Puisi-Puisi Wawan Kurniawan

 

 

Nyalakan Pemindai di Ponselmu, Juga Hatimu

 

 

 

tapi perasaan dalam hati, begitu sulit

menyala, terlebih segala terasa jauh,

asing, dan tidak penting.

 

 

tapi coba sekali lagi.

 

 

Mendengar Manu’niu Berkicau

 

di hari yang tak bernama

angkasa akan berutang pada waktu

 

sebab langit pandai meminjam warnamu

menerbangkan segala kepastian yang terpendam

sebelum hujan membiarkan dedaunan basah

 

setelah kau pun sempurna dalam punah

bahkan dari segala catatan silam yang ada

di hutan, kicaumu bersarang di rimbun ketakutan

 

angin yang lelah berkelana

akan pulang memanggil suara lain

jauh dari purba mengusik masa depan

 

sehelai bulu berwarna biru jatuh di atas batu

dunia menggigil kesepian mencari

menunggu suara baru yang mustahil

 

 

 

 

Ekologi Sebuah Kenangan

meminjam doodle google:

di gunung Kilimanjaro

puncak seperti akhir

rupa-rupa kesadaran

kehancuran

yang diam-diam

terjadi

 

tapi kita seolah benih kehilangan

yang terus

menjalar

di tubuh

bumi

 

 

tumbuh bertambah

hingga menjadikan

kepunahan sebagai

kabar terakhir

di masa depan.

 

 

di tebing es yang mencair, musim-musim kehilangan kenangan, mereka lepas dari dunia sendiri menuju ketiadaan yang konon tetap ada, apakah sejatinya tampak seperti manusia yang menemui ajalnya sendiri – ataukah energi berubah selayaknya teori dari James Prescott Joule: benarkah keserakahan semua manusia adalah kekekalan yang menghidupi kita hari ini? Setitik es yang mencair, apakah kelak akan berpindah menuju air mata?

 

 

Operasi Rahasia Penguasa

1997: tanda tangan

2007: eksplorasi

2014: hutan lindung

2017: sejumlah penolakan

2019: lahan warga

2020: izin lingkungan

2021: lekas tambang

2022: tahun berapa?

2054: 42.000 ha = 0

tahun berapa

penyesalan

seluas ini?

penguasa gemar

menjadi lebih buruk

dari lubang-lubang tambang

di seluruh dunia.

 

 

Gadis Kecil yang Bertanya tentang Hutan

tahun ini hujan datang lebih lama

mereka tak lagi mengenal nama musim

lalu saat seorang gadis kecil

bertanya tentang hutan:

aku lelaki tua rentan

dengan hidup serapuh

ranting pohon di musim gugur

menjawab dengan biasa saja,

dengan apa saja yang tersisa

dari segala yang terkenang

dia melihat uban di kepalaku

membayangkan helai

burung cendrawasih terakhir

di sebuah video youtube

yang viral.

dia melihat kedua mataku

membayangkan kura-kura tua

dengan bijak menapaki pasir putih

menuju lautan luas yang ganas.

dia mendengar embus napasku

seolah ketiadaan menjemput jawaban

di dalam pertanyaannya yang tak lagi

mampu kujelaskan dengan baik

hari itu juga

seorang gadis cilik pulang ke rumah

diguyur hujan dan sejuk rimbun hutan

dalam dongeng terakhir yang tak

pernah ingin kutulis lagi, nanti.

Wawan Kurniawan
Latest posts by Wawan Kurniawan (see all)

Comments

  1. Miya Reply

    Baguuus

  2. Galih Reply

    Keren banget sihhhh 🀍🀍🀍🀍

  3. Putri Reply

    Kata-katanya membuat otak seolah membayangkan, pikiran ku berlayar mencari makna dr setiap bait 😁 puisi-puisinya keren-keren mantap semangat kk dalam berkarya πŸ”₯.

  4. Er Reply

    Asyik sekali!

  5. Miya Reply

    Ini kali yang keberapa saya ke sini. Puisi ini memanggil

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!