
Dalam Cemas
dalam kelimunan itu, ada isbedy
dalam cemas. hendak ke mana?
antrean panjang, surga-neraka
membentang: antara hilang
dan pulang
di bandara kuala lumpur, menanti
jadwal pulang pukul 10 malam
alangkah jemu. tak ada percakapan
orangorang saling tak kenal
hanya ingin sampai di depan antrean
melepas barang, menukar tiket
penerbangan: tapi mau melayang
ke mana? udara sangat hitam
bumi terlalu lebam
di bandara kualalumpur dalam
kelimunan orang antre, isbedy
terhimpit oleh perburuan: ingin
sampai dan melempar barang
tak ada percakapan. orangorang
hanya ingin sampai rumah
atau hilang…
KLIA 2, 7 Desember 2015
Kau
kau telah kembali, rumah yang berwarna
dan pohon bagimu sendagurau. seperti
adam dan hawa pertama kali
menempati taman-Nya
tiada lagi ular. desis yang merayu untuk
mencicipi buah itu. “inilah surga, sungai
yang mengalir susu. kebun anggur,
malammalam gugur. berpeluk,” katamu
tapi, percayalah, setiap juntai rambutku
adalah ikrar kau tetap kekasihku:
menyusuri pantai, menanam jejak
di tamantaman, dalam bayangan
lelampu. aku akan bersamamu–tulismu
seperti baris puisi
dan, mungkin esok, pada masa lain
kau akan bertemu lagi dalam rindu
merah lampu…
–tapi kenapa jetti pangkor
menenggelamkan segala kenangan
bahkan jejak kita di pasir bogak,
teluk nipah, teluk dalam,
dan kampung masjid?—
7 Desember 2015
Gate Q-5
ada yang mesti kukenang lagi; gelak
ombak, pacu bot, dan senyummu
di derai pantai. pasir bogak akan
mencatat dalam puisi
“ayo, baca. ini kalam dan tulis
setiap senyum dan barisbaris
pertemuan. namamu punya
masa datang. ayo!” ujarku suatu
malam saat syair dilanggamkan
kini di sebuah pintu, akhir dari
segala kenangan aku pun menimbang
untuk membuang ingatan
atau menyimpan sebagai impian
biarpun pasir bogak
akan terus bergelak
KLIA.2, 7 Desember 2015
Kau Kekasihku
akulah pejalan malam. tak berumah
di tanah tak rehat di langit. di laut dan
darat aku memburu. menangkapmu
hingga tak berkutik: kau kekasihku
sebab sudah kuikrar di bawah
untaian rambutmu, sukaduka kulampaui
sampai.habis bilangan langkah ataupun
arung. “yang bernama cinta, manusia
akan selalu memburu,” bisikmu
seperti adam memcari.eva setelah
Tuhan melempar pasangan pertama
ke bumi. konon.Adam di daratan Cina
dan perempuan itu di Medinah
lalu di Rahmah
keduanya bersua
sepenuh Cinta..
Cengkareng, 8 Dea 2015
Setelah Dikutuk
aku pilih kembali sendiri, seperti adam
mencari hawa, setelah dikutuk sebagai
tualang di bumi ini. cukuplah bersama
menetapkan langkah di benua ini, dalam
dingin yang memeluk
aku sudah beri kau jalan, pintu, dan
kenangankenangan manis. menikmati
pagi tanpa matahari. sudah cukup
kau nikmati perjalanan angin dan
dingin. menebalkan pakaian,
membusungkan tubuh. langit mencatat,
bumi memberi hormat
padamu. meski setelah itu kau alpa,
seperti kau yang menghendaki kutukan
itu. bertualang karena kakimu yang
kukuh: kau berselancar di lantai es:
menari-nari
seperti penari balet! kau hanya pelupa,
dari mana kau mulai, cara apa kau
bertulang hingga menemukan
hawa di bukit rahma itu
kekayaanmu masa lalu…
11 Desember 2015
Tak Ada Mimpi
tak ada mimpi tubuhku
bagai layanglayang
menembus awan kabut
diterima tanah berkeping
aku tak juga terbangun
saat tubuhku terbang
dan melayang, tak mampu
mendarat di kabut basah
tubuhku ringan
bagai kapas: tak ke langit
tak pulang ke bumi
berkeping-keping
dibakar matahari
8 12 2015
Delft, Sebuah Kenangan
: Frieda Amran
di delft ini tanganmu dalam jemari tangannya
suhu 5 derajat celciius pagi ini. menatap
ke atas menara gereja, merasakan
sepoi angin yang
membuatmu makin gigil
“dulu waktu aku kuliah di Leiden, kami
menikmati bungabunga dan suhu
dingin. kini 20 tahun lebih, banyak
berubah,” katamu
dan jemarimu makin erat digenggam
langkahmu pelan, seperti ingin
kembali memunguti kacang
yang mungkin pernah tercecer
delft dingin
matahari cerah
26 Nov 2015
- Sajak-Sajak Isbedy Stiawan ZS - 12 July 2022
- Puisi-Puisi Isbedy Stiawan ZS - 8 March 2022
- Puisi-Puisi Isbedy Stiawan ZS; Kisah Beberapa Bagian dari Pelayaran - 22 June 2021