Gedung
–Jamal Khashoggi-
di timur, ketika matahari rembes
ke atap gedung
seorang lelaki mengenakan setelan
antara gentar dan tenang, menyeberang
namun ia merasa kuat dengan keyakinan
bahwa kota ini, Istanbul
adalah tangan yang lebar membuka
selayaknya karib lama
namun tidak setelah ia memasuki ruang
wajah-wajah yang menyambutnya
seperti muslihat, seperti bilah-bilah pedang
“salam bagimu saudara yang bersiar jauh
aku membawa pesan: membawamu pulang
dari pelarian”
ia menjawab, meneguhkan diri
“aku ke sini untuk menyelesaikan urusanku
ada seseorang, di luar, sedang menungguku”
kemudian seperti yang kita dengar
ia tak pernah melangkah keluar
gedung itu menelan namanya
mengeluarkannya kembali dalam sebentuk
obituari panjang
kita terima, kita kenang
sebagai makam tanpa nisan
2018 – 2020
Sebuah Kolam di Musim Kering
sebuah kolam di musim kering
menjaga ingatannya
pertemuan-pertemuan hujan
jauh sebelum peristiwa kemarin
panglima yang ditusuk perutnya itu bukanlah fuqaha
barangkali di rumah sebagaimana kepala keluarga
lainnya ia masih belajar menata barisan
untuk saling dekat dan rapat
menjadi makmum
sebuah kolam di musim kering
menyediakan dirinya
sebagian bagi daun-daun, bulu-bulu burung
sebagian besar lagi
debu-debu tayamum
Ampenan, Oktober 2019
Menjelang Berbuka
memandangmu mirabilis jalapa yang mekar
pada pucuk diri selepas asar
di bawah langit di atasmu
burung-burung kecil melingkar
seperti tali kangen, liat oleh waktu
terulur panjang
dari dusun ibu
Ampenan, Ramadhan 1441 H
Hari Ini Seperti Biasanya
hari ini seperti biasanya
sebuah ruang diam dan senja membuka
namun sepasang langkah menjauh
dari pintu
di luar jendela burung-burung
kecil dan angin
memburu petak-petak hijau di dusun jauh
; kacang tanah, pohung, kubis dan jagung
lebih ke timur, beberapa batang kamboja
peneduh nisan-nisan tua
langit terlihat tua, diam dan kelabu
serupa warna mata dan paras
mendiang ayahku
Belajar Mendengar Puisi
adalah kata-katamu yang sabar
menunggu. sebelum menitik
ke rahim buku.
adalah batinku yang gemetar
menangkapi. yang tiba dari
denyut paling sembunyi.
sebelum menjelma lirik,
terberkati tangan melodi.
agung menyusupi jantung,
pendengaran ini
Mataram, 2017-2020
Sansevieria Trifasciata
kupanjangkan kuluruskan daun-daun
tubuhku seperti sebilah jalan
di mana semut, debu-debu
kubiarkan bersisihan
sebelum haribaan
lalu diam-diam kupandang
jemari tanganmu
yang gemetar menyiram
sesaat sebelum gorden jendela
kau turunkan
menutupi rambut magrib
yang temaram
Ampenan, 2020
Memandangi Rumpun Portulaca
yang bertunas terus menumbuhkan
diri meninggi tanpa mematahkan
tunas-tunas lainnya
mengisi sebagian kosong beranda
daun-daun hijau tanpa tulang
benaknya kantung air
membaginya ke segenap alir
tubuh yang teramat lekas tumbuh
pucuknya menopang kembang-kembang riang
jelang jam sembilan pagi
saat tangan-tangan memulai pekerjaan
padanya satu dua kupu-kupu girang berputar
seperti tali kangen yang melingkar
panjang dan rapat mengikat
tubuh kita
seperti keyakinan yang kukuh
tak membiarkan apa yang telah kita bangun
mudah kembali runtuh
Ampenan, Maret 2020
Jalan Menyembunyikan Diri
aku mengenangmu
aku yang pernah kehilangan
detak sepatu, derak perdu
pada jalan setapak ke pekarangan
di sisi kiri, tawa kanak menancap ke relungku
di sisi kanan, surat-surat dari perantauan
terjaga rapi oleh tangan tua ibuku
aku mengingatmu
aku yang pernah terlupakan
memburu kata yang jatuh
dari cerlap malam
tubuh yang lesap ke dasar sepi
jalan bagiku menyembunyikan diri
Ampenan, Juli 2020
- Puisi Lailatul Kiptiyah - 25 June 2024
- Puisi-Puisi Lailatul Kiptiyah - 17 January 2023
- Puisi-Puisi Lailatul Kiptiyah - 25 January 2022
kopiDanpuisi
Mencium harum kiki dan irma
Lailatul Kiptiyah
Terima kasih
Kurnia Hidayati
Puisi-puisi yang indah
Lailatul Kiptiyah
Terima kasih adik
Mujahidah s
Like it
Lailatul Kiptiyah
Terima kasih 🙏
Zohriah Zohriah
Puisinya menjiwa sekali
Mujahidah s
Nice
Mujahidah s
Baguuss
rizky akmalsyah
rumit tapi tetap nikmat untuk dinikmati… mantul…