Jualan Ibu
ada ketidakpastian yang tak ingin disembuhkan
jari-jari mengukur tinggi, lebar dan ketepatan
pada setiap baju dan celana yang disidang
“apakah kita jadi teman atau lawan?”
aku terus dilahirkan dari baju baru
jangan gugat warna dan coraknya
ini hasil kesepakatan tersembunyi:
“salam basa-basi, harga yang dibeli agar
hilang rasa tidak enak hati”
pelanggan pulang dengan senang
ibu memikirkan ulang cara menolak tawaran
Moncok, 2017
Mei
akhirnya kita tiba pada suatu ketika
yang dahulu kau sebut khayalan semata
sebab masih utuh bekas ciuman
tercetak di kilang minyak
bersembunyi dari mata pemancing
juga dari ombak yang terkembang
di belakang bagai bentangan layar
sebuah pelukan kekanakkanakan
menjadi tanda tak ada yang salah jalan
sebelum janji melepas ikatannya
betapa tiada yang dapat dinamakan kehilangan
segenggam pasir tertinggal di sepatu
dan anyir ikan tangkapan nelayan
kini membantuku menuju
pecahanpecahan tentangmu
Pejarakan, 2017
Daun Mangga
daun mangga penuh bintilbintil
terjatuh di wajahmu ketika kau
mengayun kaki di beranda
“daun itu terkena kanker”
kau lantas tertawa membayangkan guru biologi
memintamu menyebut ciriciri tumbuhan dikotil
akan kau cari jawabnya setelah menyerahkan
puisi berjudul angin sepoisepoi, memainkan rambut
memainkan janggut
memainkan kumis tipis milik seorang yang baru tiba
di hadapanmu
bekas kapur tulis dan setitik tinta potlot
mewarnai dagunya
“inikah yang kau sebut puisi?” tanyanya
lalu sunyi di beranda
kau membayangkan tak lagi semburat merah
merona di muka
melainkan bintilbintil
menyembunyikan sipumu, sipumu
oh alangkah kepalang!
Pejarakan, 2017
Kembali pada Sajak
betapa ganjil memaksamu keluar, bukan dari persembunyian
tersebab oleh jiwa yang penat menggali ceruk
kau yang diperam pengalaman dan renungan
belum juga cukup diwujudkan
di atas kertas ini masih juga sulit menempa
yang dikira hampa oleh si empu
sampai ia tak terlihat lagi berupa jelaga
dan bertemu dengan makna baru
Moncok, 2017
Sebelum Tidur atau Sesudahnya
ia bertemu dengan dirinya yang asli dalam mimpi
dengung nyamuk tiba-tiba merusak jaring tidur itu
membangunkan kembali ngilu dari tubuh
sempat dilupakan, sekarang melahirkan ungkapan
“apakah perlu kelambu untuk menjaga mimpi-mimpi?
ragu apakah esok aku hidup kembali”
ia merasa tak pernah benar-benar menjadi dirinya
Moncok, 2016
- Puisi Iin Farliani - 27 August 2024
- Puisi-Puisi Iin Farliani - 19 July 2022
- Puisi-Puisi Iin Farliani - 14 December 2021