Syaikh Ma’ruf Al-Karkhi

john peter

Beliau termasuk pembimbing rohani terdahulu. Guru dari Syaikh Sirri as-Saqathi yang tak lain adalah paman Syaikh Junaid al-Baghdadi. Berkawan dengan Syaikh Dawud ath-Thaie. Wafat pada tahun 200 Hijriah. Yaitu, ketika berada di tengah banyak orang yang berdesakan di sekitar pintu Syaikh ‘Ali bin Musa ar-Ridha, orang yang sangat masyhur dengan kecemerlangan rohani dan kemuliaannya. Sebagai penjaga pintu, beliau jatuh dan terinjak orang-orang. Lalu wafat.

Pada suatu hari, Syaikh Ma’ruf al-Karkhi pernah ditanya oleh seseorang tentang cinta. Beliau menjawab bahwa cinta itu tidaklah diajarkan oleh makhluk. Tapi murni merupakan pemberian dan karunia dari Allah Ta’ala. HadiratNya itu adalah asal-usul dan sumber dari segala cinta, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Dan karena cinta itu merupakan sifat Allah Ta’ala yang inheren di dalam diriNya sendiri, maka seluruh penciptaan alam raya ini tak mungkin tidak digagas dengan dan atas nama cinta. Pada segala anasir makhluk dari mulai yang terkecil hingga yang terbesar, pastilah ada bukti keagunganNya, pastilah pula ada bukti cintaNya.

Bagi Syaikh Ma’ruf al-Karkhi, pada semua yang ada terdapat pelajaran cinta ilahiat yang sesungguhnya, secara langsung maupun tidak, mengajarkan kepada kita semua adanya perbuatan dan tindakan yang merdeka dari berbagai macam pamrih. Tapi murni dikobarkan atas nama cinta yang bernuansa transendental tersebut.

Dalam konteks pemahaman ini, betapa pentingnya kita belajar dan berguru kepada Allah Ta’ala. Bukan terutama tentang konsep, teori, dan rumus ilmu pengetahuan mengenai segala sesuatu, tapi bagaimana kita mengejawantahkan semua itu atas nama hadiratNya semata, atas nama cintaNya pula. Dengan demikian, kita akan menyaksikan adanya korelasi ontologis-spiritual yang begitu sublim antara diri kita yang partikular dengan absolusitasNya yang sangat indah dan menawan melalui tali-temali cinta.

Syaikh Ma’ruf al-Karkhi sendiri adalah seorang sufi agung yang begitu mendalam hasrat dan cintanya kepada Allah Ta’ala. Dengan tanpa pamrih recehan yang berupa kesenangan di dunia ini maupun kenikmatan “murahan” yang berupa bidadari-bidadari yang menunggu di akhirat nanti.

Hasrat dan cintanya yang sangat jernih dan begitu kuat kepada Allah Ta’ala menjadikannya terbebaskan dari cengkeraman segala sesuatu yang lain. Hidupnya murni untuk hadiratNya semata. Sehingga kehidupan beliau sepenuhnya menjadi terberkati. Dan hadiratNya pun berkenan memberikan keberkahan semi keberkahan kepada orang-orang lain melalui perantara beliau.

Sampai hari ini kuburannya di Baghdad masih sering diziarahi oleh orang. Mereka berdoa kepada Allah Ta’ala sembari berwasilah dengan kemuliaan hadiratNya yang dianugerahkan kepada beliau. Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!