Sajak-Sajak untuk Pingkan; Sapardi Djoko Damono

couling.com

Kita Ini di

 

kita ini di negeri apa? kau kudengar tertawa

topimu baru saja diterbangkan angin

ketika kau mencoba mendekat

ke tepi Tondano. Hanya kita tampaknya

 

angin menyisir tepi danau bercakap

kepada riak air. Kau menubrukku

ada yang ingin menerbangkan rambutmu :

aku berbisik padamu, ini hari Minggu

 

hanya angin tampak bermain dengan cahaya

hanya kita yang menunjuk ke tengah danau

merentang benang-benang gerimis 12 warna

untuk kita tenun menjadi bianglala ganda

 

meninggalkan danau itu aku membimbingmu

bianglala yang terbit dalam kenangan kita

masih akan tinggal, masih akan tinggal lama

setelah danau lenyap dari pandangan kita

 

 

Masih Ingatkah Kau

 

masih ingatkah kau rumah ibadah

tempat malam-malam kita singgah

kau di mobil menungguku, tentu saja

mungkin berdoa agar malam mereda

 

masuk ke ruang yang dijaga sepi

merasa berada di sebuah negeri

yang menjanjikan ketenteraman

rumah kita pada suatu hari nanti

 

masih ingatkah kau waktu pura-pura

tak peduli waktu kubilang aku berdoa

bersujud membayangkan kasih sayang

yang tak putus-putus menenteramkan kita

 

masih ingatkah kau rumah ibadah

tempat malam-malam kita singgah

ketika aku menjadi begitu yakin

bahwa kau tak lain doa pengusir dingin

 

 

Kita Dengarkan Kenangan

 

kita dengarkan kenangan

pastel aromanya

bersijingkat sepanjang nafas kita

terseret-seret engahannya

 

tik-tok jam tak hendak diam

gentayangan di tempurung kepala

bersiap, melesat, dan meluncur

kembali ke pusat kenangan

 

yang tinggal: nada yang berulang

terselip di sela-sela kesadaran kita

pastel aromanya

gelombang yang tak hendak fana

 

bersijingkat sepanjang nafas kita

terseret-seret engahannya

kita dengarkan kenangan

pastel aromanya

 

 

Kalau Kita Nanti

 

kalau kita nanti sudah sangat tua

aku di sini dan kau di sana

yakinkah kau bahwa di seberang samudra

ada yang masih merawat bianglala

 

 

Ada yang Tak

 

ada yang tak hendak susut

saat seutas cahaya menegang

menjelma garis tipis

yang menyekat kita

 

ternyata kita masih juga ada

dalam denting-denting hening

tetes demi tetes luruh

tak hendak jenuh

 

seutas garis tipis, tipis saja

memisahkan kita

agar masih berdebar mendengar

agar masih saling mendengarkan

Sapardi Djoko Damono
Latest posts by Sapardi Djoko Damono (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!