Sesuatu Banget
Kadang puisi kentara lebay
Ia berdandan dan genit
Kalimat-kalimatnya bahenol
Dibikin menarik minta diikuti
Bulu matanya panjang terbuat dari
Ombak yang berkejaran di pantai landai
Bibirnya badai bagai petir membahana
Apakah kau suka membacanya?
Mengeja tubuh yang berlekuk-lekuk
Menyusur isi kepala yang penuh lenguh
Dan tanda takluk?
Jawabnya adalah kata-kata bernas
Meskipun tidak jelas, tapi banyak
Pembaca mengikutinya
Cimahi, 2016
Lebay
Kendaraan ini kelebihan muatan
Si sopir tak mau mengurangi
Melaju di jalan berkelok liku ia
Jadi lamban berjalan meski pedal gas
Ditancap penuh dan knalpot
Mengeluarkan peluh
Tapi kau tak mengeluh
Lampu-lampu dan aksesori nempel
Mirip mindring menggenjot sepeda
Jawa berkeliling kampung menggotong
Perkakas rumah tangga
Jika diandaikan, kamu dandan
Ketebelan. Bibir tebal digincu tebal
Pupur tebal rata di kulit gelap
Tapi Tuhan berbaik hati memberimu rasa
Pede (atau tak tahu diri, apa bedanya?)
Sehingga ahli bahasa menemukan
Gaya bahasa bernama hiperbola
Cimahi, 2016
Kekinian
Malam terasa panjang. Mistar menderetkan
Garis dan angka tanpa finis. Tombol arloji
Kuputar maju-mundur. Malam kian lambat
Dalam laju lembur
Di luar, kucing diam di bawah pagar
Suara peronda lewat mendehem seperti
Biasa setiap malamnya. Daun mangga tanpa
Gerak, tapi sesekali burung pleci di sangkar
Mungil bersijingkat
Belum terlalu malam. Seorang penjual
Cireng melajukan gerobak dengan pelan
Vokalnya mirip rebab yang digesek
Waktu dalam diriku tiba-tiba seperti henti
Suatu hari nanti, jarum jam mungkin berlari
Apa-apa bergerak cepat dan aku rasanya
Tertinggal ditinggal kekinian
Cimahi, 2016
Gokil
Jika masuk di kamus, tempatnya
Di antara kata gokar dengan gol
Tapi ia tak mau diselipkan sebab
Gokar rumahnya tak beratap dan
Suka belepotan, sementara itu gol
Gemar berisik suka ngajak teriak
Hobi begadang, gemar berantem
Di luar keranjang gawang. Ia tak
Suka dua-duanya
Diam-diam ia mangkir ketika
Seorang ahli bahasa mengajaknya
Berumah di halaman 456. Rumah
Yang bukan kampung halamannya
Rumah baik dan benar yang semua
Penghuninya waras, lurus, baku
Dan kaku
Gokil kawan jancuk yang rumahnya
Di Jawa Timur. Gokil temannya asu
Di Jogja. Dan ia punya kembaran
Namanya edan, punya sepupu frasa
Luar biasa yang sering disebut oleh
Thukul Arwana. Gokil dilahirkan di
Jakarte, tempat elu dan gue
Dibesarkan
Pertanyaannya, di mana alamatnya?
