Puisi-Puisi Surya Gemilang; Tanya yang Bertamu

Wanita yang dibunuh

Dokumentasi Abstrak

 

kau jantung dosa yang terlampau

banyak membaca kitab suci. kau

serbuk-serbuk malam yang merekahkan

seribu nama di ujung lelap. kau lagu

pengantar tidur yang mengiringi upacara

kematianku. kau “gempita” tanah yang

mengusirku dari sejarah.

 

(Denpasar, 2016)

 

 

Tanya yang Bertamu

 

tidak ada siapa-siapa di rumahku

ketika dari ujung musik kudengar

ada yang mengetuk pintu. dan di

rumahku itu, kekasih, memang tak

akan ada siapa-siapa, termasuk

memori yang merambat di musik ini.

 

(Denpasar, 2016)

 


 

Bayi Tua

 

rindu purba seperti

:

rasa

sajak

yang

muram.

 

di suatu rindu, malam pernah

membakarmu seperti mimpi.

dan keesokan harinya, tak akan

kubiarkan kantuk yang nakal itu

mencibirmu sekali lagi.

 

(Denpasar, 2016)

 

 


 

Wanita yang Dibunuh Keheningan

 

hening memburunya di tengah

rimba kantuk sementara ia sendiri

sedang dijebak oleh kata-kata dan

angka-angka dalam mimpi.

 

+ jebakan yang tak nyata pun dapat

membahayakanmu.

 

– kau ingin melihatku lebur sekali

lagi dalam sajak-sajakmu yang nakal.

 

+ tapi, kekasih, sajak-sajakku

bukanlah hening, apalagi kata-kata

dan angka-angka dalam mimpi.

 

– kau ingin menyulut dan mengisapku

seperti rokok. lalu kau akan gila

menulis sajak pada keriuhan nikotin.

 

+ o, kekasih, bersembunyilah dalam

bayang-bayangku yang tak akan lesap

dalam malam, dalam sajak.

 

– kau hendak melumpuhkanku dengan

bayang-bayang sajak.

 

+ kekasih … di belakangmu … kau

terlambat.

 

hening yang serupa seutas dawai biola

pun keburu menjerat lehernya.

keesokan harinya, di koran, ia ditulis

sebagai seorang wanita yang dibunuh

keheningan, seorang wanita yang mati

di antara nada-nada pengantar mimpi,

tanpa kata-kata, tanpa angka-angka.

 

(Denpasar, 2016)

 


 

D-N

 

kau pernah bersembunyi di jaringan

internet lalu membakar arsip kenanganku.

kau pernah bersembunyi di balik jarak yang

menghubungkan puisi dengan kesedihan

sebelum menggigilkanku dengan hujan

kata-kata. kau pernah tersimpan rapi dalam

sebuah lagu di ponselku sebelum virus

menghapus liriknya.

 

kau pernah menjadi badai digital

ketika kotak masuk surelku begitu

sepi. kau pernah terselip di saku

celana untuk menggantikan dompetku

yang hilang. kau pernah menjadi

doa tunggalku ketika aku agak

bosan berharap. kau pernah terselip

di keriuhan benakku ketika kesunyian

yang jahat terus mengetuk-ngetuk

pintu kamarku.

 

dan kau tak pernah kembali setelah

senja menarikmu ke negeri sejarah.

 

(Denpasar, 2016)

 


 

Puisi buat Kau yang Merasa Rapuh

 

ibu menulisku bukan sebagai sajak,

dan di jantungnya tak pernah tertanam

satu pun puisi. ia pun tak hendak menulisku

sebagai sebuah lakon sebab sandiwara

terlampau lama menancap di lembah

dadanya.

 

*

 

perihal tulis-menulis, aku bukanlah

orang yang pandai membikin prosa

puitis apalagi surat romantis. tapi

setidaknya aku terlahir dari sebuah

cerita pendek dan kota kata yang

terbakar.

 

aku terlahir sebagai sebuah sajak yang

tak pernah sekali pun mereka duga,

yang tak pernah sekali pun ibu tulis.

 

(Denpasar, 2016)

Surya Gemilang
Latest posts by Surya Gemilang (see all)

Comments

  1. Tiara Putri A.P.K Reply

    penulis muda yang liar!

  2. Rachelsa Annarie Reply

    Aku suka, deretan katamu

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!