ia tidak lagi menunggu
aku mendatanginya dari belakang
pada setapak jalan berkelok di tengah padang
ia duduk menggenggam gulungan tali
“sudah lama kau menunggu?” aku bertanya
“aku sedang tidak menunggu,” jawabnya
ia tampak menggulung tali gembalaannya pelan-pelan
aku masih ingin bertanya, tapi ragu
jangan-jangan, dia bukanlah orang yang ingin kutemui
setelah bertahun jarak kenangan terlampaui
saat gembalaannya mendekat, aku berkali-kali mengedipkan mata
sebuah gumpalan tak berkaki menggelinding
melambung, melantun-lantun,
dan melompat ke dalam pelukannya
ia membalikkan badan, persis ketika gumpalan itu menggeliat
masuk ke lubang yang seperti pintu kandang terbuka di dada kirinya
gumpalan merah marun itu meronta
siluet cahaya berpantulan dari celahnya
lalu diam
“untuk apa lagi aku menunggumu?” ucapnya, sebelum berlalu
dan hilang di kelokan padang penggembalaan itu.
2020
batu betina
batu pengganjal roda bus yang dipakai di pendakian itu
ternyata berjenis kelamin betina
bus yang semula nyaris terguling ke jurang
kini selamat, melaju pesat
batu betina tinggal
tergolek di tepi jalan berlereng terjal
goresan roda tergurat kaku
pada garis bekas senyumannya
2020
jarum penggali kubur
ia korek-korek tanah itu dengan jarum
katanya, ia akan menggali sumur
baiklah. kita tunggu drama ini sebabak lagi
jangan-jangan, lobang tergali, bukan air yang datang
liang kuburan malah kiranya.
2020
lima belas menit sebelum tidur malam
bagaimana mungkin, kekasih
gelanggang licin berpasir tajam
kita terabas dengan cinta yang apa adanya
cinta yang habis-habisan itu
dalam mimpi saja kita tualangi
2020
- sajak-sajak zelfeni wimra; ia tidak lagi menunggu - 3 March 2020
Farah
saya sangat suka lima belas menit sebelum tidur, singkat tetapi menarik:D