
Lawang Angin
Atas nama bukit-bukit batu
Yang memandang ke langit jauh
Atas nama lubuk-lubuk lembah
Yang dibanjiri kabut rahasia
Ada yang luput dan terjangkau
Antara aku dan engkau
2018
Insomnia
Asbak penuh puntung
Seperti nasib yang tidak beruntung
Dedak kopi adalah sisa hari
Yang bukan untuk dinikmati
Mungkin malam akan lebih abadi
Dari sebelumnya. Matahari telah pamit
Untuk sebuah usaha bunuh diri
Dan kamar pun bisa jadi penjara
Atau istana, sebagaimana dunia sebenarnya
Yang selalu ada di luar rencana
Aku membuka lagi buku puisi
Halaman-halamannya seperti rangkaian pintu
Yang tidak membawaku ke mana-mana
Aku ingin tidur
Dan tidak perlu bangun lagi
Kecuali di sebuah tempat bernama surga
kecuali kalau kau memang ada
Asbak, gelas kopi, juga malam
Tidak pernah tidur di kamar ini
Senyap yang diciptakannya
Seperti petuntuk ke neraka
2018
Dewi Sri
Kau tidak mesti seluruhnya memahami
Cabai yang tumbuh dalam dingin
Dan panasnya cakar matahari
Kau pun tidak harus bertanya-tanya lagi
Mengapa pohon jati hanya ranggas
Setiap tangan kemarau mengutip napas
napas terakhir dari pohon-pohon yang lain
Singkong tumbuh tidak akan menjadi umbi
Cengkih berbuah karena kehendaknya sendiri
Cuaca berubah-ubah. Angin datang dan pergi
Aku peduli dan sering pula abai
Tapi kau, siapa pun engkau, masih saja di sini
Bahkan setelah tubuhmu
Jadi abu
Jadi debu
2019
Jalan Yang Lain
Banyak orang bergegas ke Palestina
Membawa senjata, doa, serta bendera-bendera
Aku hanya ingin melihat pucat wajahmu, Cintaku
Dengan bekal sebuah puisi tentang anggur dan setangkai mawar
Membayangkanmu membusuk sendiri dalam labirin sunyi
Adalah tragedi paling mengerikan dari hidup ini
Banyak orang berebut jalan ke swargaloka
Pertempuran seperti bahasa yang biasa di antara mereka
Aku masih di setapak jalan menuju persembunyianmu, Cintaku
Setiap keraguan kusiasati senantiasa menjadi keyakinan
Membiarkanmu tidak pernah percaya pada apa pun di dunia
Adalah dosa paling keji bagi seorang pecinta
Barangkali, nanti, puisiku akan berkhianat pada maknanya
Dan bunga berwarna darah ini takkan mekar selamanya
Barangkali, teriakan garang dan tembakan itu sering juga salah sasaran
Dan jalan yang diperebutkan bisa jadi malah mengarahkan mereka ke jurang
Aku hanya ingin mengecup bibirmu, Cintaku, mengurai kusut rambutmu
Seperti ingin kutemukan diriku sendiri pada lorong paling kelam di pikiran
2019
- Sajak-Sajak Deri Hudaya - 7 September 2021
- Puisi-Puisi Deri Hudaya - 22 December 2020
- Sajak-Sajak Deri Hudaya; Sebuah Dongeng tentang Mimpi - 11 February 2020
Anonymous
Bagus !
citra
Lwang angin, simple tp bagus.