
Drawing Hands, 1948
Kau yang menciptakanku.
Aku yang menciptakanmu.
Apa kalimat yang paling sesuai
mewakili kesedihanmu?
Senja di musim penghujan,
sungai tanpa bakau dan bangau,
atau sepatu tua yang ditolak
oleh semua jalanan?
Kita berwarna abu-abu seperti
langit mendung pada hari Rabu;
gerimis yang jatuh dari
tanganmu akan tumpah
menjadi hujan di tanganku.
Tak ada kalimat yang paling
sesuai mewakili kesedihanku,
sebab takdir bukanlah janji
yang bisa kita ingkari, juga
bukan patahan ujung pensil
yang selamat oleh rautan.
Kuciptakan kau ketika
kau menciptakanku.
Fireworks, 1933
Kubakar tubuhku demi kebahagiaanmu,
tetapi pesta macam apa yang merayakan
kesedihan orang lain, tanyamu.
Kau akan menemukan jawabannya
di langit akhir tahun, ketika
orang-orang sibuk bertepuk tangan
sementara kesedihan dalam diri
mereka telah menjadi kembang api
yang tak hentinya-hentinya dikorbankan
The Picture Gallery, 1956
Aku melihatmu dari kejauhan
ketika dari jarak yang sama kau
menatap punggungku yang
kau kenali ringkihnya.
Kau gadis manis di jendela,
menatap perahu kecil di bibir
sungai, menghidu aroma pesisir
mencoba menerka jumlah
ikan yang berenang ke hilir,
tetapi kau tidak tahu milik siapa
bola matamu yang hijau telaga.
Kisi jendela pucat berombak
seperti rambut masa tuamu,
ada rasa takut yang menyamar
menjadi uban dan aroma sampo;
waktu demi waktu kau hitung
semakin cepat ketika detak
jantungmu bertambah lambat.
Three Worlds, 1955
Kita hitung daun di permukaan
telaga ketika sore hampir tuntas
dan angin telah lelah mengalahkan
ranting kering dari tiga pohon tua.
Kau berhenti di angka tiga ratus
meski aku memintamu terus
melakukannya; jangan berhenti,
kataku, sambil memungut sehelai
lagi dan lagi dan lagi, sampai kau
benar-benar marah dan melupakan
di hitungan berapa kau menyerah.
Ini barangkali awal musim gugur,
aku sudah lupa penanggalan,
bukankah kau juga tahu, waktu
hanyalah cara manusia mengakali
rasa malas juga ingatan mereka
yang payah.
Kita menunggu riak dari lemparan
batu seorang bocah, menunggu
seseorang mengulur kail atau
memasang bubu, menunggu
air menjadi beku ketika musim
berganti dan kita tidak bisa
menyelamatkan diri dari diri
sendiri, sebab kutahu kau
seekor ikan dan aku hanyalah
bayangan di permukaan telaga.
Seated Female Nude, 1921
Aku menebak apa yang dipikirkan
cahaya lampu tentang tubuhmu,
aku menebak apa yang tengah
kau renungi, jika sebenarnya
perkara paling rumit di dunia
ini adalah persoalan sederhana.
Apa yang kupikirkan tentang
sepasang puting susumu adalah
apa yang kau pikirkan tentang
sepasang bola mataku
; apa yang patut disembunyikan
jika kemaluan telah pindah
dari selangkang ke kepalamu?
*puisi-puisi terinspirasi dari karya seni rupa M. C. Escher (1898-1972)
- Sembilan Sajak Pendek tentang Kau - 8 August 2017
- Puisi-Puisi Faisal Oddang; Menanam Kuku di Langit - 17 May 2016
- But Not Forgotten, Alinea - 22 April 2016