Episode malam
Sebuah bangku kayu, taman batu, dan daun-daun
Tanganku bersemayam hujan
Seperti ribuan perasaan yang kutumpahkan
Kau tahu yang abadi di sini adalah momen yang membangkitkan keresahan
Lebih dalam kuhayati sunyi dingin semakin berhanyut
Wajahmu menyala-nyala di sisiku yang ramai
Mengingatmu dalam keabadian hujan malam
Seperti sebuah jalan dengan garis-garis suram dan menakutkan
Seperti puisiku yang melompat ke sana kemari tak ada makna
Tak ada suara jiwa
Hanya derik cicak yang setia mengomentari diriku yang sepi
Putih kertas di mejaku, gemetar jari-jariku
Seperti perjumpaan dan letak batas
Keluasaan langitmu menghadiahiku sebuah gaun sepi yang teramat panjang
Menjelma sungai hasratku yang kau hanyutkan dengan kata-kata
Sebuah bangku kayu, taman batu, dan daun-daun
Aku menyaksikan tubuhku diselimuti bau wangi tubuhmu yang lain
Yang membuatku semakin dekat dengan kenangan
Kenangan yang mengajaku kembali membongkar peristiwa luka
Menyadap jiwaku penuh dengan sepi.
Arosbaya, 2020
APA YANG BISA KITA TEMUKAN DARI PUNCAK DOA?
Sayup-sayup cahaya lampu yang menerangi jalan setapak rumahmu
Mengingatkanku pada undakan batu, suara belalang,
Dan dengung angin yang bersiul memanggil ruh pepohonan
Sebuah petilasan tempatku kembali menyongsong kesunyian
Langit tak memberi isyarat apa-apa untukmu
Hanya jejak kaki dan dingin yang mengering di udara
Apa yang bisa kita temukan dari puncak doa?
Dadamu yang menggigil
Nyanyianmu membelah lautan sukma
Di dekatku sebuah aliran sungai mendesir
Memotret doa-doamu yang beterbangan
Seperti cermin besar di mana daun-daun
Serta para binatang terjun melakukan penyucian diri
Seolah persetubuhan dengan dosa melebur begitu saja
Dan sulur pohon yang merundukkan pundaknya pada bumi
Memberimu isyarat sepi
Apa yang bisa kita temukan dari puncak doa?
Ketika tangan-tanganmu seolah memanjati tebing-tebing langit
Seperti tirai-tirai putih yang memagari pandanganku dari kegelapan
Kau tampak asing dalam diriku
Arosbaya, 2020
HUJAN RINDU
Aku tulis puisi untukmu sebab rindu telah mengelupas
saat dunia yang kupandang saat ini terasa kehilangan warna
Derasnya hujan seperti ribuan perasaan yang kutumpahkan
Aku ingin mengajakmu pergi menyelam kesunyian lebih dalam
Menghayati bentuk langit,
Hujan ini pula kadang menjadi luapan tak terduga
Bayangan wajahmu menyala-nyala di sisiku
Seperti lilin yang kupandangi apinya membakar rindu
Sayangku, kebahagiaan adalah kesunyianku mengingatmu dalam keabadian
Aku memandangi sebuah jalan yang riuh dengan garis-garis cahaya
Seperti puisi cintaku yang belepotan dengan metafora yang kental
Namun tak pernah membuatmu bertekuk lutut kepadaku
Putih kertas di mejaku, perjumpaan dan letak batas
Keluasaan langit yang mengusik matahari
Tajam musim kemarau yang berumah di hatiku
Setajam perasaanku padamu
Kuhadiahi kau gaun sepi yang panjang
Seperti sungai hasratku yang kau hanyutkan dengan kata-kata
Angin mendesau setelah hujan reda
Menghapus debu dan kata-kataku sendiri
Seperti sukmaku yang kian berpencar jadi suara binatang liar
Dan cahaya yang terus menyala dalam waktu
Menyinari malammu
Arosbaya, 2020
Rantau Sunyi
Kita seperti jasad yang dilingkari cahaya
Bunga-bunga persembahan
Angin mempertajam lidah hujan
Di batu-batu sunyi kita kembali
Seperti lukisan dengan garis-garis warna suram
Menggambarkan perjalanan kita
O, adakah bahasa yang bisa menghubungkan percakapan kita
Di bantaran sungai yang meluap-luap dengan kata-kata
Malam seperti hikayat yang menelan benang-benang cahaya dari cungkup langit
Lalu sepi yang terus mengiringi doa
Tangan-tangan hanyut
Ke dalam lingkaran sujud yang paling zuhud
Arosbaya 2020
- Puisi-Puisi Muzammil Frasdia - 23 March 2021