Metodologi Penelitian Luka

Abstrak

Eflina bersikukuh melakukan penelitian luka. Meski ia mendapatkan banyak hujatan dan sindiran sinis mengenai ide gilanya itu, namun tidak sedikit orang yang menyemangatinya. Orang-orang yang memiliki penasaran cukup dalam mengenai genealogi dan dinamika luka yang pernah ada di dunia. Dengan begitu, barangkali, mereka akan mencoba bersiakrab dengan luka yang pernah dan atau sedang mereka rasakan. Eflina menghabiskan waktu yang tidak sedikit untuk ide gilanya itu. Ia mencatat cerita demi cerita yang disampaikan kepada para responden. Ia menyiapkan antologi pertanyaan mengenai luka dan memfokuskan kajian pada kisah cinta yang tragis-romantis. Dan pada akhirnya ia menemukan luka begitu dekat dengan dirinya.

Kata Kunci: metodologi, penelitian, luka

Pendahuluan

Orang-orang makin penasaran dengan hasil penelitian gila yang dibuat oleh Eflina. Beberapa minggu selama penelitian, Eflina menunjukkan gejala psikis yang berat. Ia lebih banyak diam dan hanya berbicara mengenai hal-hal penting saja. Selebihnya ia hanya menggerakkan kepala, tangan, bahu, atau jari, juga alisnya untuk merespons pertanyaan-pertanyaan yang memburunya. Tubuhnya terlihat lebih kurus dengan mata yang sayu.

“Mungkin dia sudah dibuat gila oleh idenya sendiri!”

“Lagian ada-ada saja, penelitian kok tentang luka!”

“Dasar perempuan aneh!”

“Kasihan, mana masih muda!”

Ucapan-ucapan itulah yang terlontar saat orang-orang membicarakan Eflina dan ide gilanya itu. Meski sebenarnya, mereka ingin tahu kesimpulan atau novelti yang ditemukan dalam penelitian yang tidak pernah diteliti oleh peneliti di mana pun di dunia ini.

Metode Penelitian

Luka, bagi Eflina, adalah sesuatu yang menarik dan misterius. Sama halnya seperti cinta, luka meruang dan mewaktu. Luka berada di banyak dimensi. Ia tak ubahnya sesuatu yang terus ada dan mengada.

Untuk itulah Eflina bersikeras untuk menyelesaikan penelitian luka ini. Entah apa pun hasilnya nanti. Ia bersikukuh untuk melakukan penelitian luka dengan pendekatan psikologis. Dengan pendekatan itulah, ia akan bisa lebih dekat dengan luka itu sendiri. Ia ingin menghilangkan keberjarakan dengan responden dalam penelitiannya.

Penelitian ini difokuskan pada kisah-kisah derita dan luka yang terjadi dalam kisah asmara yang ia istilahkan sebagai romantisme-tragis. Ia menemui dua orang responden, dan menanyakan beberapa hal mengenai luka yang pernah mereka alami dengan metode wawancara terbuka.

Pembahasan

“BERCERITALAH TENTANG KISAH LUKA YANG PERNAH KAMU ALAMI” KATA EFLINA KEPADA RESPONDEN 1

“Adakah yang lebih luka, dari merelakan orang yang kita cintai menikah dengan sahabat sendiri?”

Pertanyaan itu menjadi pembuka yang mencekam bagi Eflina.

Tidak ada pilihan lain, selain menjalani hari-hari dengan mencoba baik-baik saja. Saya menyaksikan seorang laki-laki yang sangat saya cintai menikah dengan sahabat saya sendiri.

Saya bukan tidak mendapatkan balasan cinta dari lelaki itu. Bukan. Namun keadaanlah yang memaksa kami untuk tidak bersama. Kisah cinta terlarang di antara kami memang harus disudahi.

Perut saya semakin membesar. Saya harus segera dinikahkan. Tetapi bukan dengan lelaki yang telah menghamili saya. Bukan. Ini bukan keputusan dari saya sendiri. Bukan. Ini adalah keputusan keluarga besar.

