Akankah Kiamat Segera Tiba
Akankah kiamat segera tiba
Ketika lapisan ozon menipis
Kemarau berkepanjangan
Penyebaran wabah mematikan
Kitab-kitab suci disalahtafsirkan
Gerak kerak bumi
Tak lagi bisa diprediksi
Akankah kiamat segera tiba
Sementara angin utara
Masih berembus pada jalannya
Planet-planet belum semuanya diberi nama
Pengemis masih mengetuk
Pintu rumah. Dan sekuntum bunga
Hendak mekar
Kita Hanya Punya Sedikit Waktu
malam tiba
kesunyian bergerak
seluruh perbatasan
tenggelam dalam puncak kegelapan
berjagalah. kita hanya punya sedikit waktu
menerawang ke langit, membaca tanda-tanda zaman
menulis puisi bagi generasi mendatang
sebelum awan mengarak kafan bagi bintang-bintang
berjagalah. menunggu angin utara
mengantar kabar pertemuan rahasia
diam-diam dunia diatur
tentang pengetahuan-pengetahuan baru
penemuan-penemuan baru
tentang lokasi peperangan
dan kemiskinan
tak ada waktu memutar tasbih
dan memeluk orang-orang terkasih
bermimpi tentang tamasya di laut atau di gunung
atau surga yang jauh
besok kita harus kembali bekerja
ke kantor-kantor angkuh
dengan perut kelaparan
kita kenyang, tertawa
kembali lapar
bertemu dengan orang-orang asing
yang kita kenali lewat angka
saling menipu dengan angka
o, pengetahuan
yang tamak dan suka menipu
datang dari balik lautan
mengatur laju waktu
membawa pergi air dan udara
memerangkap embun dan cahaya
o, pengetahuan
mengajari nama-nama, mengatur neraca
kekuasaan bagi mereka yang berlain darah
orang kaya dengan orang kaya
si miskin dengan si miskin
setiap membalikkan halaman buku
kulihat temuan baru mengganti temuan lama
barang-barang harus kembali dibeli
kemiskinan diatur sekali lagi
berjagalah. kita hanya punya sedikit waktu
berdoa
meski membentur dinding-dinding langit
menolak segala yang berasal dari bumi
di suatu tempat
seseorang membakar dupa
memanggil ruh-ruh suci dari tidurnya
menunggu al-masih
tetapi al-masih hanya akan tiba
saat usia telah dipanjangkan
saat manusia membuka
pintu-pintu keabadian
kitab suci dikurung
dalam buku-buku perselisihan
dan kehilangan magisnya
mengubah ayat-ayat suci
menjadi sepiring nasi
penganjur agama tetap penganjur agama
pengemis tetap menjadi pengemis
kita yang tak berumah
tak bertanah
terpaksa meminjam pengetahuan
dan peradaban
berpura-pura menjadi kaya
dan beradab
tanpa apa pun untuk diwariskan
dunia begitu gelap
bulan diam
angin utara berembus sebentar
mengantar ingatan-ingatan lama ke laut
memastikan zaman tetap berjalan
tanpa kesedihan
Maqamat
kami telah berharap kehangatan pada tunas-tunas
musim penghujan; dan jika kami kecewa, lantaran
penglihatan yang menembus ruang, sementara kaki
belum melangkah ke mana pun: dan waktu
tidak lagi sederhana dalam hitungan
kerinduan terus menguap dari bumi
yang kami sempitkan; bumi yang tak pernah berubah
namun kami kira menua
kami telah berharap pada pengetahuan, sebagaimana
ia menunjuk surga yang jauh; dan jika kami kecewa
lantaran penglihatan tak pernah menunduk
ke tanah
Sita
jauh di kemudian hari
seseorang membakar diri
ia mencarimu. rautnya rindu. matanya menelusuk
menguliti tiap dinding api yang mengisahkanmu
masihkah degup jantungmu merangkul gemuruh
api dalam kobar yang santun. tidakkah kau takut
pada raut cinta yang kadang menjelma bara atau darah
apakah janji apakah setia membuatmu muda dalam sejarah
dibayangkannya Rama yang sendu
yang gigil menyebut namamu
dan perang yang perlahan menjauh
tapi kau tak di sana, Sita
tubuhnya luruh seperti lilin mudah sekali ditiup
duhai, tak ada kawanan kera yang menangisi
ia sendiri. ia mencarimu
sesaat sebelum nyawanya terlepas
ia lihat gemuruh dunia yang resah
serta angin yang lelah
mengertilah ia pada waktu
yang berdetak saja dari dulu
juga diam batu-batu
tapi kau tak di sana, Sita
mungkin tak pernah ada
- Puisi-Puisi Muhammad Aswar - 5 October 2021
- Renungan Puisi dan Manusia dari Mars - 8 September 2018
- Fiksi dan Fakta dalam Satu Cerita - 2 May 2016
Hakam nurwahdi
Kecewa : surga : langit : tanah
Luar biasa pakkk