Puisi-Puisi Inggit Putria Marga; Kunyit

Curcuma 1 by Albert Koetsier

 

PENGGEMAR PALSU

 

awan legam rontok jadi hujan

 

dilindungi atap teras sebuah rumah

dia yang menyebut dirinya penggemar hujan

duduk, memegang buku dan pena bertinta kehijauan.

dia bersiap menerjemahkan suara hujan

mencatatnya sebagai pesan dari sesuatu (seseorang?)

yang ia sangka berumah di atas awan

 

namun, kulit waktu mengerut diembus angin kalut

hasrat menerjemahkan suara hujan menciut

jadi getar takut. ke bawah selimut, penggemar hujan

bergegas sembunyi. pesan yang tak sempat dicatat

hambur di setapak di depan rumahnya

 

tempat dua anjing yang tak pernah mengaku sebagai

penggemar, peminat, pencinta, pemuja hujan

berlarian; merayakan; menerima sekaligus menolak

pelukan hujan.

 

2018

 

 

 

 

 

TAK TERSIAR DI TELEVISI

 

hujan berhasil buramkan kaca jendela angkutan kota

tapi gagal menghapus kata “ingin” dalam kalimat

“aku ingin kaya” yang tertera di sana.

 

sehelai tisu di tangan perempuan yang duduk membungkuk

dalam angkutan kota, berhasil mengusir bulir-bulir air

di ujung sepatu. namun, gagal mengelupas lumpur kenangan

yang melekat di situ.

 

pemantik api berhasil hidupkan rokok yang terselip

di bibir pengemudi angkutan kota, tetapi gagal

nyalakan senyum yang padam di sana

 

sambil terus meraung dalam hujan, angkutan kota

berhasil menyalip ambulans di tikungan.

namun, gagal membalap asap kesedihan

yang mengepul lalu pergi buru-buru

dari knalpot mobil berwarna kafan itu.

 

2018

 

 

 

 

 

 

DUA MALAI PAGI

 

biasanya, tiap tirai bermotif bambu itu tersingkap

dan jendela terbuka bagai mulut mangap

pagi di taman di samping kamar seorang lelaki

tersaji begini : di sisi kiri, lebah-lebah berputar

mencari posisi terbenar, memanen nektar

di kuntum-kuntum mawar. di sisi kanan

tiga atau empat ulat mengunyah daun aglonema

senikmat balita mengudap cokelat, sementara

di atas mereka, matahari belum menabur duri

membuat para embun yang semadi di daun

tak buru-buru sembunyi.

 

namun, sehari setelah lelaki itu beristri

pagi di taman itu terhidang tak begitu:

di sisi kiri, kuntum-kuntum mawar berputar

mengelilingi tumpukan bangkai lebah

menginjak sungut-sungut yang belum patah.

di sisi kanan, mulut daun-daun aglonema

mengunyah tiga atau empat ulat

sekhusyuk cecak memamah lalat

di antara mereka, sekawanan duri

melesat menuju matahari

usai usir sisa-sisa embun

yang keras kepala bersemadi di daun

 

2018

 

 

 

WAKTU DAN TEMPAT DIRAHASIAKAN

 

ketika mengetuk sesuatu yang bertahun-tahun

terhapus dari daftar tujuan perjalanan, ia bayangkan hal-hal ini:

 

seorang perempuan membuka pintu, menyambutnya dengan sapaan

selembut handuk menyambut tubuh kedinginan.

sebagai seseorang, yang ia kira, telah sangat mengenalnya

perempuan itu pasti tahu bahwa baginya

mengisi perut adalah mula bagi segala kerja:

dari mencari jati diri hingga mencari tuhan,

dari memaknai kelahiran sampai menerka tujuan kematian.

 

maka ia duga, di meja makan telah tersusun sebakul nasi

semangkuk tumis cumi dan secobek sambal tomat campur terasi.

di sana, mereka akan duduk dan makan bersama.

di saat begitu, air untuk cuci tangan lebih dibutuhkan

daripada percakapan.

 

sejumlah angka pada arloji yang melingkari pergelangan tangan kanannya

mulai lumer terbakar hampa. tak ada sahutan, tapi ia tetap mengetuk.

 

persetan sejumlah orang yang memanjangkan leher di seberang jalan,

memperhatikan seorang lelaki tanpa henti

ketuki dadanya sendiri.

 

2020

 

 

 

KUNYIT

(Curcuma longa Linn.)

 

telah jadi takdir anak-anak kunyit untuk lekat pada induknya.

sejak lahir sebagai tunas yang muncul dari mata rimpang induk,

hingga dewasa sebagai tanaman berbatang semu, berdaun lebar

dan berakar bengkak, mereka serap cadangan makanan yang disimpan

induk dalam daging oranye berserat, bersalut kulit jingga cokelat.

seinci pun, mereka tak akan pindah tempat hidup, jika tangan,

cangkul, atau maut tak mencabut, meski, barangkali, mereka

telah komat-kamitkan doa sampai lepuh separuh pelepah tubuh.

 

untuk induk, tak ada balasan selain mendapat tempat mewariskan

pusaka turun-temurun yang terkandung dalam dirinya: kurkumin,

minyak atsiri dan lain-lain. meski, barangkali, bukan itu

yang sungguh sang induk ingin.

 

2019

 

 

 

BERKUNJUNG KE RUMAH TETANGGA

 

langit amat nila saat suami istri itu duduk di beranda.

anak kucing koprol di kolong meja di dekat mereka

suami bangkit, menunjuk anak kucing itu, berkata: lihat,

bayi kita hidup lagi!” istri menyahut: duduklah,

esok dokter jiwamu pulang tamasya”

 

2017

Inggit Putria Marga
Latest posts by Inggit Putria Marga (see all)

Comments

  1. Bintang Anakampun Reply

    Good Poetry

  2. Windhi Reply

    Love it

  3. Reni Reply

    Bagus banget

  4. rizky akmalsyah Reply

    ‘Berkunjung ke rumah tetangga’ satir banget, ngegelitik, but over all ajib brur… Bravo!

  5. yulius Reply

    sangat nikmat dibaca

  6. yulius Reply

    indah sekali

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!