Kami dipaksa untuk berpisah. Saya sangat sedih, melihat ibu yang menangis tak henti-henti. Juga ayah yang saya sendiri bahkan tidak pernah mendapati ia sesenggukan seperti itu selama ini.

Sudah sepantasnya, saya membayar apa yang selama ini saya lakukan. Sebuah hubungan terlarang yang dipaksakan untuk terus berjalan. Hingga akhirnya takdir merenggut mimpi-mimpi kecil tentang kebahagiaan di masa depan.

Seorang lelaki hadir di kehidupan saya dan menyelamatkan semua. Kehadirannya adalah angin segar yang menyelamatkan nama baik keluarga kami. Ah, saya pikir Tuhan sudah benar-benar tidak peduli dengan saya.

Lelaki itu memutuskan menikahi saya dengan sadar bahwa ada janin dari hubungan saya dengan lelaki lain. Saya tidak tahu hatinya terbuat dari apa. Ia adalah malaikat penolong bagi keluarga kami.

Pernikahan yang terjalin atas dasar rasa bersalah dan rasa belas kasih, dan bukan atas nama cinta justru membuat lembaran luka baru di hidup saya. Tiga tahun berlalu. Lelaki yang kini benar-benar saya cintai sepenuh hati, meninggalkan saya dan anak kami. Anak saya maksudnya. Ia menikah dengan perempuan lain.

“Kamu tahu betapa pedihnya?” Tanya responden 1 kepada Eflina

“Lalu bagaimana dengan lelaki yang menghamilimu?” Eflina bertanya balik

Ia menikah dengan sahabat saya sendiri. Saya yang memilihkan jodoh untuk ayah dari anak saya itu. Karena saya tahu, sahabat saya, sejak lama memang menyukai sepupu saya. Jauh sebelum kisah cinta terlarang itu terjadi.

Saya merelakannya. Kini, saya melihat mereka bahagia. Sangat bahagia.

“Apakah ada lagi yang perlu ditanyakan?” tanya responden 1 sembari menyeka airmatanya.

“Sudah cukup” dengan rasa bersalah Eflina menyudahi sesi wawancara dengan responden 1.

Setelah mendapatkan data tentang kisah luka yang dialami responden 1, kemudian ia beralih ke responden 2. Dengan konsep yang sama, Eflina mengulik kisah luka yang dialami oleh responden 2.

“BERCERITALAH TENTANG KISAH LUKA YANG PERNAH KAU ALAMI,” KATA EFLINA KEPADA RESPONDEN 2.

“Fragmen cinta paling luka adalah saat dua orang mengaku saling mencintai dan bersepakat untuk tidak saling memiliki”

Pernyataan itu menjadi pembuka yang menggetarkan bagi Eflina.

Ruang keluarga benar-benar mencekam saat itu. Kau tahu? Bahkan melihat mata kedua orangtuaku pun rasanya aku tidak kuat. Langit malam sedang cerah waktu itu, tapi tidak dengan suasana di ruang keluarga.

Paman, bibi, ayah, dan ibuku juga keluarga besar lainnya tertunduk lesu. Setelah sekian perdebatan dan serapah memenuhi isi ruangan. Sesekali aku merasakan ada dada yang sakit juga napas yang tersengal.

Keputusan memang harus diambil malam itu. Tentang masa depan janin di perutku. Di ruang ini, orang-orang yang berkumpul bukan terdiri atas dua keluarga. Bukan. Melainkan satu keluarga besar. Karena bapak dari janin di perutku adalah adik sepupuku sendiri.

Semua kaget dan tidak percaya saat mendengar kenyataan bahwa aku hamil.  Semua kaget dan tidak percaya saat mendengar kenyataan bahwa aku hamil di luar nikah. Semua kaget dan tidak percaya saat mendengar kenyataan bahwa aku hamil di luar nikah oleh adik sepupuku sendiri.

Ini mengenai nama baik keluarga yang harus dijaga turun temurun. Orang-orang telanjur mengenal keluarga besar kami sebagai keluarga yang agamis lagi harmonis. Apa yang terjadi jika mereka mendengar aib ini?

