
Beliau adalah ‘Ali bin Hindun Abu al-Hasan yang terkenal dengan sebutan Abu al-Adyan atau bapak agama-agama karena dikenal sangat ahli di bidang berbagai macam agama. Dan ketika berdebat dengan para pemuka agama-agama itu, beliau selalu saja menang menghadapi kelihaian-kelihaian mereka.
Beliau hidup di zaman Syaikh Junaid al-Baghdadi, berasal-usul dari Bashrah. Beliau bersahabat dengan Syaikh Abu Sa’id al-Kharraz dan para sufi yang lain. Selain dikenal sebagai seorang sufi yang sangat alim, beliau juga dikenal oleh banyak orang sebagai seorang sufi yang sedemikian jago di dalam memenangkan perdebatan dengan lawan-lawannya.
Beliau memiliki seorang budak yang bernama Ahmad. Budak inilah yang kemudian pernah bercerita bahwa pada suatu hari pernah terjadi perdebatan antara Syaikh Abu al-Adyan dengan seorang Majusi. Syaikh Abu al-Adyan menyatakan bahwa api itu mempunyai kesanggupan untuk membakar hanya dengan izin dari Allah Ta’ala.
Si Majusi menyanggah dengan mengatakan bahwa api itu membakar dengan tabiatnya sendiri, tidak mungkin tidak. Bahkan dia mengungkapkan: “Andaikan api itu membakar hanya dengan izin Allah, maka aku meninggalkan agama Majusi, aku masuk agama Islam.”
Mereka berdua sepakat untuk menyalakan api unggun yang sangat besar. Dan Syaikh Abu al-Adyan harus masuk ke tengah kobaran api itu. Orang-orang mengumpulkan kayu bakar. Mereka berkumpul untuk menyaksikan apakah ungkapan sang sufi itu benar atau keyakinan si Majusi yang mesti terjadi.
Api menyala dengan sedemikian besarnya. Memerah. Dengan merah api yang begitu kuat. Di tengah kobaran api itu Syaikh Abu al-Adyan mulai menggelar sajadahnya. Beliau melaksanakan shalat sunnah dengan penuh khusyuk dan damai. Tidak ada sedikit pun dari diri beliau atau apa saja yang melekat pada beliau yang terbakar.
Setelah melaksanakan shalat, beliau berjalan di tengah kobaran api dengan perlahan menuju si Majusi. Beliau bilang kepadanya: “Apakah sudah cukup bagimu atau aku harus masuk ke tengah kobaran api lagi?” Si Majusi, dengan dibimbing oleh beliau sendiri, dengan perlahan tapi pasti mengucap dua kalimat syahadat sebagai tanda bahwa dia telah dengan suka rela masuk agama Islam.
Malam tiba. Si Ahmad, budak dari Syaikh Abu al-Adyan, mendekat kepada tuannya. Dia menyaksikan bahwa di telapak kaki tuannya ada luka bakar hampir seperti apel. “Tuan, apa ini di kakimu?” tanyanya. “Ketika tadi siang aku berada di tengah kobaran api, sesungguhnya aku tidak di situ. Menjelang aku mendekat pada si Majusi, aku sadar bahwa aku berada di tengah kobaran api.
Di saat aku berbicara dengan si Majusi, kakiku terbakar sebagaimana yang engkau lihat. Seandainya dari awal aku sadar bahwa sebenarnya aku berada di tengah kobaran api, maka pastilah aku terbakar dengan sempurna, bukan hanya bagian dari kakiku saja.” Betapa Engkau Mahakuasa, betapa Engkau Mahasegala.
Ya Allah, di tengah kehidupan yang sangat sementara ini, jadikanlah kami sebagai orang-orangMu, jadikanlah kami mutlak berpihak kepadaMu, jadikanlah kami sebagai “kaki-tanganMu” yang senantiasa Kau pakai untuk berbagai macam keperluanMu. Amin. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Bundar asy-Syirazi - 29 September 2023
- Syaikh Abu Al-Hasan al-Fusyanji - 22 September 2023
- Syaikh Ja’far al-Khawwash - 15 September 2023