
Sajak Dewi Dewi
sebelumnya ia tak mengenal Athena, Artemis, maupun Minerva
ia bermain dengan rumput di halaman, bebatuan di pinggir jalan,
dan pasir di tepi lautan
tak lebih dari itu, ia tidak menyukai tantangan
laut terlalu dalam untuk diselami, udara terlalu tinggi untuk diraih,
dan tanah terlalu padat untuk digali
ia tak pernah pergi dari batas yang ia pahami
tatkala dikebumikan, untuk pertama kali ia menyelam lebih dalam,
menenggelamkan ke dasar pikiran, jurang antagonis
ia menjadi orang baru yang lebih baru dari bayi baru lahir
Venus menggapai senja-senja yang ia lipat dengan mata
Gaia ketakutan, ia diserahkan ke Eirene
Lelaki Agung dan Perempuan Gunung
lelaki itu melihat dan perempuan sedang memanjat
lelaki itu pengamat dan perempuan dengan semangat
keduanya terdistraksi oleh angin yang sama
awan melengkungkan keduanya pada bumi yang semula datar
untuk bertemu di titik jenuh yang sama
dan putus asa oleh fajar yang datang sekedipan mata
setelah bumi mulai berulah
perempuan ingin memeluk angsa-angsa putih
terkadang meluruhkan mahkota dan menjelma jadi angsa hitam
dan memakan perasaan kasmaran
lelaki kembali berlarian di hutan
menemui siapapun untuk menghapus kegelisahan
atau bertapa di goa kecemasan
dan menghadapi peradilan di meja ingatan
tak kunjung menemukan masa depan
setelah perjalanan panjang dari lorong waktu ke waktu
lelaki dan perempuan bertemu pada titik buta
tanpa jendela apalagi pintu membias cahaya
jelaga tak berkesudahan mengunjungi mereka
tanpa takdir keduanya hanya manusia
yang hidup dalam bayang-bayang pengharapan
tanpa keikhlasan keduanya tidak saling menemukan
mengenang perasaan atau melanjutkan hidup
dengan derita tak lekang
—7 November 2024
Perempuan Tanpa Jendela
beberapa perempuan tidak menamatkan sekolah
di halaman surau, bangku-bangku kayu
namun mereka menamatkan rumah-rumah
menyaksikan tamatan sekolah merangkai pisah
memisahkan jendela dengan banyaknya pijar
yang pernah hinggap dalam tuturan
mereka serupa bara yang sengaja dipadamkan
untuk memberi ruang bagi cahaya yang ditenun
dengan tangan kasar seorang perempuan
yang telah tamat dari rumah-rumah
atas dunia yang diciptakan
mereka merangkak dari rumah tanpa jendela
yang dindingnya setinggi Himalaya
tak terjamah puncak tak terjangkau badai
keduanya menyengat api tanpa bara mati
pada akhirnya batinnya terluka tak terperi
melanjutkan hidup dengan memeluk rasa takut
—4 November 2024
Sajak Demeter
hujan mendatangkan keajaiban
pada sawah yang mulai gersang
dan lembah pualam tempat ruh diciptakan
dari nadi yang berdetak seiring takdir berkumandang
aku sudah dewasa
ketika musim berjelaga malam
tiada rembulan mengulum senyum
gemintang kemarin berubah menjadi abu
sisa dari pembakaran pijar-pijar kemarau
yang merah dan marah
sebagaimana mata air mencari akhir
kita impas di penghujung musim
ayat-ayat kabur tanpa jejak
dan tanaman-tanaman mulai bersajak
—5 November 2024
- Puisi Tia Murdianingsih - 9 September 2025


Suma
Keren, lanjutkan mbak Tia. Produktif sekali penulis perempuan dari Trenggalek satu ini.
Angga Jaya
Keren kak 🔥🔥
Perempuan bermahkota
Kerennn bangett karyanyaa 😍😍
Gara
Satire perempuan rupanya
Riff
Menyentuh…seakan ikut merasakan
aprialdi
saya ingin berbagi
Indra
Mengulum senyum maksudnya gmn sih