Tukang Pijat
lepaskanlah sandal karet skyway warna hijau tua. masuklah ke kamar dengan kaki kanan terlebih dahulu. pintu terbuka bagi para pengeluh. letakkan semua ketakutan dan kelelahan yang kau pikirkan. sebut nama dan bin siapa pada urat darahmu. tarik napas, dalam hitungan ketiga buanglah secara perlahan. berbaringlah dan jangan sekali-kali kau pejamkan mata. sebagaimana mantera-mantera yang keluar dari mulutku. kulumur minyak zaitun ke telapak tangan. menekuk dan menangkup pada lingkar pergelangan. dan semestinya minyak mendarat ke tubuhmu dengan sempurna. denyut demi denyut pada nadi. mengerutkan diri. kemudian perlahan jari-jariku terbuka. mengoles minyak zaitun ke tengkuk, pada tubuh. bergoyang berlawanan hingga ke dada. lalu terbukalah pori-pori hingga sampai kedalaman sumsum tubuhmu paling jauh dengan ingatanmu. merasuk ke dalam celah memar-memar. aku melihat mukamu yang bara. menyalakan nestapa.
pijatlah aku sekuat tenaga. aku mengangguk, Ingatan mana yang mesti dilenturkan? jika kau bilang kerinduan, maka urutkan urat kesepian sampai pada kecemasan. kulenturkan secara perlahan. maka ingatanmu sudah menjalar menjadi kesakitan soal masa lalu. akan lenyap saat itu. akan runtuh dari sekujur tubuhmu.
Tangerang Selatan, 2022
Menumbuk
musim penghujan. puluhan kuda-kuda hitam berlarian dari atas bukit menuju tanah lapang dadamu. Entak ladam bergemuruh. menyambut bulan purnama. semakin bertambah penantian lama. kuda-kuda yang diperas susunya ketika senja luruh. seusai tangan gemetar memanen kopi yang menua. gemerincing lonceng-lonceng kecil pada lingkar leher kuda. petanda antara kepatuhan atau kepasrahan. segenap tubuh diserahkan begitu saja. seperti tubuhmu. siap menujunya. terkawal dua malaikat. tubuhmu bakal gemetar, kadang begitu lepas menaruh ketakutan. kau pandang lekat-lekat. bunga-bunga di pekarangan bermekaran. daun-daun yang kuning berguguran. sementara kopi senantiasa ditumbuk setelah mengalami penantian yang panjang. kau tak kuasa menolak penantian. sebab kemustahilan ia kembali. tak akan pernah datang lagi. sudah berpulang lebih awal. kau belum terbuka lapang dada. seperti kuda-kuda. di beranda rumah. matamu semakin sayu. rambut yang perak ditimpa senja dari ventilasi jendela. usai menumbuk kopi. dengan tenaga yang tidak genap. kau tandaskan pada mulut mungilmu. sebab agar matamu tetap terbuka. dan malaikat tak datang secara tiba-tiba. ketakutan melahirkan dua peristiwa. antara kepatuhan atau kepasrahan.
Tangerang Selatan, 2022
Kitab Penanda
pada sebuah malam. burung legam bertengger di atas pagar menyilang. kemudian terbang jauh dengan suara mencekam. jeda beberapa pandangan kupu-kupu mengitari sebuah ruangan. esok paginya kau datang tiba-tiba. pertemuan yang tidak terencana. di depan gedung cak durasim surabaya. secara bersamaan ada berita kematian dari toa kejauhan. mulanya tubuhmu dibekali ajimat. sebagai penangkal yang tak terlihat. barangkali ruh-ruh yang asing bakal berloncatan. ibarat para pelaga berdesakan menggoda dan melakukan sebuah pertempuran. pada kitab penanda di tangannya tertulis. jalan panjangmu akan baik-baik saja. namun di tengah sebuah perjalanan. kau ditawarkan oleh ibumu. memilih madu, susu, dan kurma, atau biji mahoni yang ditumbuk bercampur madu. tentu saja kau dipaksa mencecap. semacam pertaruhan. kau mesti meyakini. melalui garis tangan. kau hidup bahagia dengan pasangan yang benar. atau mundur secara perlahan.
Tangerang Selatan, 2022
Perihal Tata Krama
aku izin bercerita kepada anak gadis menjelang tidurnya. ketika purnama di akhir tahun melingkar dan menyala dengan sempurna. beginilah di musim paceklik bagi nelayan pantura. pulang bersama angin dan penderitaan tangan hampa. perahu-perahu kecil menepi dari segala penjuru. ditempa angin barat. melipat pukat. dan merapikan kail-kail ke tempat agar tetap terawat. kemudian hantu-hantu laut bermunculan dari dasaran. merasuk pada pusaran pikiran kekalutan. menciptakan praduga esok makan atau justru kelaparan. dalam perhitungan purnama di pengujung tahun. mestinya ini bukanlah sebuah peringatan kesedihan. pertimbangan antara berlabuh atau mengeluh. bukan mendengar rintihan perempuan-perempuan. yang suaminya mendadak tenggelam karena memaksa melaut. atau diam ketakutan karena ombak menggelung karang. dan seharusnya melalui perhitungan ini sebuah perayaan panen para nelayan. nyatanya memasuki pergantian suatu musim yang kering. setelah dilakukan ritus petik laut. melarungkan sesajian berisi luka, kesedihan, kelaparan, dan entah seluruhnya. ombak-ombak redam melalui dada perempuan. nelayan kembali berlabuh sebagaimana mestinya. laut kembali baik-baik saja. dan anak gadis tidur dengan mimpi-mimpinya.
Tangerang Selatan, 2022
Pemburu
sebelum ia membentuk lanskap di dalam pikiran. atau membaca peta-peta kota tujuan. lalu menancapkan kompas pada ingatan. mendaftar keinginan dan rencana-rencana. tubuhnya tegak, duduk dengan kaki terlipat setiap malam. ia membayang seperjalanan baik-baik saja. menunggangi kuda sepanjang jalan lurus yang jauh. melintasi hutan, jalan raya, atau tempat-tempat yang asing baginya. memburu kijang kemudian memanah tepat di dada paling dalam. tidak menyangka bahwa sampai pada titik. di mana hari tertulis dalam sebuah peristiwa menjadi daftar cerita yang panjang.
semula ia berangkat dari kampung kecil menuju kota. dari kaki gunung yang tergusur. batu dan tanah dikeruk para kemaruk. ia berangkat dengan tubuh yang digilas kesedihan. tanah yang menyimpan ariari menjadi ritus kerelaan. dan hanya mampu meletakkan lanskap pada pikiran paling dalam.
selanjutnya dengan mata sadar. dihadapkan sebuah kenyataan. yang sama sekali tidak diharapkan.
Tangerang Selatan, 2022
- Sajak-Sajak Aksan Taqwin Embe - 6 December 2022
- Racik Kopi - 18 December 2015