dalasari Pera; Surat dari Kopi

pinterest.com

Abida Jatuh Cinta

 

1/

percakapan malam itu

hanya mencatatkan satu nama

sesudah itu sepi

 

2/

aku melihat dengan terang

di lidahmu jarak membentang

garang menantang

 

boleh kupotong?

 

3/

sebelum membuka

pintu, ia ajarkan

hatinya agar tabah

kelak ada punggung sewaktu-waktu

bepergian dan lupa pulang

 

Belawa, 2017

 


 

Casablanca Homme

 

1/

Turutlah ke mana angin berembus
Sebab tidak ada yang paham
Di dalam tubuhmu, luka lesap perlahan
Saat kau mesti menghidu aroma yang asing

 

2/

Jarak hanyalah sepenggalah

Tetapi waktu membiarkan

Tangan kita terus memendek

Seperti nyali yang kian tawar

 

3/

Dari tubuhmu, aku tahu

Telah menguar keresahan

Ke udara tanpa ngiang

 

4/

Pesan pendek yang kau kirim petang itu

Tak bisa mencukupkan dirinya

Untuk menyembunyikan usia dan rahasia

Juga aroma tubuhmu

 

Belawa, 2017

 


 

Abida Suatu Waktu Tersesat

 

Berikan ia pintu

Untuk memulangkan nama dan pikirannya

Ke dalam percakapan-percakapan

Yang sesungguhnya kesepian

 

Ia telah berjalan berhari-hari

Tapi jalanan begitu panjang

Dan di punggungnya selembar foto

Menyembunyikan peta dengan risau

 

Tangannya meski berkali menjulur

Ingin merengkuh lalu merobeknya

Namun sia-sia sebab lengannya

Hanyalah bentangan lengang

 

Belawa, 2017

 


 

Senja di Losari

 

Yang membentang menuju kaki langit

Adalah rapuh hatiku menjelang rembang

Waktu bahkan lebih lambat dari siput

Membiarkan kesunyian menghabiskan kelong

Dan segelas sarabba yang seperti teka-teki

;apakah nikmat datangnya dari jahe ataukah gula merah?

 

Yang mengombak mencium bebatu

Adalah keras kepalaku menunggu petang

Mengira kau akan datang membilang luka

Mendedah kenestapaan

 

Tetapi senja sungguh bukan kereta

 

Dan kegelapan menjadi mimpi yang terpotong

 

Belawa, 2014

 

 

 

 

Surat dari Kopi

 

di hadapanku siapa pun menjadi penurut

menampung diam meski saling berhadapan

 

gelas ketiga telah lama tandas

sepasang kekasih berbahagia

menyisakan kekosongan

 

gelas kedua berupaya mengkhianatinya

semenjak lidah hilang tulang

dan bersumpah bahwa setia hanyalah

pekerjaan sia-sia pengelabu musim

 

gelas pertama mudah menggerutu

menjamu tamu yang dikira tuan

rumah. mungkin tertipu atau malah

 

menipu. karena aku terlalu pekat

diteguk sajak berpatahan

 

Belawa, 2014

Dalasari Pera
Latest posts by Dalasari Pera (see all)

Comments

  1. Aan Nurwilujeng Reply

    Sudah saatnya miss Dalasari Pera memiliki buku kumpulan puisi miliknya sendiri. Ayo penerbit Basabasi, pinang penulis muda ini.

  2. d4mN Reply

    “Tetapi senja sungguh bukan kereta”

    Ya ampun.., tak biasa didengar tapi terasa indah

  3. Arip Senjaya Reply

    Bagus. Berbakat. Dan mengandung warna nobel.

  4. riah Reply

    andalanku inie….penulis dari belawa

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!