Judul di atas adalah kun-yahnya. Beliau sendiri bernama ‘Amr bin Salamah. Beliau berasal dari Nisapur. Wafat pada tahun 264 Hijriyah.
Beliau berkawan dengan Syaikh Ahmad bin Khadhrawih dan Syaikh Abu Yazid al-Bisthami. Juga merupakan salah satu murid yang sangat unggul dari Syaikh ‘Abdullah bin Mahdi al-Bawardi.
Beliau adalah guru rohani bagi orang-orang Malamatiyyah. Yaitu, kalangan para sufi yang senantiasa menyamar dan menutupi diri mereka dengan pakaian-pakaian yang sama sekali tidak “sufistik” dan berbagai dimensi lahiriah yang tidak mengarah pada kesufian mereka.
Syaikh ‘Abdullah al-Anshari yang juga dikenal dengan sebutan Syaikh al-Islam menyatakan bahwa Syaikh Abu Hafsh al-Haddad merupakan seorang sufi yang paling menakjubkan di dunia pada masanya. Tidak tanggung-tanggung, Allah Ta’ala berfirman langsung kepada beliau untuk segala urusannya. Sungguh, beliau sangat istimewa.
Begitu cemerlang reputasi spiritual beliau. Sehingga sufi sehebat Syaikh Abu ‘Utsman al-Hiri dan Syaikh Syah bin Syuja’ al-Kirmani bisa dilahirkan secara rohani oleh beliau. Orang hebat bisa melahirkan orang-orang hebat pula dengan riyadhah dan bimbingan Allah Ta’ala.
Syaikh Muammil al-Jashshash asy-Syirazi memberikan kesaksian spiritual, salah satunya, tentang beliau: “Allah Ta’ala menganugerahkan hikmah kepada Syaikh Junaid al-Baghdadi, menganugerahkan keutuhan wujud kepada Syaikh Syah al-Kirmani, menganugerahkan akhlak yang mulia kepada Syaikh Abu Hafsh al-Haddad, dan menganugerahkan kegilaan akan hadiratNya kepada Syaikh Abu Yazid al-Bisthami.”
Karena itu, dengan sangat fasih beliau mengatakan sebagaimana telah terlebih dahulu mengamalkan akhlak yang indah itu: “Keindahan dimensi lahir merupakan penanda bagi keindahan dimensi batin. Sebagaimana juga Nabi Muhammad Saw. menyatakan dalam salah satu sabdanya bahwa seseorang yang khusyuk hatinya pastilah akan khusyuk pula seluruh anggota tubuhnya.”
Akhlak beliau yang indah sesungguhnya tak lain merupakan presesi spiritual yang tangguh dengan dimensi rohani Sang Nabi Saw. Tidak mungkin tidak. Karena jelas bahwa dari mana lagi datangnya keindahan perilaku beliau kalau tidak memancar dari keindahan akhlak Nabi Pungkasan Saw. tersebut.
Dengan kalimat lain bahwa Syaikh Abu Hafsh al-Haddad itu secara ontologis telah dianugerahi kehadiran Nabi Terpilih Saw. itu di dalam dirinya. Dan itulah jimat hakiki beliau yang telah menjadikannya berharga dan memiliki derajat yang keren di hadapan Allah Ta’ala.
Dalam konteks pemahaman sufistik di atas, beragama adalah menyesuaikan diri secara sungguh-sungguh dan penuh ketulusan dengan akhlak Sang Rasul Saw., baik dalam konteks hubungan vertikal dengan hadiratNya maupun dalam kaitannya dengan relasi horizontal. Dalam hal ini, implementasi akhlak terpuji itu merupakan kelanjutan dari adanya berbagai pemahaman yang holistik terhadap ajaran-ajaran Islam.
Dan karena keindahan akhlak terpuji Sang Nabi Saw. itu merupakan salinan langsung dari sifat-sifat Allah Ta’ala, maka menjadi jelas bahwa siapa pun yang memiliki kemiripan dengan Rasulullah Saw. di bidang akhlak, sesungguhnya dia secara substansial berarti memiliki posisi yang karib dengan hadiratNya. Wallahu a’lamu bish-shawab.
- Syaikh Abu al-Husin al-Harawi - 17 January 2025
- Syaikh Ahmad Nassaj al-Khaisy - 10 January 2025
- Syaikh Muhammad as-Sakhiri - 3 January 2025