Kidung Kekasih
: Faroh Nur
Langit tak cukup luas
Untuk menerjemahkan kasihmu
Laut tak cukup dalam
Untuk mengukur rindumu
Bunga-bunga tak cukup elok
Untuk menjelaskan senyummu
Burung-burung tak cukup merdu
Untuk mendendangkan hidupmu
Baris Puisi tak cukup fasih
Untuk menggambarkan cantikmu
Matahari tak cukup hangat
Untuk mengganti pelukanmu
Kau, kekasih
Adalah denyut bagi jantungku
Adalah udara bagi nafasku
Adalah waktu bagi usiaku
Adalah takdir bagi cintaku
Pada Suatu Rindu
Pada suatu rindu
Kenangan terbentang antara diriku
Dan denyut jantungmu
Aku mendengar suaramu lewat desir air
Mendengar suaramu dilafalkan seluruh penyair
Dan segala yang akan berakhir
Aku mencintaimu
Di luar kesanggupan hujan
Menakar derasnya rinduku
Pada suatu rindu
Kau adalah api dalam tungku
Yang menanak masa laluku
Aku membaca namamu di selembar sepi
Membaca namamu di seluruh bait puisi
Dan di segala yang hendak abadi
Aku mencintaimu
Di luar kemampuan waktu
Menghitung usiaku
Doa
: Faroh Nur
Selamat pagi kamu
yang memutuskan tinggal di ingatanku.
Selamat pagi, semoga matahari
Yang terbit dari matamu
Akan terbenam di mataku
Selamat senja kamu
Yang tak reda merenda rinduku
Selamat senja, semoga kamu dan aku
Adalah sepasang doa
yang dipanjatkan oleh cinta
Selamat malam kamu
Yang setia menggali lubuk di jantungku
Selamat malam, semoga sepasang matamu
Tetap menjadi dua bait terbaik
Bagi seluruh puisiku
Bila
Bila kububuhkan namamu pada baris puisiku
Pastilah seluruh huruf akan terpelanting
Sebelum tinta sempat mengering
Bila kupahat namamu pada larik puisiku
Tentu seluruh kalimat akan memucat
Sebelum pena sempat kuangkat
Bila kutulis namamu pada bait puisiku
Niscaya seluruh kata akan meregang
Sebelum pena sempat kupegang
Guru Rindu
: Faroh Nur
Rindu adalah guru yang mengajari bibirku
agar rajin menyebutmu
Rindu adalah guru yang membimbing mataku
Agar tekun memandangmu
Rindu adalah guru yang melatih telingaku
Agar khusyuk mendengarmu
Rindu adalah guru yang menuntun langkahku
Agar bersemangat menujumu
Rindu adalah guru yang mendidik penaku
Agar telaten menulis namamu
Rindu adalah guru yang menempa hatiku
agar gigih mengenangmu
Rindu adalah guru yang mengasuh jiwaku
Agar berbakti pada cintamu
KEPADA PUISI
Lautan adalah tinta
Pepohonan adalan pena
Hampar tanah adalah lembar buku
Dan penulisnya adalah aku
:
Kau adalah kata-kata
Yang harus ada
Dalam puisiku
Terimakasih
: Faroh Nur
Terimakasih karena kau telah berkenan
Meletakkan kenanganmu di atas puisiku
Terimakasih sudah memberkahi katakataku
Aku akan bahagia bila kesedihanmu
Dapat terlelap di sela-sela hurufku
Terimakasih karena jemarimu berkenan
Menuntun penaku untuk menulis cinta
Terimakasih karena suaramu berkenan
Membimbing bibirku untuk menyebut cinta
Terimakasih karena kehadiranmu
Telah menyelamatkanku dari rasa putus asa
Terimakasih atas cintamu yang telah
Membaiatku sebagai seorang penyair
- Pada Suatu Sapardi - 19 March 2020
- Puisi-Puisi Usman Arrumy; Elegi Kopi - 17 March 2020
- Kiai Wahid Zuhdi - 23 January 2020
Adeng Nurdin
Good
Anonymous
Nih mah ga usah diragukan
Idrus Ali
Good
Sechudin
Luar biaso
Anonymous
Wagelasehhh
Sri Maryati
Romantis hehe
Anonymous
Melting Gus
Naja
Unchhhh😊😊😊
Novita
wedoo, seems like….
uwais qorni
ingin deh belajar ngarang ke beliau, namun apadaya siapa saya…..
Fatkur
Keren… Semoga aku bisa seperti beliau ya. Aamiin