
Penciptaan Dunia
Membayangkan laut, yang kupikirkan
pertama kali selalu tentang maut
Tapi pucuk-pucuk kelapa tak urung
melambai juga, seakan menyambut
Lalu kau membuat istana pasir berkali-kali
Ombak berdesir. Batu karang bergeming
seperti ketakutan yang ada di dalam hati
seorang pengecut. Berkali-kali kau
menulis namaku yang selalu cepat terhapus
Seekor burung terbang lelah melawan angin
seperti ingin menceritakan sesuatu, seperti
ingin hinggap di pundakmu dan berbisik:
“Jika tsunami, tak ada yang bisa dilakukan lagi
selain memeluk erat kekasihmu untuk terakhir kali…”
Begitu tawamu berakhir, kulihat arakan
awan hitam di dalam matamu. Kureguk segala duka
di bibirmu. Dan gelombang besar pun
kubiarkan menghantam dada
Kita berpelukan dalam amuk gempa
Terombang-ambing arus besar
yang tidak terduga. Adakah maut akan segera
Maut adalah laut
Laut adalah maut
Kau menjadi aku
Aku menjadi kau…
Lalu matamu bersih kembali
Laut tenang kembali
Semua seperti baru dilahirkan kembali
Barangkali benar, dunia dapat diciptakan berkali-kali
Juga ketika kau tak ada lagi
2020
Sebuah Dongeng tentang Mimpi
Pada mulanya seorang laki-laki berjalan
bersama bayangannya sendiri
menyusuri remang jalan raya dan lengang malam
Pintu-pintu rumah sebisu jam 12 diketuknya
dan disambut umpatan serta caci maki
Tidak ada kau, batinnya, tidak adakah
aku di dalam hidup ini? Ia tersenyum
Ia berjalan sempoyongan
memasuki gang-gang kecil yang bersilangan
seperti ingatan. Ia bicara dengan beberapa pemabuk
dan semakin tersesat. Ia bicara lagi
dengan dua-tiga perempuan mesum
dan semakin jauh tersesat
Ia tersenyum entah mengapa
Atau sedih atau bahagia
dirahasiakan malam, gang
dan orang-orang tanpa nama terakhir
yang sempat bertemu dengannya
Nun di sebuah rumah sebelum pagi dan runtuh
seorang perempuan menunggunya
Sudah biasa menunggunya sampai jatuh tidur
di kursi butut sambil mengulum senyum
Sejak itu, orang-orang besar di kota kecilku
gemar sekali bicara tentang keutamaan mimpi
2019
Rantau
Seperti tak ada jalan pulang
Hidup seperti akan selamanya
2019
Wajah yang Lain
Terlalu lama aku tak melihat wajahmu…
Di sini, di rumah-rumah petani, kemiskinan diterima
Sebagai dalih untuk saling berkhianat dengan santai
Di jalan-jalan raya, di hari-hari besar, di setiap melankoli
Yang dirayakan, nama-namamu dijajakan pedagang asongan
Aku memang tak mencarimu
Di antara perempuan berwajah cantik
Yang matanya terlalu banyak menimbun kesedihan
Di antara teman-temanku yang mengaku bahagia
Padahal diam-diam kulihat kilau belati
Di balik senyuman mereka
Aku hidup hari ini, sementara kehadiranmu
Seakan lebih meyakinkan di hari-hari kemarin atau besok
Aku berjalan mengikuti ibu jari, sementara kau
Seperti bayang-bayang sekaligus terik matahari
Kenyataan sekaligus ilusi
2019
- Sajak-Sajak Deri Hudaya - 7 September 2021
- Puisi-Puisi Deri Hudaya - 22 December 2020
- Sajak-Sajak Deri Hudaya; Sebuah Dongeng tentang Mimpi - 11 February 2020
Matdon
Alus der. Bahagia rasana
Anonymous
Nuhuuuuun, Maaaang. Nuhuuun.
Oda
Keliru ketik label ya ini?
Admin
iya hehe
sukanda.
sae ayi deuh tiasaan nya.ngadamel deui nu sae
Anonymous
gud job urang garut. hebaatttt
Anonymous
Baguss….
Erestu Fadya
suka puisi yg penciptaan dunia
Frisca
Kalimat yg cantik