TALHAMIYEH; Puisi-puisi Nathalie Handal (Palestina)

Please do not close that door

Sumber Gambar: greatinspire.com

EL PAISANO

 

Siapa meninggalkanku dalam angin

siapa meninggalkanku dalam abu

siapa meninggalkanku di tapal batas

siapa meninggalkanku di samping tubuhku

siapa meninggalkanku dalam suaraku

di koridor-koridor bisikanku

siapa meninggalkanku di sana,

saat seluruh yang kuinginkan adalah

tetap berada di cakrawala

yang terbuka terhadap dataran maha luas

jauh dari tempat aku ditinggalkan.

 

 

TURKA

 

Mereka bertanya kepadaku siapa aku,

mereka bertanya dari mana kuberasal—

bagaimana kujelaskan

dari mana Yesus lahir

meski aku tak diizinkan

memasuki gerejanya.

Siapakah aku jika aku tak bisa

bersama rerumpun pohon zaitun,

siapakah aku

jika aku tak menemukan Muhammad

dalam doa-doaku,

tak bisa meraih Yesus.

Aku dari Teqoa

dan Laut Mati,

dari Bethelehem

dan Jerusalem—

Dar Handal,

Kami tumbuh di mana-mana di sini,

Dar Talama,

nenek moyang kami para penerjemah,

jadi kuterjemahkan ini untukmu—

Aku selalu menjadi diriku

dan di balik doa-doaku

adalah jendela-jendela

dengan sebuah kota

dengan kata kerja yang tak pernah sudah.

 


 

KERETA PERANG

 

Ada sejumlah lelaki yang mati

dengan nama yang salah,

orang-orang yang menemukannya,

lupa, atau meragukan nama-nama mereka

Aku tahu tiap patah kata dari namaku

dalam bahasa Arab,

setiap kata adalah Arah.


 

TALHAMIYEH

 

Kudengar

aku seorang Armenia

yang percaya bahwa bintang-bintang

adalah serpihan halilintar

sejarah meninggalkan ruang kosong,

Kudengar

aku punya darah Romawi

dan saudaraku orang Turki

dan Yunani,

Kudengar

hatiku

dekat dengan Masjid Omar

dekat dengan Nativity

di samping sebuah azimat

dan seorang tua

tanpa gigi atau kunci,

Kudengar

puisi-puisiku berubah jadi batu

dengan huruf-huruf Aramaik,

Kudengar

bahwa di sini

para penyerbu menghalau orang pribumi

orang pribumi mengguriskan nama-nama mereka pada pohon

dan pohon-pohon mengulang kembali sajak-sajak,

kebebasan pergi,

Kudengar

Aku adalah sebuah rumah

yang terbuat dari cahaya Mediterania

kecuali bahwa aku hanya mendengar ini di musim semi

dan Musim Semi mungkin tak ada lagi di sini—

mereka mengambil semua pohon kami—

mungkin Yesus bisa menjelaskan apa yang terjadi

atau mungkin segala yang perlu kuingat

adalah bahwa

Kudengar—namun ini aku tahu—

aku seorang Arab,

tujuh rumah

dari kota tua

telah meninggalkan kepadaku tujuh kunci

agar aku selalu dapat memasukinya.

 

Catatan: Talhamiyeh adalah sebutan lain untuk orang Bethlehem.

 


 

KEBANGKITAN KEMBALI

 

Kami memilih gaduh atau diam

memilih kesendirian para pengembara

memilih mengingat satu-satunya cara

sepasang mata kami meluas dalam cahaya

cara sepasang tangan kami menggerakkan cahaya

dan cara cahaya membuka

sebuah kota

yang sedih dan gemerlapan.

 

 

 

Diterjemahkan oleh Tia Setiadi dari kumpulan puisi bertajuk The Invisible Star (Valparaiso, 2014).

Tia Setiadi, lahir di Subang, 7 November 1980. Menulis sajak dan esai-esai bertema budaya, sastra dan filsafat pada pelbagai media di antaranya; Kompas, Koran Tempo, Jawa Pos, Jurnas, Suara Merdeka, Jurnal Sajak, Jurnal Poetika, Jurnal Kritik, dan lain-lain. Ia juga telah memperoleh sejumlah penghargaan, salah satunya, Pemenang Hadiah Sastra MASTERA (Majelis Sastra Asia Tenggara) 2013, untuk kumpulan puisi Tangan Yang Lain. Buku ini terpilih juga untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diikutkan dalam Frankfurt Book Fair 2015. Kini tinggal di Yogyakarta. Email: tiasetiadi@yahoo.com

Nathalie Handal
Latest posts by Nathalie Handal (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!