Para Pembunuh dan Kompas; Cerpen Hassan Blasim
Abu Hadid memeriksa yang tersisa di botol arak. Ia dekatkan wajahnya padaku dan, dengan ketenangan dari seseorang yang amat candu […]
Abu Hadid memeriksa yang tersisa di botol arak. Ia dekatkan wajahnya padaku dan, dengan ketenangan dari seseorang yang amat candu […]
Rumah keluarga guru sederhana, di sebuah kota yang bising. Di ruang keluarga, ada meja (tulis atau makan), dengan satu-dua kursi, […]
Rupiah membaca potongan koran bekas pembungkus bawang merah dan bawang putih yang ia dapatkan dari warung Hajah Bandiah. Bibirnya bergerak-gerak […]
Tatapan matamu begitu kosong. Ekspresi wajahmu kaku. Ini pertama kalinya aku menyadarinya. Sejak kapan kau berubah? Sejak kapan hubungan di […]
“Masih jauh, Mas?” tanyaku sambil terengah-engah. “Capek, ya?” Mas Ardi berhenti sebentar, memberi waktu agar aku dapat beristirahat. “Sedikit,” jawabku. […]
SEBENARNYA, aku hanya menceritakan apa yang selalu menciap-ciap dalam kepalamu. Sesuatu yang selalu berhasil mendatangkan gemuruh dalam dadamu. Gemuruh itu […]
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Haji Nadzar belum juga beranjak dari kandang sapinya. Ia masih menatap dan mengelus-elus […]
Belum sempat berkata apa-apa, Ibu langsung menghambur ke arahku. Dengan sigap, ia memeluk tubuhku. Kemudian menangislah ia sambil menggerutu. Melafalkan […]