Gokil ada di mana-mana
Ia berdandan ala ABG, kalimatnya
Heboh, gesturnya seru, mulutnya
Ember, ibunya jempol, bapaknya
Rasa kagum dan penasaran. Kapan
Kapan kuajak kau main bersamanya
Menjabat tangannya yang binal dan
Liar agar bisa mendefinisikan kata
Ngakak dan tersenyum dengan pas
Dalam setiap puisi-puisi kita
Cimahi, 2016
Kepo
Pencipta huruf Latin telah
Menemukan tandabaca secara tak sengaja
Ketika dirinya sedang mengamati seorang
Petani memukul-mukulkan sebatang besi
Berbentuk bulan sabit ke tanah berkali-kali
Agar tanahnya campur aduk dan tergali
Sambil bertanya, mengapa; apa; bagaimana
Siapa; di mana (si petani tidak gila)
Sang pencipta huruf nyengir lalu pulang
Menuliskan pertanyaan-pertanyaan dengan
Simbol sebuah alat bercocok tanam yang
Entah apa namanya ke sebuah buku kosong
Berkali-kali dan ia yakin akan tiba saatnya
Pertanyaan itu bakal ditimpali jawaban
Gembur nan subur sebagaimana tanaman
Yang ditanam si petani
Seusai buku kosong itu penuh berisi
Simbol alat bercocok tanam, ia merasa lega
Lalu berjalan-jalan ke mana-mana sambil
Mengucapkan segala jenis pertanyaan kepada
Orang yang ditemuinya (orang-orang tak ada
Yang ngerti bahwa ia seorang penemu
Seorang filsuf yang suntuk memikirkan
Dunia dengan pertanyaan-pertanyaan)
Apakah kamu ingin tahu nama penemu itu?
Cimahi, 2016
Cemen
Karena merasa dipenjara di sebuah
Kamus setebal 1701 halaman, ia melarikan
Diri. Aneh, tak seorang pun mengendus
Kelebat tubuhnya. Kaki belalangnya cekat
Membelah angin, menerjang miliaran huruf
Menyusup di antara berlembar-lembar
Halaman
Ia yang gampang terharu
Yang kantung matanya bisa memproduksi
Air setiap saat, tak ingin rumah tebal
Yang dihuni jutaan kata itu jadi bertubuh haru
Gampang basah, dan berdada ringkih
Maka pada suatu ketika, seluruh
Ibu di bumi mendoakan anak-anaknya tangguh
Tak lekas mengeluh lagi mudah tersentuh
Tiap malam menjelang tidur, didongenginya
Mata kecil itu dengan kisah-kisah gagah
Tipuan si kancil, dan kisah cinta
Sumbi pada anaknya
Dan kelak di satu masa, seorang anak
Bertanya pada ibunya, “Siapa yang melarikan
Diri dari rumah tambun ini?” sambil
Diusapnya kedua pipi yang berair mata
Cimahi, 2016
PHP
Saya kira ia orang
Madura yang menjual
HP keliling
Nyatanya bukan
Ia pantang menyimpan tisu di rumah
Tak ada kata kecewa dalam kamusnya
Dan ia yakin bahwa segala sesuatu
Dapat direngkuh dapat diraih
Seperti kekasih
Yang pasrah
Saya kira, ia sedang jajan
Di warung penjual sate
Nyatanya hanya lewat hingga
Sesampai rumah bajunya saja
Yang beraroma daging dibakar
Di dalam mimpi malamnya ia nemu
Kosa kata baru: Pehape
Seperti bunyi Tesate penjual daging
Bakar tusuk yang diteriakkan dengan
Suntuk
Ia pun percaya bahwa di sebuah
Kata ada masa depan yang kelak
Bisa dipeluk ataupun tidak
Cimahi, 2016
Rempong
Di depan bahasa Indonesia yang baik
Lagi benar, mulut ini berasa ruwet
Segala hal ingin diucap padahal
Tak semua bunyi bahasa fasih diucap lidah
Dilancarkan ludah
Kata-kata adalah orang-orang adalah
Kendaraan adalah benda-benda bergerak
Yang harus diatur, 11:12 dengan lalu-lintas
Dengan pikiran yang melintas-lintas
Kalau tidak, kau pasti rempong
Dan tak akan rampung membaca kalimat
Kalimat rumpang dan ruwet seperti
Lalu-lintas tanpa polisi baik hati
Cimahi, 2016
- Sajak-Sajak Hasta Indriyana - 30 August 2022
- Puisi-Puisi Hasta Indriyana; Sesuatu Banget - 8 November 2016
- Puisi-Puisi Hasta Indriyana (Yogyakarta); Kembang Lembayung - 5 April 2016