Syaikh Abu adh-Dhahhak

Beliau adalah persis sebagaimana judul di atas. Tidak lebih dan tidak kurang. Setidaknya menurut penelusuran saya terhadap kitab-kitab thabaqat yang menampung nama-nama kaum sufi. Dan nama beliau hanya tertera di dua Kitab thabaqat. Yaitu, Kitab Sirah Abu ‘Abdillah bin al-Khafif dan Kitab Nafahat al-Unsi min Hadharat al-Qudsi.

Syaikh Abu ‘Abdillah bin al-Khafif pernah menceritakan bahwa beliau mendengar langsung dari Abu adh-Dhahhak yang menyatakan: “Pada suatu hari, aku duduk di atas sebuah bubungan rumah. Dari situ, aku menyaksikan Iblis berjalan di atas jalan yang kecil. Aku bertanya kepadanya: ‘Wahai yang terkutuk, apa yang kau kerjakan di jalan sempit itu?’

Iblis itu kemudian mengangkat kakinya dari bumi. Ia memandang ke atas bubungan rumah. Ia dan aku lalu menjadi saling pandang. Kudekati ia. Kutampar ia. Kudorong ia.” Dalam konteks ini sangat jelas bahwa dedengkot setan itu kalah sama seseorang yang di dalam batinnya menyimpan ketakwaan kepada Allah Ta’ala.

Hari demi hari berlalu. Minggu demi minggu berjalan. Bulan demi bulan bergeser. Tahun demi tahun beringsut. Sekarang sudah waktunya Syaikh Abu adh-Dhahhak berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk melaksanakan rukun Islam yang kelima. Yaitu, ibadah haji. Maka, beliau bersiap-siap untuk menempuh perjalanan jauh ke Makkah.

Setelah rampung dengan sempurna melaksanakan ibadah haji, dalam perjalanan ke rumah, beliau bertemu dengan sebuah sungai. Air sungai itu sedemikian jernih. Juga sangat deras mengalir. Dan tidak ada jembatan yang menghubungkan antara satu sisi dengan sisi lainnya. Syaikh Abu adh-Dhahhak sungguh sangat kerepotan.

Beliau tidak berdaya untuk melintasi sungai itu. Pada waktu tersebut, beliau melihat orang yang sangat tua dan lemah memasuki sungai. Beliau bergumam di dalam batinnya: “Aku tidak lebih lemah dibandingkan orang tua itu.” Beliau lalu masuk ke dalam air sungai untuk menerobosnya. Tujuannya jelas. Yaitu, agar beliau sampai di seberang sungai.

Sampai di tengah-tengah sungai, Syaikh Abu adh-Dhahhak sudah melihat orang tua yang lemah tadi mengangkat kakinya ke tepi sungai. Ia duduk-duduk di situ. Sementara beliau terdesak oleh air sungai. Beliau tenggelam dan basah. Hingga akhirnya Allah Ta’ala menyelamatkan beliau dengan cara didorong ke tepi oleh air sungai.

Orang tua yang sangat lemah itu berdiri di dekat Syaikh Abu adh-Dhahhak. Ia memandang kepada beliau. Ia mendatangi beliau dan berkata: “Wahai Abu adh-Dhahhak, kau sudah bertaubat? Setelah ini, kau masih akan menamparku lagi?” Terkejut beliau. Ternyata orang tua yang lemah itu adalah Iblis.

Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari adanya peristiwa perjumpaan antara seorang sufi dengan orang tua yang sangat lemah dan ternyata itu adalah Iblis? Kita mesti hati-hati terhadap siapa pun yang kita jumpai dalam kehidupan ini. Terutama kalau kita berjumpa dengan seseorang yang kita tidak menyukainya.

Jangan sampai di dalam diri kita muncul sebuah umpatan atau tindakan apa pun yang menunjukkan bahwa kita tidak senang terhadap orang tersebut. Di saat itu mungkin kita menang, tapi di saat yang lain, boleh jadi kita dikalahkan dan dipermalukan olehnya. Na’udzu bilLah min dzalik. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!