Aku melihat amarah yang memuncak di raut ibu dan ayahku. Juga di raut paman dan bibi. Terlebih paman, yang hampir saja ia melabrak anak lelakinya sendiri. Anak yang diharapkan menjadi contoh bagi adik-adiknya. Untung saja emosinya dapat ditahan oleh keluarga lain.

“Kau tahu betapa canggungnya waktu itu?” Tanya responden 2 kepada Eflina

“Kenapa bisa serumit itu?” Eflina tanya balik.

Sebermula saat aku mengalami kekerasan fisik oleh kekasihku di sebuah kafé di malam yang hujan beberapa tahun silam. Entah bagaimana ceritanya, sepupuku di tempat yang sama saat kejadian. Ia melihat aku menangis menahan pipiku yang merah.

Hubunganku dengan kekasihku berakhir sekian detik sebelum sebuah bogem mentah dari sepupuku bersarang di wajah kekasihku. Mantan kekasihku, maksudnya.

Dari situlah, kami menjadi sedemikian dekat. Ia selalu berusaha melindungiku. Awalnya, aku merasa biasa. Waktu beranjak. Hubungan kami lebih dari sekadar saudara sepupu. Siapa yang akan curiga jika kami ke mana-mana bersama?

Lalu kami bersepakat untuk memulai sebuah hubungan serius. Meski kami melewatinya dengan rasa was-was dan takut. Was-was jika suatu saat orang-orang akan mencium hubungan ini. Takut bahwa perasaan ini memang salah.

Dan malam terkutuk itu datang. Orangtuaku pergi ke luar kota. Sementara aku di rumah seorang diri. Saat itu, aku meminta bibi untuk menginap di rumah. Namun, karena kesibukan, bibi meminta sepupuku yang menemaniku. Tanpa curiga sedikit pun. Semua berjalan begitu saja.

Kami dibuai perasaan yang membuncah. Kami dibutakan oleh nafsu. Malam berlalu begitu lama. Perasaan-perasaan yang terpendam diberi kesempatan untuk diwujudkan dengan hal-hal yang seharusnya tidak kami lakukan. Aku menyesal. Sangat menyesal.

Beberapa bulan dari malam laknat itu, aku ketahuan hamil. Kau tahu betapa kagetnya aku?

“Lantas, apa yang terjadi pada kalian?” sergap Eflina kepada responden 2, berharap mengetahui akhir dari kisah luka ini.

“Fragmen cinta paling luka adalah saat dua orang mengaku saling mencintai dan bersepakat untuk tidak saling memiliki.” Jawaban dari responden 2 ini membungkam Eflina.

Penutup

“Mungkin dia sudah dibuat gila oleh idenya sendiri!”

“Lagian ada-ada saja, penelitian kok tentang luka!”

“Dasar perempuan aneh!”

“Kasihan, mana masih muda!”

Eflina tidak memberikan respons apa pun sampai cerita ini ditulis. Sikapnya ini, membuat orang-orang semakin didera penasaran. Namun, ia merasa puas, ia bisa berdamai dengan masa lalunya. Ia bisa berdialog dengan dirinya yang lain yang berwujud responden 1 dan responden 2. Saat ini ia semakin yakin, bahwa luka paling sayat adalah justru yang ia alami sendiri.

Halaman Indonesia, 2021.

Dimas Indiana Senja
Latest posts by Dimas Indiana Senja (see all)

Comments

  1. Juperi Reply

    saya kira tadi RESPONDEN KEDUAnya adalah si Lelaki yang telah menghamili RESPONDEN PERTAMA, ternyata wanita lain dengan luka yang hampir sama

  2. Syah Reply

    Saya suka dengan ide cerita pada responden pertama, tetapi kok sepertinya lebih nikmat lagi jika jadi novel. Sebab, berasa masih ada cerita lanjutan yang ingin dibaca dari kisah responden pertama.
    Secara keseluruhan, bentuk cerpen ini mantap.
    Fresh.

  3. Kata keadaan Reply

    Kedua responden tersebut adalah diri yang sama yaitu eflina dahulu kala, menurut saya 😁

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!