Sajak-Sajak Indrian Koto; Sulap Kota

http://7-themes.com

Menginap di Kos Kiting

 

 

Aku tidur di kamar kontrakanmu yang 800 ribu sebulan

Nyamuk adalah kerabat yang rajin bercakap-cakap

Gang sempit, rumah rapat, bercampur debu bekas lahan gusuran

Malam tak pernah tidur, selalu minta dihibur

 

Kamarmu yang 800 ribu sebulan, dan seluruh kampung

Tersisa ini terletak di tengah kesalahan

Menunggu untuk tak ada

Bagaimana sebuah gang

Tetap hidup di lahan subur kota raya?

 

Kamarmu dikelilingi bangunan yang tumbuh liar

Berebut menjadi tangga ke langit

Seperti mata-mata, mata para pengintai

Mengawasi kamar sempit ini, kampung kecil ini

Di belantara pusat ekonomi, yang siap dilumat

Dalam sekejap. Di waktu yang hampir

Dan sudah direncanakan

 

 

Bukit Taratak

 

 

di kampung ini, sayang

laut menelan daratan

 

dari jalanan, segalanya diangkut ke kota

segalanya diangkat dari padang

 

dari padang

tengoklah tebing nyiur melambai

bukit taratak memanggil

bukit taratak menggigil

degup cemas penarik pukat

tak pernah sampai ke telingamu

keringat perih para pelaut

lebih amis dari ikan pantaimu

 

lalu laut, sayangku,

mulai mendekati jalan

di kampung pesisir ini,

di jalan lurus tak berujung.

 

2017

 

 

 

Sulap Kota

 

 

kota adalah keajaiban

ladang subur yang memberi banyak impian

segalanya tumbuh dengan ranum

diciptakan siang di dalam malam

pesonanya; ladang tandus dan sisa kampung halaman

 

kota adalah muslihat

menyusup dalam tidurmu

memanggil setiap pikiran

menyerumu masuk dalam perangkap nyamannya.

kau nyaris tak tahu batas siang atau malam

senang atau sepenuhnya kesedihan.

 

kota sepenuhnya godaan

menawarimu banyak

dan merampas segalanya

setelahnya kau kehilangan jalan

menuju pulang, menuju masa lalu

yang berubah jadi kenangan.

 

Kota adalah kesedihan

Kenangan yang lekas jadi padam

Keinginan yang disulap jadi dendam.

 

2017

 

 

Suatu Malam

 

 

Bahkan sunyi menggaungkan suara

Di larut malam, dunia seperti sedang diciptakan

 

Kusebut namamu diam-diam:

Tubuhku bergetar oleh rindu

Pijarnya melebihi cahaya yang langit pancarkan.

 

 

Melankolia

 

 

aku menyeru banyak nama

tapi tak banyak yang menyeruku

di kota yang kurasa akrab ini

tak satu pun yang benar-benar aku kenali.

 

semakin banyak aku mengingat

semakin jauh aku ditinggalkan

orang-orang sekadar datang,

sekadar mampir ke dalam diri.

 

setiap hari tubuhku mengecil

suaraku tenggelam dalam deru

merindukanmu, memanggil banyak nama

yang kian asing dan sendiri.

 

2017

Indrian Koto
Latest posts by Indrian Koto (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!