Syaikh Ruzbihan al-Baqli #2

Di dalam Kitab al-Anwar fi Kasyf al-Asrar, disebutkan bahwa Syaikh Ruzbihan al-Baqli menyatakan, seorang qawwal, orang yang membawakan lagu-lagu atau qira’at al-Qur’an di dalam sebuah acara, mestinya wajahnya bercahaya dan ganteng. Tidak acak-acakan, apalagi kelam.

Karena bagi calon-calon orang makrifat yang senantiasa menekuni sema untuk menemukan ketenteraman hati mesti didukung oleh adanya tiga hal berikut ini: wewangian yang lembut, wajah yang menawan, dan suara yang manis. Tanpa adanya ketiga tersebut, tentu suatu acara akan kurang greget.

Sebagian aulia mengatakan bahwa meninggalkan acara sema tersebut jauh lebih utama, jauh lebih selamat. Sema itu hanya cocok untuk orang-orang makrifat, orang-orang yang hati mereka telah bersih, orang-orang yang hati mereka telah wushul kepada Allah Ta’ala. Sebab, mereka tidak memandang kepada selain hadiratNya.

Pada permulaan masuk ke Syiraz, Iran, untuk memberikan peringatan kepada umat manusia, Syaikh Ruzbihan al-Baqli tidak sengaja mendengarkan seorang wanita memberikan peringatan kepada anak perempuannya: “Wahai anakku tercinta, jangan tampakkan kecantikanmu di sisi seseorang. Ia akan menjadi hina. Dan tidak akan tersisa bagimu sebuah iktibar.”

Mendengarkan ocehan tersebut, Syaikh Ruzbihan al-Baqli memberikan tanggapan: “Wahai perempuan, sesungguhnya kecantikan tidak rela untuk berada sendirian. Ia mesti berdekatan dengan seorang pecinta. Sesungguhnya di zaman azal, antara kecantikan dan cinta saling berjanji untuk tidak terpisah.”

Dengan menyimak ungkapan Syaikh Ruzbihan al-Baqli tersebut, betapa banyak orang-orang yang jatuh cinta karenanya. Betapa banyak pula orang-orang yang mati karenanya. Karena cintanya begitu nyata, dan harapan-harapan cinta nyaris tidak tertanggungkan. Betapa menyesakkan cinta. Betapa mengerikan cinta.

Syaikh Abu al-Hasan Kardawih menyatakan bahwa dia hadir pada sebagian dakwah para sufi yang dihadiri oleh Syaikh Ruzbihan al-Baqli. Syaikh Abu al-Hasan Kardawih tidak mengenal Syaikh Ruzbihan. Dia berkata di dalam hatinya: “Di dalam perkara ilmu dan kondisi rohani, aku lebih unggul dari Syaikh Ruzbihan.”

Apa yang dikatakan di dalam hati itu, ditanggapi dengan lisannya oleh Syaikh Ruzbihan: “Buanglah kata hatimu itu. Sebab, hari ini tidak ada seorang pun yang menyamai Ruzbihan al-Baqli di perkara rohani. Dia adalah satu-satunya di zaman ini.” Di dalam menutup kalimatnya, beliau membacakan dua bait puisi ini.

“Aku adalah jalan Tuhanku. Membimbing setiap orang yang melintas jarak terdekat, ke paling jauhnya masjid. Setiap orang adalah pencari buruan dari samudraNya. Bagaimana mereka meliputi tujuan dengan gemilang?” Betul-betul seperti orang gila. Gila kepada Tuhan semesta alam. Asal-usul segala yang maujud.

Syaikh Ruzbihan al-Baqli adalah pendengar sema yang ulung, yang utuh. Akan tetapi di akhir umurnya yang penuh dengan cinta, beliau meninggalkan sema. Kenapa? Beliau memberikan jawaban dengan tandas: “Aku mendengar langsung dari Tuhanku sekarang. Karena itu, kupalingkan diriku dari segala sesuatu yang lain.” Wallahu a’lamu bish-shawab.

Kuswaidi Syafiie
Latest posts by Kuswaidi Syafiie (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!