![](https://basabasi.co/wp-content/uploads/2021/08/puisi-3-Agustus-2021-1.png)
USIA PAGI
dari seribu tangan kita dilahirkan
bermandi aksara dan bara
pada kusam tanah rawa
kita hanya punya seikat benih
kelak menuai banyak arti
biar larat merayap
niat tak berkarat
seperti Syarifah Ambami menetap pada satu janji
sang kekasih
pada fajar pertama, merebaklah angsoka
membuka sejuta mata
membujuk tangan-tangan bekerja
senandungkanlah bait-bait nurani
yang mengalir dari kesunyian
melepaskan amuk redam
menarilah, memutari satu masa
hingga sampai pada mula
ibarat kapal,
kita sedang berlayar bukan?
begitu cepat usia beranjak
kini kita bukan lagi anak-anak
yang haus pelukan ibu
saat hantu-hantu menyusup di ambang pintu
di sudut malam itu, cermin menyorot kita
mencipta rahasia, saptadasa
masih pagikah usia kita?
Bangkalan, 2021
INGATAN
rinai pagi ini memanggil-manggil namamu
pada derai kuncup bunga tanjung
tempat ikatan kita berujung
iramanya makin keras
sekeras ingatanku pada satu tempat yang
orang-orangnya rajin sembahyang
dan jalanan dipenuhi bau kamboja
tiap menjelang petang
setanggi merebak menajamkan ingatan masa silam
pada rinai pagi ini,
ada yang tak bisa kusembunyikan dari dinginnya
detak jantung dan seribu langkah
yang terus bergerak menghimpun jejakmu
Bangkalan, 2020
MEMORIA
sore itu, tak ada siapa-siapa
orang-orang hanya bayangan
tubuhku sendiri, duduk di atas bangku tua
sepi
menelan ritme hujan
antara tiktak dan roda keheningan
memacu jiwaku
satu di antara garis tiktaknya jatuh ke tangan
membasahi catatan
yang kubawa ke segala penjuru
di sana, pernah kurangkum seluruh rindu yang gaduh
sore itu, tak ada siapa-siapa
di ujung mataku, tanjung menari cemas
papan reklame bimbang
menimbang antara gerak dan diam
sepanjang jalan
anak-anak sungai meluap
air mata menggenang
Bangkalan, 2020
TAMAN
entah berapa lama
orang-orang dari seberang jauh
datang ke taman ini
digalinya beratus hasta
ceruk bumi yang
menyimpan warisan tak terkira
saat hujan lebat
orang-orang berpayung, berlarian
memburu sekeping emas
dan benda-benda purba
lahir menantang hasrat
Bangkalan, 2020
——-
Taman adalah nama dusun
di pesisir Desa Romben Guna,
Kecamatan Dungkek, Sumenep,
yang pasirnya dipercaya mengandung
butiran emas.
KEMBANG LAUT
kembang laut
tumbuh, tumbuhlah di tangkai waktu
di bibir teluk
hari-hari memeram sunyi
dari terik dan buih
di laut, apa yang bisa kau rindu?
dadanya bergolak
disapu ombak segala derap
bila malam beringsut
bintang tenggelam
ke dasar hati
langit muram kembali
di laut, apa yang paling berarti?
kembang pun hanyut
mencari lubuk dalam diri
Bangkalan, 2020
LASKA
di kota ini, kali kedua kita bertegur sapa
buah pemberianmu
masih kusimpan di saku masa
selonjong anak kelapa
yang lahir dari tanah luka dan tapa
orang-orang menyebutnya manis raja
katanya, siapa pun menelannya
akan terbang tak kasatmata
seperti dewa senja kala
laska
di kota ini, kutemukan banyak tanda
apakah kita terlahir dari ibu yang sama?
tapi mengapa darah yang mengalir
di tubuhku tak sewarna
dengan darah yang mengalir di tubuhmu?
Bangkalan, 2020
TONDUK
namaku tonduk
tubuhku berharkat waktu
usiaku berlafaz gemuruh
ombak-ombak berdebur
pasang surut dalam mataku
la yamutu
pasir-pasir pecah
menguning pada rambutku
yang mengering
namaku tonduk
pulau perempuan
menata hidup di garis pasrah
seperti tangan dermaga
lapang menerima kapal-kapal
dan tak gamang kala ditinggal
namaku tonduk
penjahit malam bagi pelayar
2018–2020
——-
Tonduk: Nama desa/pulau di Kecamatan Raas,
Kabupaten Sumenep. Mayoritas penghuninya
adalah perempuan sehingga disebut Pulau Putri.
- Sajak-Sajak Ina Herdiyana; Usia Pagi - 3 August 2021
Ipumk eetoh
Mantap
Ike Lawbers
Mantap puisinyaaaa…
Pangeran Diksi
Kapan gilirankuuuu
Samsul
Kereeeen, kapan aku nyusul beginian ya
Shintaa
Bismillah nyusul
lintang
cakeppp