MENJAHIT KESEDIHAN
kemarau pergi, rindu digugurkan angin
bulan kesepian, daun-daun kenangan berserak
di tubuh malam
sementara kenangan berdesak
ditimba dari sumur-sumur ingatan
tabah menunggu jarum hujan
untuk menjahit kesedihan
2021
AYAT SUNYI
bibir terkatup
merapal ayat sunyi
di kedalaman hati
2021
KEPADA DERMAGA DAN STASIUN
“Waktu sedikit terlambat berjabat tangan
tetapi,
sungguh telah kulangitkan harapan –
apakah hujan mau bercerita?”
“Bukankah Dia cukup baik,
lebih baik terlambat
daripada tidak sama sekali?”
Terik menyengat kulit kepala,
matahari mengantarku ke stasiun
ingatan begitu purba
mengangkut kenangan turut serta
kubawa pulang ke kota tua
dari stasiun yang jauh dari dermaga
tempat menebar penuh debar,
usia menunggu suara lonceng sunyi merambat di luar
bergetar di dalam?
stasiun dan dermaga
sama-sama sebagai tempat menampung pilu
melarutkan kelu pada diam
pada malam yang pergi melambaikan tangan
dan perpisahan yang membingkai air mata
di sana
di stasiun dan dermaga
sarat kejutan mulai dari maut, usia, rezeki–
bertemu tidak terduga
melambaikan tangan tiba-tiba,
tiada isyarat apa-apa
begitulah pertemuan membangun kenangan
perpisahan meninggalkan batu-laut-rindu!
Segala yang datang akan pulang
Segala yang pergi akan kembali.
Segala yang mengembara akan tiada.
Segala yang fana akan pulang untuk dikekalkanNya
AYAT KUKUSAN
: kepada Ibunda Pamudji
di kukusan bambu, menghitam
dibakar bara doa di didih malam.
ibu menanak nasi, hingga matang usia kami.
dan ibu, tetap di sana, perkasa
menampung segala, bagai kukusan
setia menanak air mata
2020
- Puisi-Puisi Emi Suy - 3 January 2023
- Puisi-Puisi Emi Suy - 21 December 2021
- Puisi-Puisi Emi Suy - 23 February 2021
Kurnia Effendi
semakin matang
Eka Madyasta
Keren.
Adyana
Bagus