Menginap di Kos Kiting
Aku tidur di kamar kontrakanmu yang 800 ribu sebulan
Nyamuk adalah kerabat yang rajin bercakap-cakap
Gang sempit, rumah rapat, bercampur debu bekas lahan gusuran
Malam tak pernah tidur, selalu minta dihibur
Kamarmu yang 800 ribu sebulan, dan seluruh kampung
Tersisa ini terletak di tengah kesalahan
Menunggu untuk tak ada
Bagaimana sebuah gang
Tetap hidup di lahan subur kota raya?
Kamarmu dikelilingi bangunan yang tumbuh liar
Berebut menjadi tangga ke langit
Seperti mata-mata, mata para pengintai
Mengawasi kamar sempit ini, kampung kecil ini
Di belantara pusat ekonomi, yang siap dilumat
Dalam sekejap. Di waktu yang hampir
Dan sudah direncanakan
Bukit Taratak
di kampung ini, sayang
laut menelan daratan
dari jalanan, segalanya diangkut ke kota
segalanya diangkat dari padang
dari padang
tengoklah tebing nyiur melambai
bukit taratak memanggil
bukit taratak menggigil
degup cemas penarik pukat
tak pernah sampai ke telingamu
keringat perih para pelaut
lebih amis dari ikan pantaimu
lalu laut, sayangku,
mulai mendekati jalan
di kampung pesisir ini,
di jalan lurus tak berujung.
2017
Sulap Kota
kota adalah keajaiban
ladang subur yang memberi banyak impian
segalanya tumbuh dengan ranum
diciptakan siang di dalam malam
pesonanya; ladang tandus dan sisa kampung halaman
kota adalah muslihat
menyusup dalam tidurmu
memanggil setiap pikiran
menyerumu masuk dalam perangkap nyamannya.
kau nyaris tak tahu batas siang atau malam
senang atau sepenuhnya kesedihan.
kota sepenuhnya godaan
menawarimu banyak
dan merampas segalanya
setelahnya kau kehilangan jalan
menuju pulang, menuju masa lalu
yang berubah jadi kenangan.
Kota adalah kesedihan
Kenangan yang lekas jadi padam
Keinginan yang disulap jadi dendam.
2017
Suatu Malam
Bahkan sunyi menggaungkan suara
Di larut malam, dunia seperti sedang diciptakan
Kusebut namamu diam-diam:
Tubuhku bergetar oleh rindu
Pijarnya melebihi cahaya yang langit pancarkan.
Melankolia
aku menyeru banyak nama
tapi tak banyak yang menyeruku
di kota yang kurasa akrab ini
tak satu pun yang benar-benar aku kenali.
semakin banyak aku mengingat
semakin jauh aku ditinggalkan
orang-orang sekadar datang,
sekadar mampir ke dalam diri.
setiap hari tubuhku mengecil
suaraku tenggelam dalam deru
merindukanmu, memanggil banyak nama
yang kian asing dan sendiri.
2017
- Nasi Bungkus dan Pemburu Celeng - 18 March 2022
- Sajak-Sajak Indrian Koto - 28 January 2020
- Anak Panggung - 25 May 2018