I. Cahaya Kala Malam
Ia harus selalu menyulut cahaya
Di sebelah ranjang di loteng kala malam.
Meski memberi mimpi buruk dan tidur yang rumpang,
Nyala api membantu Tuhan untuk terus menjaganya.
Kemurungannya yang telah jauh disingkirkan.
Kini beralih padaku baik di siang maupun malam,
Sebagai pemilik, setahuku, di masa yang akan datang
Hari-hari tergelap yang kita takuti.
II. Jika Aku Dalam Masalah
Pada sebuah tempat di mana tak dapat kupikirkan jalan pintas lagi,
Begitu jauh pada puncak gunung tertinggi,
Lampu yang membutakan kian memelototi
Dengan kilatnya ia mulai menuruni tangga granit,
Bak bintang yang baru saja terjatuh dari langit.
Dan termenung dalam hutan di seberangnya
Aku tersentuh oleh pendar cahaya asing nun jauh
Yang membuatku tak merasakan sepi sebagaimana mestinya,
Sebagai pelancong tak ada lagi yang dapat kulakukan
Bila malam ini aku bermasalah dengan gelap malam.
III. Bravado
Tidakkah aku berjalan dengan kepala terdongak
Sambil menimang tiap peringatan pada bebintang yang sungguh
Takkan luput mengenaiku saat mereka tertembak dan jatuh?
Tentunya itu sebuah risiko yang harus kuambil—dan telah kuambil.
IV. Untuk Memastikan Jika Ada yang Terjadi
Akan lebih buruk bagiku bila berakhir dipekerjakan
Ketimbang sekadar menjadi pengamat kehampaan,
Siapa yang akan mengambil bagian untuk mengabarkan
Bintang manakah yang jatuh kelak.
Mungkin sebutir benih—mutiara mentari
Akan menjadi pengabar satu-satunya;
Meski begitu aku masih tetap harus mengabarkan
Soal sebuah gugus berjarak sebintang dari sini.
Aku sudah selayaknya ragu
Untuk memilih agar menakuti gereja atau negara
Kala mengumumkan jika ada bintang yang terjatuh
Dari, barangkali, Salib atau Tahta.
Untuk memastikan bintang apa yang kulewatkan
Alangkah baiknya bila aku memeriksa pada daftarku
Tiap bintang yang tergantung di langit malam.
Sepertinya akan memakan waktu semalam suntuk.
V. Di Malam yang Panjang
Aku akan membangun kediaman dari kristal,
Dengan salah seorang temanku yang kesepian,
Di mana dingin menujam bagai peluru
Dan jarum berdiri sendiri pada ujungnya.
Kami akan menumpahakan minyak pada perapian
Dan menginginkan buku-buku untuk dibaca lantang
Kami akan menelusuri arsip-arsip
Demi mengamati Cahaya Utara.
Jika Etookashoo dan Couldlooktoo*
Dipanggil oleh para Eskimo nanti
Akan ada cukup ikan mentah pun matang
Dan cukup minuman serta minyak untuk kami semua.
Sebagai orang dalam yang menghangatkan diri
Kepada satu sama lain aku akan berkata,
Yakinlah pada sari apel yang kau teguk
Hari lain pasti akan tiba.
*Nama orang Eskimo. (penerj.)
Sajak-Sajak di atas diterjemahkan oleh Noa Dhegaska.
- Sajak-Sajak Robert Frost; Lima Nokturno - 2 March 2021