Arus
bersilang usia pada tanda
pada luruh peradaban
pada titik puncak
pada yang tak mudah untuk menarik diri
2020
Susut
Tahun-tahun itu seperti perahu
memuat anak-anak kecil yang berjalan di dalam kabut
sedang di bawah bukanlah laut,
kota tenggelam dengan puing-puing dan luluh lantak keping
Di bawah cahaya sedikit, engkau menyaksikan
bagaimana orang-orang berlari dan piawai
dengan kehancuran
Seketika itu bayang-bayang sepi
waktu memutar giliran yang terkuat kemudian,
ada tangan-tangan raksasa yang menyembul dari balik
langit teratas. Grinder tank-tank yang ajek merapikan sisa-sisa pertempuran
Sedikit tawa yang meretas dari balik bayang—sekelompok anak sibuk
menerbangkan layang-layang
2020
Ingsut
Bulan membawa ular pada tembikar
wajahnya padam pada lilin laut
wanita itu berdendang sepanjang malam
tentang masa muda dan kehilangan
Wajahnya merona nyala
di bawah cahaya temaram
bulan menerangi ular-ular laut
masanya padam dan dirinya pun tak layak
dikarami laut
Ombak-ombak menyetel ulang
arus waktu
dari ujung dermaga
bersama bunyi peluit kapal
2020
Orang Hilang
Kembali mengasingi diri
jauh tuhanku, aku memunggunginya
Aku benci keributan
juga kemeriahan yang tak pasti
Ibuku selalu suka berada di tengah orang banyak
aku menjauhinya, membunuh diri ke hutan
Ada peradaban yang tidak bisa diceritakan satu-satu
juga dirayakan dalam kemeriahan
Tuhanku ada di situ,
bahkan ia tak dikatakan
“siapa namanya,”
Ia bahkan tak bisa dituntut
kita lurus pergi atau
jalan-jalan melengkung kembali
Bahkan ia menitipkan mata
tentang kapan-kapan kita mengintipi nasib
untuk sedang durhaka, memelihara lonceng,
hingga sadar ajal tiba
2020
Perahu Batang
: Kriapur
Perahu itu jatuh ke jurang
Jurang
Jurang
dasar tanpa perlawanan
Di kedalaman air, ia melihat bulan
dengan segala macam-macam cahaya
Ia melihat warna-warni mata ibunya
Ia melihat wajahnya yang bersinar putih bayi
Ia melihat bocahnya yang berlari sepi menuju hutan
Ia melihat remajanya yang berdiri di sudut bangku
dan mencintai, mencincangi larik-larik
Ia melihat dirinya yang membenci kemeriahan
Ia melihat dirinya menikahi sedikit kata dan merayakannya di telaga hutan
Ia melihat bayangan dirinya berada di pinggan perempuan
Ia melihat bayang-bayang dirinya pada lambaian seorang anak kecil
di atas permukaan air
Ia melihat tuhannya mulai memunculkan tangan-tangannya menarik perahu
Ia melihat batu besar dalam sekian hitung
Ia membiarkan dirinya terempas, deras
2020
Alam Sapardi
: Sapardi
Aku menulis di tengah taman
Penuh kupu
Di tengah cawan dan rindu
candu itu seperti asap
menyelinap dari dalam kabut,
menyerupa kopi hitam
Seolah menekan ludah,
Puisi tetap berjalan
Bersama keramahan-keramahan seorang Sapardi
Bersama Aglonema dan Monstera
Berbiak di bawah sorot terik matahari yang sama
melepuhkan kulit terdalam
Menunjukkan jalan terhadap sejarah masa lalu
Dalam pemikiran yang tertahan
Dalam kedalaman batin yang dilatih untuk acap tersenyum
Dalam impian dan pahit kenangan kenyataan
Matahari itu akan tetap bersinar dan bunga-bunga akan terus tumbuh
dalam pelbagai musim pun, tubuhku akan tetap sama
Merawat kehidupan dalam bunga-bunga
Mereka yang mendekat
akan berkilau kemesraan
Tentang hikayat keikhlasan seseorang tumbuh menua
dan sajak keromantisan alam
Mereka yang menjauh, dan mencecar
akan larut dalam kesia-siaan
Karna hawa tak akan dilawan, alam tak luntur karna perbuatan
Namun senyum mengembang bunga-bunga, Aglonema, Monstera
Seperti menyimpan jauh ruhku dari atas yang dinamakan
Perlawanan
2020
Langit 4.0
Subuh merekam benak yang dalam
Betapa manusia itu seperti buruh
Kaum telanjang digerakkan mesin digital
Jam dinding jadi alat paling akrab
Ketika engkau mengalami teror dan derita
Tak bisa engkau kata, selain terempas sunyi, diam
Dari yang lain, yang tak bisa dipercaya
Agen-agen itu akan merumat tubuhmu
memasang rumus-rumus keseimbangan
peranti mampu genap berjalan
Agen-agen itu akan terus memantaumu
Ke arah mana engkau biasa berjalan
Dan menemui segelas susu
Atau kopi yang tertahan
Maka engkau akan dihadang dalam seribu satu persoalan
Tentang kemapanan dan kelayakan
Agen-agen itu selalu baru
Barang belum habis terpakai, mesin-mesin belum saatnya didata untuk ditukar
Tapi maha mega-raja proyek tak boleh selesai
Tubuhmu belum selesai dijahit, dianalisa, dan evaluasi uji tahap kesempurnaan
Belum distel sesuai permintaan
Atau gejala-gejala baru yang memunculkan pertahanan
Maka tubuhmu akan dipasang sesuai alam keseimbangan
Menuju pelan-pelan medan rongsokan lagi kedigdayaan
2020
Kicau Burung
: Artifisial 4.0
Namanya tenggelam
Genap gerhana mengasingkannya pada tarian baru
Gerakan-gerakan yang tak sudah-sudah
Rumus trivial yang ia sudah lelah
Ia melukis sendiri
Tentang kewajiban-kewajiban baru dari bilik di dalam hutan
penuh leram
Ia tak akan hadir pada perkara yang sudah-sudah
Hingga virus anti-berpikir itu mulai usai
Dan kejiwaan manusia baru mulai reda
Akan ia usung semua hasil lukisannya dari dalam lembah hutan
Hingga semua orang di kedai-kedai, di pinggir jalan, di sepanjang pasar
Akan berteriak dan meledak
2020
- Puisi-Puisi Puput Amiranti - 3 November 2020
- Puisi-Puisi Puput Amiranti; Setelah Sihir Semuanya Luka - 12 September 2017
hilang
nggak pernah kecewa sama puisi mba puput
Sugiyanta Pancasari
Kriapur (alam) adalah penyair angkatan 80 yang aku suka puisinya di HR Berita Buana. Kristanto Agus Purnomo, kan? Maaf Mbak Puput suka puisinya juga?
Fry
Dalam dan tak berkesudahan….
Riyanto
pada yang tak mudah menarik diri.
sialan, udara mendadak terasa dingin dan berat gara-gara puisi ini.
Orea
Ingin join turnamen game 0nline tapi bingung dimana? Ini dia turnamen game 0nline terbaik dan terpercaya se-Indonesia, Pokerplace88 sedang mengadakan turnamen p0ker yang memiliki banyak hadiah dan jackpot yang menarik. d4ftar dan J0in sekarang juga ke turnamen p0ker place88. info : https://bit.ly/2IclUzT
Rachmat
Syair yang berat hebat pemikirannya