Vlot
- Aminuddin Siregar dan Suryadi Sunuri
Bertangkai tiang layar, matahari
mekar. Serbuk cahaya perak
hanyut di arus kanal
Dalam ayunan gelombang nakal
Lenyap dalam singup
kolong Blauwpoortsbrug
Senja masih sangat jauh
Tiap ujungnya terlipat di halaman kisah
bocah penyelundup ikan haring
– yang belum tamat
Gedung-gedung tua mengasah rambut
mereka pada angin musim panas
Kerut abad sembunyi di lesung pipi
dara manis peminum kopi
Tiga lembar daun mint memberi
rasa balsam ke dasar gelas
Seperti bait soneta yang dihias
berbagai majas
Leiden, 5 Juli 2017
Gerimis
Derai gerimis yang menampar kaca
Datang dari rindumu: jauh sebelum hari ketujuh
Berdiam di kamar, menghindar dari ingar
Gagasan berloncatan menabrak pikiran
Dan terpilin pada mata yang menatap langit
: Abu-abu serupa himpunan debu
Guntur yang terdengar samar
Mungkin caramu menegurku, sejak aku
melangkah dan tak menoleh lagi
Bunga-bunga hortensia di bawah jendela
menyambut hujan seperti kasmaran
Burung-burung berkeramas
sebelum turun dari pentas
Jika kini kutulis sebuah kartu pos
belum tentu kulayangkan padamu
Ia tahu alamat mana yang dituju
Leiden, 6 Juli 2017
Boekenzolder
1.
Mengenai buku, tak ada jalan buntu
Ia selalu memiliki pintu
Tempat kita masuk dan keluar penuh tatu
Selalu ingin kembali, menambah luka baru
Dan suatu hari kita ciptakan tragedi
Untuk angan-angan yang tak pernah mati
2.
Lelaki tua yang tekun
Menghitung jumlah buku yang kuambil
Mencatat di lembar log, di meja kayu balsa
Lalu, berbeda saat berangkat, kutinggalkan
distrik hangat yang dikepung Admiraal Bancketrweg
Menyusuri hilir, jalan mabuk yang digauli Syahrir
Leiden, 6-7 Juli 2017
Marije Plomp
Ia lahir dari sebuah gelap pagi
: Seperti sekuntum tulip yang
melampaui musim
“Welkom in de bibliotheek van Leiden
Wij geven u een kamer- en bibliotheekkaart.”
Nona pirang itu tinggi menjulang
Aku ingin meraih lehernya yang jenjang
Menjadikannya angsa gading, bebas mandi
di kolamku. Setiap dinihari
Geligi pada senyumnya, memperpanjang
jadwal musim semi. Mata itu terus tertawa
Membuat huruf-huruf bercahaya
Bagai selai yang tahan cuaca, kubawa
bisikannya hingga senja
Marienpoelstraat sudah dekat
: tapi aku ingin salah alamat
Leiden, 7 Juli 2017
Molen de Valk
Berbaring di sini, tanpa kekasih
Kubayangkan secangkir kopi mendidih
Empat bilah kayu itu berputar pelan
Angin hanya berkelindan
Roda menggiling gandum dengan malas
Tak kunjung terkelupas
Pada secarik kertas buram, kugambar
rumah tua di seberang Molen de Valk
Atapnya yang cokelat suram
dihinggapi lima ekor gagak
Bunyi kapal meninggalkan desir
Jauh sebelum matahari lingsir
Pepohonan bermahkota emas
Cahaya tumpah dari musim panas
Dan aku masih berbaring di sini
Menunggu arwah bangkit dari kali
Leiden, 7 Juli 2017
- Puisi-Puisi Kurnia Effendi; Gerimis - 29 August 2017
- Puisi-Puisi Kurnia Effendi (Jakarta); Cinta Randu Alas - 10 May 2016