Puisi Petrus Nandi

 

Di Hadapan Adam

 

kau ingin menghapus jejak tuhan dalam kisah purba, tapi jemari para peramu kata dari golongan yahwista membeku tanpa cahaya memancar dari nama itu. setiap kali kaubentangkan surga, mata kecilku selalu lebih dahulu menangkap wajah tanah.

kenangan adalah suara yang menggetarkan ranting dan menggentarkan dadamu sebelum setangkai keyakinan terjulur dari mulut perempuan dan kau membacanya sebagai setitik kemenangan kecil dalam semesta kekalahan yang masih kuhidu aromanya di ladang ini.

atau kau ingin menyisipkan variasi yang lain: misalkan tuhan tak pernah diciptakan dan kita berhak menghapus larangan dari bahasa mana pun, tapi sebagaimana sudah dimaklumkan, kita hanyalah serumpun pelakon malang yang tak berhak menyusun skenario sendiri.

kini kau begitu renta. maka sebelum tanah jadi pangkal semua perjalanan, bentangkan surga itu sekali lagi. barangkali, kelak, mataku yang dewasa lebih sigap membaca peta jalan yang tertutup debu penghakiman di jalan pengasingan itu.

 

PNC, Maret 2023

 

 

 

Mata

 

kau mengintai surga

lewat tanganku yang berlubang

lalu keraguan tumbuh dan

kau tak menangkap apa-apa

kecuali karat besi dan serbuk

balok melayang-layang di telaga darah.

 

kita saling berselidik

tapi mata beliamu tak

menampakkan wajah seorang

yang bangkit dari kubur waktu

hanya bergulung-gulung ombak

sapukan kenangan

 

bahkan saat kugelar bahasa ini:

suara yang menaklukkan danau

kata yang mengupas kabut mata

titah yang memulangkan

bangkai ke dunia orang hidup

bayangan kau masih seperti itu,

terasing dari jalan

dan kau tak menemukan surga

lewat tanganku yang berlubang.

 

PNC, April 2023

 

 

 

Memorabilia Altar

 

reliqui-reliqui di pusaran altar tercipta dari tulang-tulang cemas,

rusuk, dan belikat dipatahkan tangan yang cemburu meski tak tuntas meraba rahasia

nirwana, sebab ia yang dirindukan hanya dijejali hati yang enggan menyulutkan api.

 

di sini, martir malang meletakkan jejak sebelum disalib dengan kaki dan kepala

terbalik. lalu batu penjuru dan batu karang mengukuhkan kita yang berdiri

tanpa dihunus ketakutan dan perjanjian kembang kempis di mulut pemerintah.

 

semata jaminan keselamatan bergema di bibir padri:  “Dominus vobis cum”–

sabda yang mengalir dari lambung dan bilur-bilur tubuh setelah buah-buah

yang jatuh dari bibir kita telanjangkan kebesaran-Nya.

 

PNC, 2021

 

 

 

Puisi

 

adalah tebing di taman

tak terurai kulit ular

 

PNC, Maret 2023

 

 

 

Petrus Nandi
Latest posts by Petrus Nandi (see all)

Comments

  1. Sapto Wardoyo Reply

    Puisi-puisi yang dasyat…

    • Petrus Nandi Reply

      Terima kasih, Bapak.🙏

      • Abduhfikri Reply

        Terimakasih pak🙏🏻

Leave a Reply

Your email address will not be published.

error: Content is protected !!